Pagi juga menyapa Kyesha. Keysha mengecilkan pendingin ruangan, suasana pagi nampak indah terlihat dari lantai 9, Keysha menyerutup cokelat panas favoitnya, kemudian ia beranjak keluar kamar, dengan memakai baju santai, ia berniat untuk jalan-jalan pagi di sekitar hotel. Langkah kecil membawanya di suatu taman yang berada beberapa meter dari hotel tempatnya menginap, suasana taman nampak ramai sekali ini, karena letak taman di kelilingi beberapa hotel dan apartemen, jadi di pagi hari, banyak orang yang berolahraga kecil di sekitar taman. Dengan langkah kecilnya Keysha berjalan-jalan mengelilingi taman, sesekali netranya menatap anak-anak kecil yang sedang berkejar-kejaran sambil tertawa kecil, Keysha pun membayangkan suatu ketika ia dan Yudistira mempunyai anak dan bermain-main di taman, senyum kecil di sudut bibir Keysha mengembang. Rasanya ia tidak sabar menunggu hari itu tiba. Khayalan Keysha buyar, ketika bunyi perut mengganggunya, ia pun bergegas menuju hotel, untuk sarapan
Sepulang dari Jogya, bukan membuat Yudistira tenang malah semakin gelisah. Ia tidak mengerti dengan reaksi ibunya setelah diperlihatkan foto orang tua Keysha. Yudistira tidak mengerti, apakah penolakan ibu terhadap keluarga Keysha itu ada hubungannya dengan tragedi di masa lalu, atau karena Ibu memang tidak menyukai Keysha sebagai menantunya, semuanya masih teka-teki baginya. Yudistira terus berfikir keras untuk mengetahui apakah Rama Atmajaya adalah ayah biologisnya atau bukan. Jalan satu-satunya mungkin harus tes DNA untuk memastikan apakah Rama ayahnya atau bukan, karena tidak mungkin Yudistira mendesak Ibu untuk mengatakan yang sebenarnya, tapi ia harus mengetahui apakah dirinya dan Keysha ada hubungan darah atau tidak, karena ini sangatlah penting. Malam tanpa Keysha, membuat suasana rumah sepi, beberapa hari Keysha tidak di samping Yudistira membuatnya rindu. Rindu dengan aroma parfumnya yang khas aroma melati, juga yang paling membuat Yudistira kangen adalah manjanya Keysha
Beberapa hari di Singapura, Keysha merindukan Yudistira. Tapi apa Yudistira juga sama merindukan Keysha juga. Keysha menatap langit kamar hotel, setelah seharian bekerja membuatnya lelah. Ada beberapa masalah serius di kantor cabang yang menyangkut data keuangan, di duga terjadi kebocoran dana, tapi Keysha dan Rendi belum tahu siapa saja yang terlibat korupsi. Keysha berharap semoga dua hari ini akan selesai, jadi ia akan segera kembali ke Jakarta. Seharian ini Yudistira belum meneleponnya., Keysha pun berinisiatif untuk menghubunginya, segera Ia tekan tombol teffon di layar ponsel yang tertera nama Mas Yudistira, nada tersambung tapi kenapa lama sekali di angkat, akhirnya panggilan Keysha di agkat. Dan Ia dengar suara wanita di seberang telfon. “Assalamu’alikum, Keysha.” “Waalaikumsalam, ini siapa ya?” tanya Keysha, begitu heran, kenapa yang menjawab seorang perempuan. “Kamu tidak mengenali suara Ibu mertuamu,” sahut Rani. “Ibu, apa Mas Yudis bersama Ibu?” tanya Keysha
Pukul sembilan pagi waktu Singapura, Keysha masih duduk terdiam di loby hotel, setelah menikmati breakfast di resto hotel, dia memesan taxi. Sejak kemarin Keysha belum menghubungi Yudistira, demikian juga Yudistira belum menghubungi Keysha. Ada perasaan sedih ketika Keysha merasa diabaikan, tapi entahlah, Yudistira sibuk atau mungkin ia mulai mengabaikan Keysha. Keysha sibuk berselancar di dunia maya, ia pun iseng membuka status W*. Netranya menangkap hal yang aneh, status W* Yudistira yang menuliskan “bersama orang yang kusayangi.” Keysha semakin gelisah, apa maksud Yudistira menuliskan hal itu, ditujukan pada siapakah tulisan itu, pada Ibunya atau pada Dania. Keysha terperanjak kaget ketika, Rendi sudah ada di hadapannya, dengan buket bunga mawar warna merah di tangannya. “Ini untukmu, sebagai tanda terima kasih, karena sudah membantu menyelesaikan masalah pekerjaan,” ucap Rendi sambil menyodorkan buket bunga mawar ke arah Keysha, tak lupa Rendi mengulas senyum pada wanita yang
Keysha, berdiri di depan jendela kamar, di sudut netranya mengembun, berlahan di usapnya dengan jari jemarinya, Ia merasakan tubuh Yudistira merekat di punggungnya dan tangan Yudistira melingkar di pinggang Keysha, Yudistira mencium lembut tekuk istrinya dan menengelamkan wajahnya di ceruk leher Keysha. “Kamu, cemburu Sha.” “Menurutmu, apa aku berlebihan, jika aku cemburu, ada tamu di rumah kita, dan tamu itu seorang wanita, sementara kamu hanya diam, aku sakit hati, karena aku mengetahui hal ini bukan dari dirimu Mas,” tukas Keysha, dengan menahan tangis. “Maaf Sha, aku belum sempat, aku begitu sibuk mempersiapkan untuk menyambut kedatangan Ibu.” Yudistira semakin erat memeluk Keysha. Keysha berusaha mengurai pelukan Yudistira. “Lepaskan, Mas.” “Nggak, sebelum kamu memaafkanku, tidak akan kulepas.” “Baik, aku memaafkanmu.” Yudistira membalikan tubuh Keysha menghadapnya. Tubuh mereka masih rekat, tangan Yudistira masih memeluk erat Keysha, dan menatap lembut kedua m
Keysha berjalan menuju dapur, sementara Yudistira hanya bisa menatap nanar Keysha. Yudistira tahu benar, Keysha akan kesulitan, sebenarnya memasak adalah pekerjaan yang mudah bagi sebagian besar wanita, tetapi tidak begitu dengan Keysha, mungkin ini adalah tantangan terberat dalam hidupnya, apalagi tantangan itu diberikan pada ibu mertuanya. Keysha sudah berdiri di depan meja dapur, ia mengeluarkan satu–persatu bahan masakan yang telah dibelinya, setelah semuanya siap di meja, Keysha membuka ponselnya, chat W* dari Hanin telah masuk, kemudian dibuka dan dibaca resep ayam goreng krispi dan ca brokoli sudah terpampang di layar ponsel, dengan seksama Keysha membaca kata demi kata, dan ia pun beraksi. 2 bungkus ayam dibukanya lalu di cuci bersih, setelah itu di potong. “Auw..” teriak Keysha, membuat Yudistira cemas dan segera menghampiri Keysha “Sha, ada apa?” “Jariku teriris, aduh sakit banget.” Jari telunjuk kiri Keysha mengeluarkan darah. “Hati-hati Sha, sini aku obati dulu.
Yudistira melihat ibunya nampak kecewa dengan hasil masakan Keysha, Yudistira sendiri belum mencicipi bagaimana rasanya menu yang tersaji di meja makan. Ekor matanya melihat ke arah Keysha yang duduk di sebelahnya dan terlihat mata Keysha berkaca-kaca menahan tangis. “Dania, buatkan ibu sesuatu untuk di makan,” titah Rani pada Dania “Baik Bu,” jawab Dania seraya bangkit dari tempat ia duduk, di ikuti Rani. “Dania, nanti bawa ke kamar, Ibu mau makan di kamar, aku ndak selera lihat masakannya Keysha,” ujar Rani lagi, dengan ketus. Dania hanya mengangguk dan berjalan ke arah dapur. Sementara Keysha dan Yudistira masih duduk di kursi makan. Yudistira menatap hidangan yang tersaji di hadapanya, lalu ia ambil piring dan di isi dengan nasi dan ayam goreng berbalut tepung, juga ca brokoli, wortel dan udang. Berlahan ia menyuap makanan ke dalam mulutnya. Yudiatira merasakan hambar, Keysha mungkin lupa memberi garam dan penyedap rasa, tapi ia tetap mengunyah dan menelannya, suap dem
Keysha berdiri di depan jendela kantor, sambil menyesep secangkir kopi di tangannya, pemandangan kota Jakarta, gedung-gedung yang menjulang tinggi seakan saling bersaing untuk menyentuh langit, dari lantai 8 terlihat begitu jelas. Ingatan Keysha, melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu, ia merasa menjadi seorang istri yang tidak ada gunanya, pekerjaan yang harusnya mudah bagi seorang wanita, bagi Keysha itu hal sulit. Untunglah Yudistira menerima segala kekurangan Keysha. Tok..tok… suara pintu di ketok. ‘’Masuk,’’ ucap Keysha, sambil netranya melihat ke arah pintu. Sekretaris Haris yang bernama Nova, muncul di balik pintu, wanita muda, bertubuh sintal, kulit putih, rambut seleher, dengan baju pendek selutut itu, menghampiri Keysha seraya berkata. ‘’Bu Keysha, ini ada hadiah dari Pak Haris.’’ Nova, menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Keysha, beserta surat-suratnya. Keysha, mengeryitkan dahi, ia ragu untuk menerima hadiah yang menurutnya terlalu berlebihan. Tapi Keysha