Share

CHAPTER 4 BUKU HARIAN ALICIA

Mendahului matahari yang terbit, Alicia sudah membuka kedua mata hanya untuk duduk berdiam dalam kehampaan, dia tidak benar-benar tahu apa yang sedang dipikirkannya disaat seperti ini? waktu terus berjalan, perlahan-lahan cahaya mentari masuk kedalam celah-celah jendela ruangan rawat, Alicia belum beranjak dengan lamunan yang tiada menjadi pasti.

Secara tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar bersamaan dengan itu pintu dibuka “Tuan Henry berulangkali menanyakan soal Anda Nona” kata Debora “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan padanya, saya hanya berkata bahwa anda sedang tidur karena belakangan ini kegiatan disekolah terbilang cukup padat” “Aku sangat menghargai kebohonganmu itu” “Terima kasih Nona” berkata Deborah dengan raut kecemasan “Hey, lagi-lagi kau tampak begitu ketakutan?” “Benar Nona. Saya hanya tidak ingin kehilangan pekerjaan saya” “Setelah banyak uang yang kau terima?” “Saya seorang penyuka uang, sebanyak apapun nilainya, saya tidak akan pernah mengaku puas” “Besok Ayah anda akan tiba dari Australia” “Aku akan menyelamatkanmu Debora, kau tahu? aku sudah merasa jauh lebih baik, secepatnya kita harus kembali kerumah, sebelum Ayahku mengetahui tentang keadaanku ini” “Dimengerti Nona” setelah bicara banyak hal dengan dokter akhirnya mengijinkan Alicia pulang.

Debora segera mengemasi barang-barang milik Alicia “Pastikan semua barangku tak ada yang tertinggal” “Tentu.”

Alicia harus keluar dari rumah sakit menggunakan Wheel chair, ia masih terbilang begitu lemah untuk melakoni aktivitas seperti biasa, wajahnya pucat, masih terlihat tidak sehat meski dokter berucap bahwa wajahnya yang pucat tidak akan berakibat, seiring berjalan waktu Alicia akan kembali bugar asal ia mematuhi pesan-pesan dari dokter.

“Saya tidak tahu mengapa dokter sering berkata bahwa anda kekurangan asupan gizi makanan Nona? Padahal yang terlihat, meskipun anda enggan makan, Anda nyaris selalu menghabiskan makanan anda” Debora tidak pernah mengetahui bahwa Alicia selalu memuntahkan makanan yang sudah masuk kedalam tubuhnya, untuk itulah ia merasakan lemah dan lelah disepanjang waktu, biarlah setiap yang tersembunyi tidak pernah diketahui, Alicia enggan berkomentar, biarlah Deborah berasumsi, menerka-nerka sesuka hati.

Selama perjalanan pulang, si cantik Alicia hanya menatap awan putih dari dalam mobil yang bergerak ‘Indah sekali pemandangan itu’ berkata Alicia didalam hati dengan perasaan datar ‘Bagaimana bisa Tuhan melukiskan keadaan alam yang begitu mempesona  bahkan sempurna, tapi tak menggugah suasana hatiku? Aku merasa aku tetaplah aku yang putus asa, aku yang tak ingin berkorban, tak ingin memiliki kebahagiaan, tak ingin memiliki siapapun atau bahkan dimiliki siapapun, aku ingin terbang bebas seperti burung-burung yang bebas dari sangkarnya, apakah itu mungkin bisa terjadi kepadaku?’

Lalu entah apa yang membuat Alicia menyeret lamunannya kepada pertemuannya dengan seseorang dirumah sakit? sebelum keluar dari rumah sakit Alicia berhadapan dengan seorang dokter, dr. Richard namanya, lelaki itu tidak bisa mendiagnosa penyakit yang sedang Alicia derita, sebab gadis itu cenderung teramat sangat tertutup dengan semua pernyataan yang diajukan oleh dr. Richard “Maaf, jika tidak keberatan saya akan bertanya, apakah kamu sering memuntahkan kembali makananmu selama ini? Dari apa yang sudah kami pelajari kami mengenali gejala Bulimia ada pada dirimu” “Saya tidak pernah mencoba mengeluarkan makanan yang sudah makan, saya sangat menikmati semua makanan saya jadi untuk apa saya melakukannya?” jawab Alicia tegas meski penuh dengan kebohongan “Kami menyarankan agar kamu benar-benar tidak mengeluarkan makananmu kembali, karena itu bisa membahayakan jiwamu sendiri” dr. Richard coba mengingatkan “Saya mengerti.”

“Bulimia. dokter itu pasti sudah menyadarinya namun selagi aku masih bisa aku akan terus menyangkalnya” gadis itu memang tengah menderita penyakit Bulimia tak ada yang tahu dan tak ada yang boleh tahu tentang kebenarannya, ia hanya tidak ingin dipersalahkan atas keadaan yang sedang terjadi kepadanya saat ini karena Alicia tahu pasti tak ada yang benar-benar mengerti dia, tak ada yang memahami perasaannya, tak ada yang benar-benar mau mendengar keluh kesahnya.

“Deborah, sejujurnya aku tidak tahu siapa yang membawaku kerumah sakit? Aku sudah jatuh pingsan sebelum aku menemukan taksi, katakan padaku siapa orang itu?” “Inilah yang saya takut-kan Nona, Anda berada dalam bahaya namun tidak seorang pun mengetahuinya, saya adalah orang yang akan menanggung resiko besar” Debora begitu menunjukkan raut kekecewaan terhadap Alicia, bahwa ia benar-benar akan menanggung akibat dari keteledoran yang sudah disebabkan sebaiknya Alicia mempertimbangkan Deborah “Aku berjanji bila kesalahan sama tidak akan terulang, jadi tolong katakan siapa yang sudah memberiku pertolongan? Apakah dia seorang lelaki muda?” “Jujur saja seseorang itu meminta semua orang merahasiakan namanya, termasuk ciri-ciri fisik yang tak perlu diungkap pada anda” “Apa aku perlu menambahkan uang? Agar kau berada dipihakku?” “Tidak Nona, jangan lakukan itu, baiklah, anggapan secara umum saya memang adalah barang yang sudah anda beli, jadi saya pastikan untuk tidak pernah menyimpan rahasia pada anda” “Bagus” “Dia bukan seorang lelaki muda seperti dugaan anda, dia merupakan pria tua berusia enam puluh tahun” “Benarkah?” “Apakah anda meragukan ucapan saya?” “Ini aneh?” “Apa yang aneh?” “Tidak, tidak apa? lalu bisakah kamu memberitahukan siapa nama lelaki tua itu?” “Namanya John Alfred” “John Alfred” Alicia mengulang dua kata itu ‘Nama yang terdengar sangat asing ditelingaku, siapa dia? Aku tidak pernah mengenal staf yang bekerja disekolah tempatku belajar dengan nama John Alfred’

Suasana sekolah begitu ramai tak terkendali terlebih pada jam makan siang seperti ini, Alex terlihat membolak-balikkan buku harian Alicia “Ceroboh sekali, sial mengapa buku ini bisa ada ditanganku? Seharusnya aku meletakkan benda ini ke tempat semula sebelum wanita itu (Deborah) masuk kedalam ruangan” pikir Alex menyesali semua yang sudah terlanjur terjadi “Aku harus mengembalikan buku harian ini dengan cara tidak mudah, ataukah sebaiknya tidak perlu dikembalikan saja? Ya mungkin seperti itu saja” tapi semakin dipikirkan ulang, hal ini memberatkan diri, Alex pikir ia harus bertanggung jawab mengembalikan buku harian Alicia pada saat yang tepat.

Dengan hanya mengendus aroma buku itu, Alex dapat segera menemukan dimana Alicia tinggal.

tidak berkendara, Alex berlari dengan kecepatan yang sangat tinggi, membawanya sampai ke sebuah rumah yang begitu megah adanya, Alex pun masuk kedalam kamar Alicia, disana terdapat beberapa foto Alicia yang dipajang, Alex sempat melihat-lihat foto-foto wajah Alicia yang tampak riang meskipun pada kenyataannya ia selalu menunjukkan kemurungan.

"Sebelum gadis itu kembali dari rumah sakit" Alex buru-buru memasukkan buku harian milik Alicia kedalam laci meja belajar, lalu secepat mungkin pergi meninggalkan ruangan itu.

Rupanya pemandangan langit biru yang cerah tidak lagi mampu menawan hatinya, sebab dari pada merasa kagum mendadak Alicia berfikir bahwa Tuhan tidak pernah adil kepada hidupnya yang tak seindah keindahan yang ia ditemukan saat memandang langit biru luas berselimut awan- awan putih nan teramat cantik "Tuhan, mereka semua tampil indah, lalu mengapa tidak seperti itu dengan hidup yang harus kujalani saat ini?" 

Tak lama kemudian Alicia sampai pula dirumah mewahnya, beberapa pelayan telah disiapkan untuk menyambut kedatangan Alicia "Selamat datang Nona" sambut mereka secara bersamaan, gadis itu hanya mengangguk dan melintasi orang-orang yang menaruh hormat kepada dirinya begitu saja. "Keluarkan barang-barang Nona kita dari dalam mobil, pastikan tak ada yang tertinggal" pinta Deborah kepada bawahannya "Baik."

"Apa kalian sudah membereskan ruangan Nona Alicia?" "Sudah Nyonya" "Bagus" ucap Debora memuji, lantas membuka pintu kamar Nona besar "Mereka bekerja dengan sangat baik, ruangan anda selalu bersih, rapi dan wangi" Alicia tak merespon perkataan Deborah itu, ia terlalu lelah untuk bicara.

“Beristirahatlah dengan baik Nona, ambil waktu anda, saya akan menyiapkan makanan bersama para pelayan yang lain, saya harap ini adalah kali terakhir anda dirawat disebuah rumah sakit” sebelum Debora keluar dari ruangan itu Alicia bertanya “Dimana kau meletakkan semua buku-buku milikku?” “Ada didalam tas sekolah anda Nona” “Kau yakin tak ada yang tertinggal?” “saya pastikan bahwa tidak satupun ada barang yang tertinggal, kalau pun ada, saya sudah meminta orang-orang rumah sakit agar mereka bersedia menyimpan benda milik anda untuk sementara waktu sampai saya datang mendapatkannya kembali untuk anda, tapi sayangnya saya adalah orang yang disiplin dan mendetail, jadi tidak mungkin akan ada barang yang ketinggalan” ucapan Deborah itu telah menguatkan kepercayaan Alicia bahwa barangnya memang tidak ada yang tertinggal.

Alicia ingat betul sebelum dirinya meminta seorang suster untuk menyuntikkan obat tidur, bahwa ia telah menuliskan sesuatu didalam buku harian miliknya, yang artinya Alicia tidak meninggalkan buku catatan itu pada rak penyimpanan buku atau didalam laci meja belajarnya ia yakin betul sudah membawanya kesekolah bahkan hingga saat ia berada dirumah sakit, satu persatu barang dikeluarkannya dari dalam tas, tidak terduga ia tidak bisa menemukan buku yang ia cari-cari “Debora? Apa dia yakin tidak meninggalkan buku harianku dirumah sakit?” Alicia mulai kesal, buku tersebut memang tidak mempunyai nilai jual, namun perjalanan dari masa ke masa yang selalu ia tuangkan kedalamnya menjadikan alasan menuju ketegaran serta penguatan yang kian bertambah.

“Debora! Debora!” wanita itu belari menghampiri Alicia “Apa ada yang bisa saya lakukan untuk anda Nona? anda berteriak sangat keras”  “Kau mungkin telah melewatkan satu benda saat berkemas dirumah sakit tadi, itu artinya telfon-lah seseorang yang bisa membantumu mendapatkan kembali benda yang ku maksud” “Apakah benda yang anda maksud Nona?” “Aku kehilangan buku harianku, dan aku sudah menganggapnya terlalu penting, sehingga aku tidak bisa terima bila buku harianku menghilang, dan berada ditangan yang salah” “Saya pikir sudah memasukkan semua benda anda kedalam tas, tak terkecuali buku-buku pelajaran anda” “Aku yakin buku harian itu ada bersama denganku, sebaiknya telfon pihak rumah sakit, tanyakan buku harian itu pada mereka" "Baiklah Nona" ini perintah! "Maaf staf kami tidak menemukan barang seperti yang anda sebutkan tadi, mereka juga sudah memeriksanya bahkan sampai kebagian paling mustahil demi mendapatkan apa yang anda cari" "Begitu rupanya, kalau begitu terima kasih banyak dan maaf untuk mengganggu, selamat siang dan selamat kembali bekerja" "Selamat siang." tutup mereka dengan sopan, Alicia tidak memerlukan penjelasan apapun lagi dari Debora setelah mendengar pembicaraannya dengan seorang staf rumah sakit melalui sambungan telefon, Alicia terlihat murung hanya karena buku harian

“Begini saja Nona, sebaiknya saya membereskan ruangan ini terlebih dahulu, siapa tahu anda bisa menemukan buku harian yang anda maksud?” “Apa itu akan bekerja? Sementara sebenarnya buku harianku ada dirumah sakit, aku yakin itu” “Nona, anda tidak membawa banyak barang bawaan selama berada dirumah sakit, sehingga mudah bagi saya untuk tahu jika ada satu saja barang yang tertinggal, saya juga sangat yakin itu” “Baiklah jangan mendebatku, ikuti saja kemanapun arah hatimu meminta, lalu jika kau tidak menemukan buku harianku didalam ruangan ini, maka lakukan apa yang perlu kau lakukan” “Dimengerti Nona” Debora memulainya dengan rak-rak buku pribadi Alicia yang tersusun rapi, namun ia tidak mendapatkan apapun disana, bahkan dibeberapa titik tertentu usahanya terbilang nihil, hingga tanpa sengaja Debora membuka laci meja belajar Alicia, yang sengaja ia abaikan karena laci itu adalah hal pertama dan mudah Alicia selalu meletakkan buku harian Alicia ditempat yang selalu sama itulah yang membuat Deborah melewatkan laci meja Alicia, namun siapa yang menyangka disana tertera dengan jelas ‘Buku catatan harian Alicia’ “Apakah ini yang anda inginkan nona?” Alicia dibuat sungguh keheranan ketika melihat itu, bagaimana mungkin benda itu ada didalam laci? “Berikan itu padaku” Alicia penasaran dengan isi buku tersebut, kala ia membaca isinya : Jujur saja aku tidak suka saat ada seseorang yang mencampuri urusanku, semua orang didunia ini tanpa terkecuali, termasuk Ayah kandungku sendiri. tapi pemuda itu telah memberiku pertolongan dikala aku tidak berdaya dan sempit, ia dengan sengaja membawaku kerumah sakit tanpa meminta persetujuanku, aku sungguh diambang kebingungan, perlukah aku menyikapinya dengan amarah atau justru kebalikannya, menempatkan diri dalam kesyukuran karena merasa tertolong? Sebenarnya aku tidak suka ditolong, jujur saja sampai detik ini aku memutuskan sangat ingin marah, tapi aku tidak terbiasa mengekspresikan suatu amarah, jadi aku tidak tahu bagaimana itu dilakukan? aku sangat ingin dibiarkan tergeletak menyedihkan diatas lantai, lalu semua orang mengerumuni, mendapati aku tidak lagi bernyawa, tak lama kemudian mereka akan melupakan aku dari dalam ingatan mereka untuk selamanya, sempurna

“Bagaimana mungkin? Ini mustahil” Alicia tidak bisa berfikir jernih, betapa tidak? beberapa hari yang lalu ketika Alicia masih berada diatas ranjang pemulihan, ia telah menuliskan sesuatu yang sama persis seperti yang tertera didalam buku hariannya, itu menandakan bahwa buku Alicia ada bersamanya saat itu, tapi mengetahui kenyataan bahwa buku yang ia maksud ada dirumahnya, Alicia betul-betul tidak bisa percaya “Ada apa dengan anda Nona?” Debora bertanya-tanya begitu mendapati ekspresi shock Alicia “Nona? Anda baik-baik saja? Apakah buku ini bukanlah seperti yang anda inginkan?” "Pergilah, aku ingin sendiri" Deborah mematuhi permintaan Alicia, tapi sebelum itu "Deborah?" "Saya Nona?" "Terimakasih" Deborah hanya mengangguk lalu keluar dari dalam kamar Alicia seraya menutup pintu.

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status