Share

RUMAH BARU

Author: Rara Qumaira
last update Huling Na-update: 2023-08-04 08:58:32

BAB 7

RUMAH BARU

Kamila yang tengah sibuk dengan masakannya, terpaksa berhenti sejenak saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja tidak jauh dari posisinya. Kamila tersenyum tipis saat melihat nama sang pemanggil. Tak berminat mengangkatnya, dia kembali meletakkan ponselnya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Dering ponselnya akhirnya berhenti. Baru saja dia menghembuskan nafas lega, ponselnya kembali berdering. Sama seperti sebelumnya, Kamila membiarkan ponselnya hingga mati sendiri. Sampai pada panggilan ke sekian kalinya, Kamila terpaksa menghentikan aktivitasnya karena teguran sang ibu.

“Ponselmu dari tadi bunyi terus. Kenapa gak diangkat?” tanya wanita paruh baya tersebut.

“Lagi nanggung, Bu. Lagian panggilan gak penting juga,” sahut Kamila santai.

“Itu ponsel bunyi terus dari tadi. Berarti kan memang penting banget. Dari siapa sih?” tanya Ibu Kamila lagi.

“Mas Adrian, Bu,” sahut Kamila.

“Angkat dulu sana, siapa tahu memang penting banget. Ganggu saja,” omel wanita tersebut. Meskipun enggan, akhirnya Kamila mengangkat panggilan tersebut.

“Halo!” sahut Kamila malas.

“Kemana aja sih? Lama sekali!” omel Adrian seraya bersungut-sungut. Seandainya saat ini mereka tengah berhadapan langsung, Kamila pasti bisa melihat wajah sang suami yang penuh kekesalan.

“Ada apa?” tanya Kamila balik tanpa berminat menjawab pertanyaan sang suami.

“Dimana kamu meletakkan seragamku untuk hari ini? Kemeja warna biru,” tanya Adrian.

“Ada di keranjang ruang tengah,” sahut Kamila.

“Apa? Kamu belum menyetrikanya?” tanya Adrian.

“Belum, kamu setrika sendiri kan bisa,” sahut Kamila santai.

“Apa kamu sudah gila? Cepat pulang, aku bisa terlambat ini,” sentak Adrian.

“Waktunya gak akan cukup, Mas. Sudahlah, sekali-kali kamu setrika sendiri. Sudah ya, aku mau lanjut masak lagi.” Klik. Usai mengatakan hal itu, Kamila segera mematikan ponselnya.

“Tunggu. Halo! Halo! Kamila!” seru Adrian.

“Si al!” umpat Adrian setelah menyadari panggilannya dimatikan sepihak.

Adrian melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar, tidak mungkin dia menunggu istrinya pulang, bisa-bisa dia akan terlambat. Untuk menyetrika sendiri pun sepertinya waktunya sudah mepet, dia juga belum sarapan. Dia tidak ingin sampai kantor terlambat dan mendapatkan pemotongan gaji.

‘Lebih baik aku mampir ke rumah ibu saja dulu untuk ikut sarapan di sana. Tidak, itu akan semakin memperlambat. Lebih baik aku beli saja di jalan! Iya, beli di jalan!’ ujarnya pada dirinya sendiri. Akhirnya, dengan terpaksa dia mengenakan kemeja kusut tersebut. Beruntung, sang istri sudah mencucinya. Jadi, kondisinya tidak terlalu parah.

Nasib seakan sedang mempermainkan Adrian. Kemacetan panjang menghadang laju kendaraannya. Akhirnya dia memutuskan langsung ke kantor tanpa membeli sarapan terlebih dahulu.

"Si@l banget sih hari ini!" gerutu Adrian pada dirinya sendiri.

"Kusut banget itu muka?" ejek Dito, rekan kerja Adrian.

"Gak usah ngeledek!" sahut Adrian. Dengan kesal, Adrian melangkah masuk ke ruangannya dan menjatuhkan bobotnya di kursinya.

"Bau-baunya ada yang gak beres nih!" ujar Dito seraya menatap penampilan rekan kerjanya tersebut.

Adrian dikenal sebagai pribadi yang bersih dan rapi. Jadi, jika dia datang dalam keadaan kusut, pasti ada yang tidak beres.

“Mau aku pecat?” ancam Adrian. Dia benar-benar kesal karena Dito meledeknya sejak tadi. Dito dan Adrian dulunya rekan kerja dan hubungan mereka cukup dekat. Hanya saja, Adrian mendapat promosi kenaikan jabatan. Alhasil, Dito kini menjadi bawahannya. Meskipun begitu, hal itu tidak membuat hubungan mereka canggung. Mereka tetap layaknya seorang sahabat.

“Hei, jangan gitu dong! Sensi amat,” sahut Dito.

“Ada masalah” tanya Dito penasaran.

“Udah, gak usah kepo. Mending kamu belikan aku sarapan deh!” ujar Adrian seraya memberikan uang lima puluh ribuan.

“Wow … benar-benar ada masalah nih pastinya!”

“Pergi gak?” sentak Adrian dengan kesal.

“Iya, aku pergi. Mau dibelikan apaan ini?” tanya Dito menyerah. Sepertinya sahabatnya tersebut sedang tidak ingin diganggu.

“Terserah!”

“Oke, siap.” Dito segera melangkah meninggalkan ruangan tersebut.

Sementara itu, di tempat lain, Kamila tengah bersiap bersama Ibu dan adiknya. Hari ini mereka berencana membersihkan rumah barunya sekaligus membeli beberapa macam perabotan. Setelah selesai bersiap, mereka pun segera meluncur ke lokasi.

Dika berangkat mengendarai motornya, sementara itu Kamila, putrinya, dan ibunya menggunkan taksi online. Tak lupa mereka membawa alat kebersihan karena di rumah barunya belum ada apapun.

“Wah … rumah kamu bagus juga. Desainnya bagus, rumahnya juga gak terlalu kecil,” ujar Ibu Kamila.

“Iya, Bu. Ini aku sengaja beli dua kapling agar masih ada lahan kosong. Rencananya lahan kosong itu mau aku tanami sayuran,” sahut Kamila.

“Bagus, Kak. Ntar aku bantu siapkan medianya. Pakai polybag kan?” sahut Dika.

“Iyalah, lahannya kan terbatas. Biar bisa tanam macam-macam,” sahut Kamila.

“Ayo masuk, Bu!”lanjut Kamila. Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ada yang menyapa mereka.

“Wah … tetangga baru ya!” sapa wanita tersebut. Kamila segera berbalik dan menatap wanita tersebut. Matanya membeliak tak percaya saat menyadari siapa yang kini tengah berdiri di hadapannya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   PERMINTAAN IBU ADRIAN

    BAB 10PERMINTAAN IBU ADRIAN"Yan, lihat kelakuan istri kamu. Dia berani sekali melawan ibu," adu Karin."Mbak, jangan fitnah ya!" sentak Kamila tidak terima. "Mila, jangan membentak kakakku!" sentak Adrian balik.“Dia yang mulai duluan,”sahut Kamila.“Cukup!” sentak Adrian dengan suara menggelegar. Karin tersenyum sinis melihat adik iparnya tersebut dibentak oleh Adrian.“Yan, istrimu itu sudah benar-benar keterlaluan. Dia tidak menghargai Ibu sama sekali,” ujar mertua Karin seraya melirik menantunya tersebut dengan sinis. Sementara itu, Adrian mengusap wajahnya dengan kasar. Maksud hati ingin segera beristirahat sepulang kerja, ini malah disuguhi dengan keributan.“Mila, ayo minta maaf sama Ibu,” pinta Adrian pada sang istri.“Gak, aku gak salah kok,” sahut Kamila.“Mila!” sentak Adrian lagi dengan suara tertahan.“Mereka yang mulai. Mereka mengambil makanan yang aku beli tadi,” ujar Kamila.“Alah … hanya gara-gara makanan seperti ini kamu berani membentak Ibu. Sungguh keterlaluan,

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KARIN BERULAH

    BAB 9KARIN BERULAH“Apa sih, Mbak?” sahut Kamila santai.“Enak banget jadi kamu, santai-santai di rumah ibumu sambil ngabisin uang Adrian. Kasihan sekali adikku itu,” ujar wanita yang usianya di atasnya tersebut.“Bukannya yang ngabisin gajinya Mas Adrian itu mbak sama ibu ya? Aku kan cuma dapat sisanya,” sahut Kamila seraya terus melangkahkan kakinya ke ruang makan. Sementara itu, kakak iparnya mengikuti langkahnya seraya memperhatikan kantong dalam genggaman Kamila.“Kalau masalah itu kan memang sudah menjadi kewajiban Adrian memberi nafkah untuk ibu,” sahut Karin tak mau kalah.“Benar, tapi seharusnya mengutamakan anak dan istrinya . Lagian Mbak juga jangan lupa, Mbak itu sudah menikah dan sudah punya suami. Jadi, Mas Adrian tidak punya kewajiban menafkahi mbak,” sahut kamila lagi.“Ya terserah dong. Lagian kan kamu itu orang lain yang kebetulan diurus saja, sementara aku ini kakak kandungnya,” sahut Karin sewot. Kamila tak menanggapi lagi. Dia memilih mengalihkan perhatiannya pad

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   RUMAH BARU 2

    BAB 8“Halo, nama saya Silvi. Saya tinggal di depan,” ujar wanita berparas cantik tersebut seraya menatap rumahnya. “Oh, halo, Nak Silvi. Saya Saraswati, dan ini putri saya Kamila,” sahut Ibu Kamila. Silvi terkesiap sejenak, lalu menatap Kamila dengan seksama. Untuk beberapa saat, mata mereka saling bersiborok sebelum akhirnya wanita tersebut mengulas sebuah senyuman.“Halo, Kamila. Nama kamu mengingatkan saya pada seseorang,tapi saya yakin itu pasti bukan kamu,” ujar Silvi seraya mengulurkan tangannya. Kamila menatap uluran tangan tersebut sejenak sebelum akhirnya menjabatnya.“Saya rasa memang bukan karena saya tidak mengenal kamu,” sahut Kamila. SIlvi pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.“Sudah mau ditempati?” tanya Silvi basa-basi.“Rencananya sih secepatnya. Nak Silvi sendiri sudah lama tinggal disini?” tanya Ibu Kamila.“Belum lama sih, baru sekitar dua minggu. Baiklah, saya permisi dulu, mau ketemu calon mertua,” ujar wanita tersebut seraya berbisik.“Oh iya, silahkan, Na

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   RUMAH BARU

    BAB 7RUMAH BARUKamila yang tengah sibuk dengan masakannya, terpaksa berhenti sejenak saat mendengar ponselnya berbunyi. Dia segera meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja tidak jauh dari posisinya. Kamila tersenyum tipis saat melihat nama sang pemanggil. Tak berminat mengangkatnya, dia kembali meletakkan ponselnya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Dering ponselnya akhirnya berhenti. Baru saja dia menghembuskan nafas lega, ponselnya kembali berdering. Sama seperti sebelumnya, Kamila membiarkan ponselnya hingga mati sendiri. Sampai pada panggilan ke sekian kalinya, Kamila terpaksa menghentikan aktivitasnya karena teguran sang ibu.“Ponselmu dari tadi bunyi terus. Kenapa gak diangkat?” tanya wanita paruh baya tersebut.“Lagi nanggung, Bu. Lagian panggilan gak penting juga,” sahut Kamila santai.“Itu ponsel bunyi terus dari tadi. Berarti kan memang penting banget. Dari siapa sih?” tanya Ibu Kamila lagi.“Mas Adrian, Bu,” sahut Kamila.“Angkat dulu sana, siapa tahu memang pe

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   KEKESALAN ADRIAN

    BAB 6KEKESALAN ADRIANKamila menatap pria tersebut tak berkedip. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Sementara itu, pria tersebut tidak menyadari keberadaan Kamila. Dia justru terus melanjutkan langkahnya seraya memeluk pinggang wanita yang bersamanya."Mbak Mila, liatin apaan sih? Serius banget!" tegur Dika. Dia pun menoleh dan mengikuti arah pandangan sang kakak."Mbak, itu kayak suami kakaknya Mas Adrian deh!" ujar Dika. Dia bisa mengenali pria tersebut karena pernah bertemu pada beberapa kesempatan. "Benar, Dik!""Terus wanita itu siapa? Bukan kakaknya Mas Adrian kan?" Kamila menggelengkan kepalanya."Mbak juga gak tahu. Mending kamu keluar saja dulu, mbak ada perlu sebentar!""Mbak mau ngapain? Mending gak usah ikut campur deh!" ujar Dika memperingati."Gak akan, sudah kamu keluar dulu. Jangan sampai ketahuan!" sahut Kamila."Gak, aku mau disini sama Mbak Mila aja," sahut Dika keukeuh."Terserah kamu deh!" sahut Kamila. Kamila kembali menjatuhkan bobotn

  • PENYESALAN MANTAN USAI MENCERAIKAN AKU   FAKTA BARU

    BAB 5FAKTA BARUKamila membiarkan ponselnya yang terus berdering. Dia tahu betul yang menghubunginya adalah sang suami. Kring .... Ponsel Kamila kembali berdering untuk kesekian kalinya. Dengan kesal, dia pun akhirnya mengangkat panggilan tersebut.“Kemana aja sih? Ditelepon dari tadi juga,” omel Adrian.“Ada apa? Aku nginap di rumah Ibu,” ujar Kamila.“Gak boleh, pulang sekarang.”“Maaf, aku gak mau. Besok aku baru pulang.”“Ka—“ Belum selesai Adrian mengucapkan kalimatnya, Kamila sudah menutup panggilan secara sepihak. Karena tidak ingin diganggu, dia pun memblokir nomor sang suami. Tidak mungkin baginya mematikan ponsel karena dua sedang ada janji dengan pemilik rumah yang akan dia beli. “Si al, berani sekali dia membantah aku. Awas aja besok!” umpatnya dengan kesal. Adrian segera melangkahkan kakinya ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah selesai, dia menyambar kunci motor, lalu melaju menuju rumah ibunya.“Lho, Yan, kok sudah sampai sini lagi?” tanta ibunya heran.“Iya, Ka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status