Share

Bab 6- PRIA JELEK ITU TERNYATA SULTAN

"Heh, apa maksudmu?"tanya Sandi sambil ingin menonjok wajah Bang Adnan.

"Tidak, ada."jawab Bang Adnan santai.

"Sudahlah, Mas. Buang-buang energi saja ngadepin dia. Lagian kalau kamu tonjok wajahnya mau kayak apa lagi coba? Sudah jelek nantu tambah jelek,"ledek Wulan.

Bukanya membalas Bang Adnan malah tersenyum-senyum.

"Eh, Puspa kamu juga datang.Tapi, pagi-pagi jadi tukang masak di sana."titah Bi Ning.

"Maaf, saya tak berminat."tolak Puspa mentah-mentah.

"Belagu kamu! Saudara macam apa yang tak mau membantu pernikahan saudaranya sendiri?" ujar Wulan sewot.

"Ranti, ajari anakmu itu! Sesama saudara harusnya saling bantu, jangan kayak begitu tingkahnya."ujar Bi Ning pada ibu.

Ibu yang baru saja keluar dari rumah langsung di semprot omelan Bi Ning.

"Ya, terserah anakku Ning. Orang dianya gak mau masa harus di paksa,"jawab Ibu.

"Ya, haruslah kamu ibunya. Suruh anakmu itu bantu kami, kalau dia gak mau paksa. Masa sebagai orang tua kalah sama anak sendiri sih,"cibir Bi Ning.

"Menantu kamu 'kan kaya. Kenapa gak dia sewa orang saja orang lain untuk bantu di dapur? Kenapa malah anakku yang kau suruh?" tanya Ibu yang sudah hilang kesabaran.

Sandi langsung pias.

"Buang uang saja. Kalau ada yang bantuan gratis kenapa tidak,"jawab Sandi.

'Benar- benar alasan yang tak masuk akal. Katanya orang kaya. Tapi susah buat ngeluarin duit, malah mengharapkan tenaga orang lain secara gratisan.'runtuk batinku.

"Heh, jangan remehkan manantuku. Ya, dia bahkan bisa saja menyewa seratus orang untuk di dapur. Tapi sebagai saudara kamu, dan anakmu juga harus membantu." bela Bi Ning pada calon menantunya.

"Lagian kalian juga mau apa datang ke pernikahanku? Kalau tak bisa membantu. Ya, setidaknya harus membawa hadiah yang mahal. Tapi, orang seperti kalian mna ada uang, jadi lebih baik ngaca aja. Wajah mirip b*bu kaya gitu mau jadi ratu, dan tamu. Ha ha ha,"ejek Wulan sambil tertawa terbahak-bahak.

Sepertinya dia sungguh puas telah mengejekku.

"Jangan pernah kalian menghina istriku!" pekik Bang Adnan tidak terima.

Aku yang berada di sisinya tersentak kaget. Baru kali ini aku lihat wajahnya begitu merah dengan kilatan amarah.

"Wow .. Wow .. Ada pahlawan kesiangan nih!"ledek Sandi.

Aku menatap sinis ke arah calon suami Wulan. Kenapa dia seperti membenci suamiku. Padahal mereka baru saja bertemu.

"Melihat orang jangan di lihat dari sampulnya. Jangan tertipu dari penampilan seseorang, sebaiknya kalian mencari tahu dulu siapa dia. jangan sampai kalian semua menyesal belakangan,"tekan Bang Adnan.

'Nih laki doyan banget teka teki. Misteri banget orangnya, benar-benar susah di tebak

Semua orang yang ada di sini malah menertawakanya, dan justru memandang rendah.

"Halah! Jangan dengarkan omongan kosong pria gil* ini? Justru dari penampilan orang itu tahu mana yang berduit, dan mana yang tidak. Yang, berduit penampilannya pasti kaya saya, mengenakan pakaian necis, bawa mobil mewah. Bukan seperti kamu yang nyatanya hanya pria g * m b e l, "sengit Sandi.

"Benar! Lebih baik kau bercermin. Lihat rupamu seperti apa? Sok-sok mau bersaing dengN calon suamiku," timpal Wulan.

Ya Allah, kenapa kau ciptakan mahluk seperti mereka di sekeliling hidupku ini.

"Sudahlah b u r * k, misk*n harta, sekarang sok-sokan mau bersaing."ujar Bi Ning.

Mulut mereka apa gak capek? Terus menghina, dan mengejek orang lain.

"Stop! Kalian hanya melihat sisi buruknya saja. Tapi, kalian tak pernah mau tahu siapa sebenarnya dia!" ucap Irpan menggelegar menghentikan ocehan mereka.

Semua orang menatap Irpan yang berjalan dengan kepala yang terangkat tinggi, dan dada membusung majukan ke depan.

Sandi yang melihat adik iparku keluar dari persembunyiannya wajahnya langsung pucat pasi. Pria itu seperti tengah melihat setan dengan tubuh membeku di tempat.

'S-siapa suamiku? Apa mungkin benar dugaanku, bahwa dia adalah siluman kuda lumping? Karena Bang Adnan juga pernah berkata seperti itu padaku.'

'Demi Alex. Aku sungguh tak rela jika itu benar,' batinku.

"Ha ha ha. Pria gil* ini masih ada di sini? Puspa selain suamimu, dan adik iparmu itu. Siapa lagi yang sudah gil* kamu, dan ibumu?" cibir Bi Ning.

'Hih, pengen aku bejek-bejek mulut nenek lampir ini,'batinku.

Oke Pupsa. tarik napas, dan balas.

"Gak ada yang gil* di keluarkanku. Tapi, saudaraku itu yang sudah pada gil@ semua."balasku dengan nada tinggi.

"Kamu!" Bi Ning langsung maju untuk baku hantam.

'Aku langsung bersiap mengeluarkan jurus kuda lumping. Eh, kalau kuda lumping hanya di miliki Bang Adnan. Tapi, kalau aku kuda-kudaan saja untuk melawan Bibi'kekehku.

"Dasar gak sad*r diri, dan kau itu bukan siapa-siapa di sini! Jangan sok tahu, dan sok pintar."tekan Bi Ning pada Irpan.

Ha ha ha sudah kalah rupanya berdebat denganku malah berlari pada adik ipar. Namun irpan yang di tunjuk oleh Bi Ning malah tersenyum meremehkan.

"Oh, ya. Sandi apa mau aku buka semuanya sekarang?"ancam Irpan menatap Sandi yang sedari tadi terus tertunduk.

'Buka. Maksudnya buka apa? Baju celana, atau.. Ah otakku langsung traveling kemana-mana.

"Jangan! Saya akan pergi."ujar Sandi penuh hormat pada adik iparku ini.

Irpan langsung memamerkan senyum kemenangan di bibirnya.

Aku menatap aneh melihat sikap Sandi saat berhadapan dengan irpan. Siapa sebenarnya dia?

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status