PERJODOHAN GADIS MUDA

PERJODOHAN GADIS MUDA

Oleh:  rainflowers  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
754Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Marisya Kirana Dewi yang biasanya dipanggil "Ica" adalah seorang gadis cantik yang baru saja menginjak usia 18 tahun. Gadis ini merupakan gadis yang pintar dan memiliki segudang prestasi sejak ia duduk di bangku sekolah. Ica bercita-cita ingin mengambil gelar setinggi mungkin setelah lulus SMA. Namun, impiannya seketika sirna ketika ia tahu bahwa ia akan segera dijodohkan dengan seorang CEO di sebuah perusahaan yang cukup terkenal di kota tempat ia tinggal. Alasan orang tuanya menjodohkan Ica, lantaran sebagai ganti utang yang tidak sanggup dibayar oleh Ayah Ica kepada Papa dari CEO tersebut. Mungkinkah gadis yang masih tergolong sangat muda itu mau menikah dengan seorang CEO yang pasti usianya akan lebih jauh dari padanya? Atau Ica akan menolak mentah-mentah perjodohan itu demi meraih mimpi-mimpinya?

Lihat lebih banyak
PERJODOHAN GADIS MUDA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
5 Bab
1. Perjodohan
Kaki seorang gadis cantik yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, melangkah dengan cepat. Membawa sepucuk surat yang sepertinya sangat berarti baginya. Raut wajahnya menunjukkan bahwa saat ini ia sedang bahagia. Senyuman manis jelas tercetak di wajah polosnya itu. Marisya yang biasa dipanggil 'Ica' itu, tiba di depan sebuah rumah yang cukup sederhana. Rumah peninggalan Kakeknya yang diwariskan kepada Ayahnya—Danu. Ica langsung saja memasuki rumah hendak menyampaikan kabar yang membuatnya sangat bahagia kepada Ayah dan Ibunya. Gadis itu melihat kedua orang tuanya sedang duduk berdampingan. "Ayah, Ibu. Baca surat ini!" gumam Ica dengan sorot mata penuh bahagia. Puspita—Ibunya Ica mengambil surat yang disodorkan oleh Putrinya itu. Ia membaca surat itu bersama Danu—Suaminya. Raut wajah mereka berdua sama sekali tidak menunjukkan raut wajah bahagia ataupun bangga, padahal surat itu berisi pengumuman bahwa Ica mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. "A
Baca selengkapnya
2. Bertemu Kembali
Ica mencoba menutup matanya sejak tadi. Hendak melelapkan dirinya sejenak. Namun, sayangnya ia tidak bisa tidur. Pikirannya selalu tertuju pada perkataan Ayahnya tadi. Dunianya benar-benar runtuh saat ini. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupnya. Gadis itu melangkah menuju dapur hendak mengambil segelas air. Mungkin saja dengan meminum segelas air dapat menyegarkan pikirannya. "Aku harus cerita ke siapa masalah ini?" gumam Ica seraya mengambil gelas di rak piring dengan tatapan kosong. Tidak sengaja, gelas itu terjatuh dari tangannya. Suara pecahan gelas membuat Puspita segera berlari ke dapur untuk melihat apa yang terjadi. Wanita itu melihat Putrinya tengah membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Udah, Ca. Ibu aja yang bersihkan, ya. Kamu duduk aja. Nanti tangan kamu berdarah," ucap Puspita khawatir. Ica tersenyum simpul. "Ngga apa-apa, Bu." Ia menjawab Ibunya tanpa menoleh ke arah Ibunya. Sepertinya gadis itu masih merasa sedih dengan apa yang terjadi saat
Baca selengkapnya
3. Ingin Lari dari Kenyataan
Pria yang mengenakan kaos bergaris hitam itu, mendekat ke arah bangku yang ditempati Ica dan Refan. Raut wajah pria itu terkesan menahan amarah. Matanya tertuju ke arah Ica lalu ke arah Refan. "Halo, Om Danu." Refan tersenyum tipis hendak menyalam Ayahnya Ica. "Kamu siapa, ya? Kenapa duduk berduaan dengan Ica?" tanya Danu menatap sinis Refan. Takut akan terjadi keributan, Ica langsung menjawab pertanyaan Ayahnya, "jangan salah paham dulu, Yah. Ini teman SDnya aku dulu. Kalau Ayah ingat, dia Refan Aksara. Anaknya Pak Budiman," jelas Ica. "Siapapun dia, Ayah ngga mau kamu dekat-dekat dengan laki-laki lain. Gimana kalau Pak Boron tau kelakuan kamu Ica? Kamu ini akan segera menikah dengan orang yang tidak sembarangan. Orang dari keluarga terpandang. Jangan malu-maluin Ayah!" tegas Danu. Refan berusaha meredamkan emosi Danu. "Om, mending kita duduk dulu, ya, Om. Kita ngomong pelan-pelan." "Siapa kamu ngatur-ngatur saya?" ketus Danu. "Oke, Om. Gini, saya udah tau kalau Om punya utang
Baca selengkapnya
4. Kehilangan Arah
Sejak tadi, Refan berusaha menghibur Ica dengan membawanya keliling-keliling menaiki motor. Refan sengaja memilih tempat yang agak jauh agar Ayah Ica tidak menemui mereka. Setelah melihat hari yang sudah hampir malam, Ica khawatir setelah ini dia harus apa. "Ref, aku harus gimana saat ini?" tanya Ica dengan raut wajah khawatir. "Gimana apanya, Ca?" Refan bertanya kembali karena ia sama sekali tidak mengerti maksud pertanyaan Ica. Ica menghembuskan nafasnya perlahan. "Aku harus tidur dimana malam ini, Ref? Ngga mungkin di rumah kamu, Ref." Gadis itu mengacak pelan rambutnya, "pasti Ibu sekarang khawatir sama keadaan aku."Laki-laki itu langsung memberhentikan motornya di pinggir jalan. "Kenapa ngga mungkin, Ca? Kalau untuk sementara, ngga apa-apa kok. Nanti aku bakal bilang ke Papa, aku yakin pasti Papa ngizinin." "Tapi, ngga akan mungkin Ref," sela Ica tidak percaya. Seketika Refan teringat dengan pertanyaan yang ada dalam benaknya sejak tadi di taman. Mengapa Ayahnya Ica tiba-ti
Baca selengkapnya
5. Perihal Jodoh
Ica membantu Tania untuk menyediakan makan malam. Kebetulan juga, Tania saat ini sedang memasak banyak sekali makanan untuk menyambut anak sambungnya yang baru kembali pulang ke rumah setelah bertahun-tahun tidak pulang. "Kalian cocok, loh," ucap Tania tersenyum sembari mengambil beberapa piring dari rak yang tergantung. Ica tersenyum malu. "Tante bisa, aja." "Tante, serius," ujar Tania. Gadis itu mendekat ke arah Tania. "Tante, menurut Tante aku berjodoh ngga, ya, sama Refan? Aku tau sih jodoh diatur oleh Tuhan, tapi kalau aku mau jodoh aku Refan bukan CEO itu, bisa ngga, ya, Tante?" Tania tersenyum lembut menatap wajah polos Ica. "Tante akan selalu doain supaya kamu berjodoh dengan Refan. Kamu mau tau sesuatu, ngga? Dulu, Tante sama Papanya Refan itu teman SMP. Kami sama sekali ngga pernah dekat sewaktu SMP. Nah, saat SMA, Tante sepertinya menyukai dia, tapi Papanya Refan udah punya pacar, itulah Mamanya Refan. Tante berusaha untuk melupakan dia dengan cara pergi ke luar negeri
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status