Beranda / Fantasi / PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA / BAB 15 : TATAPAN SANG KOMANDAN

Share

BAB 15 : TATAPAN SANG KOMANDAN

Penulis: TenMaRuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-30 09:41:34

"RIEL!"

Jeritan Arista menggema, memecah kesunyian sakral ruangan es. Aku terpaku. Pangeran Elf yang biasanya begitu gagah dan tenang itu kini terkapar tak berdaya di lantai batu. Darah merembes deras dari sisi tubuhnya, meninggalkan noda merah gelap yang kontras dengan jubah hijaunya yang lusuh. Aroma anyir samar mulai tercium.

Ini gawat. Sangat, sangat gawat.

Arista langsung meluncur ke sisi Riel, memeriksa lukanya dengan tangan gemetar namun cekatan. "Bertahanlah, Riel! Bertahanlah!" bisiknya, suara sarat kepanikan.

Aku? Otakku serasa membeku sejenak. Visi dari Crysalis tadi – tentang menenun benang harmoni, tentang luka lama yang terbuka – tiba-tiba terasa begitu jauh dan abstrak dibandingkan kenyataan pahit di depan mataku.

Riel sekarat.

Dan Vane Morwen… getaran dingin di udara memberitahuku bahwa dia pasti sudah di ambang pintu.

Benar saja.

Sebelum aku sempat menarik napas untuk menenangkan jantung yang berdebar bak genderang perang, sesosok bayangan tinggi dan gelap muncul di p
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 32: MATA SANG PENENUN

    Hening.Sebuah keheningan yang begitu pekat, seolah baru saja menelan jeritan terakhir para Lurker. Hutan ini membisu.Satu-satunya suara adalah napas kami bertiga yang memecah sunyi. Ritme yang kasar, panik, dan putus asa.Punggungku menjerit protes saat kusandarkan pada sebatang pohon raksasa yang kulitnya lembap dan kasar. Kakiku berubah jadi jeli, gemetar hebat, menjadi penopang yang payah bagi tubuhku sendiri. Setiap jengkal ototku terasa seperti ditarik hingga nyaris putus. Pertarungan singkat tadi telah merampas habis setiap ons tenaga yang tersisa.Di hadapanku, wajah tegang Arista masih memindai setiap sudut gelap di antara pepohonan saat ia bergerak cepat memeriksa Riel. Sang Pangeran Elf bersandar di akar pohon, dadanya naik turun dengan cepat, namun pedang peraknya masih tergenggam erat seolah menjadi bagian dari lengannya."Kau tidak apa-apa?" desak Arista, matanya yang setajam elang mencari-cari luka baru di tubuh Riel.Riel menggeleng lemah, berusaha keras menormalkan n

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 31: DI JANTUNG HUTAN SENJA

    Melewati Treant raksasa yang kembali menyatu dengan hutan terasa seperti baru saja lulus dari ujian paling absurd sedunia. Lega, tentu saja. Ada kelegaan luar biasa yang menjalar di sekujur tubuh.Tapi, peringatan terakhirnya terus menggema di benakku.“Tidak semua penjaga bisa diajak bicara dengan lagu.”Kalimat itu menjadi nada sumbang yang merusak harmoni kemenangan kecil kami, menanamkan benih waswas yang baru.Perjalanan kami berlanjut, semakin dalam ke jantung Perbatasan Senja. Dan tempat ini… demi semua dewa yang tak pernah kukenal, hutan ini semakin aneh saja.Cahaya senja abadinya yang temaram membuat semua warna tampak pucat dan misterius. Jamur-jamur raksasa sebesar payung berpendar dengan cahaya ungu dan oranye yang sakit-sakitan, tumbuh di batang-batang pohon yang kulitnya sehitam arang. Aku bahkan bersumpah melihat beberapa bunga aneh yang kelopaknya langsung mengatup rapat setiap kali kami melintas, seolah mereka pemalu… atau mungkin membenci kehadiran kami.Rasanya sep

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 30: UJIAN PENJAGA HUTAN

    Pohon yang berjalan. Pohon yang marah.Butuh beberapa detik bagi otakku yang kelelahan untuk mencerna pemandangan mustahil di depan kami. Ini bukan sekadar monster hutan. Ini adalah perwujudan... jiwa dari hutan itu sendiri. Menjulang tinggi, berakar pada zaman, dan jelas... sangat tidak menyukai kami."Treant," desis Arista di sampingku. Kedua belatinya sudah siaga dalam genggaman, postur tubuhnya merendah, siap menerkam. "Penjaga Kuno hutan ini. Jangan bergerak tiba-tiba, Liora."Terlambat. Sekujur tubuhku sudah membeku kaku.Suara gemuruh rendah kembali menggema dari tubuh raksasa itu. Suara itu tidak keluar dari mulut, melainkan bergetar dari setiap serat kayunya, seolah ribuan akar tercabut paksa dari perut bumi."SIAPA... YANG... MENGGANGGU... KETENANGAN HUTAN INI?"Suaranya lambat, berat, dan sarat akan amarah purba yang telah lama tertidur.Dua titik cahaya hijau lumut yang menyala di tempat yang seharusnya menjadi mata, kini menatap lurus ke arahku. Ia bisa merasakannya. Ener

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 29: JALUR CAHAYA BIRU

    Riel dan Arista menatapku, ekspresi mereka terpaku dengan campuran antara kaget dan ragu. Aku mengerti kebingungan mereka. Beberapa saat lalu aku sama tersesatnya, kini aku menawarkan diri menjadi pemandu. Dari sudut jiwa yang mana datangnya kepercayaan diri ini, aku sendiri tak tahu.Aku hanya membalas tatapan mereka dengan senyum tipis."Aku tahu jalannya," ujarku, suara terdengar lebih mantap dari yang kurasakan."Ikuti aku."Tanpa menunggu persetujuan mereka, aku berbalik dan melangkah lebih dulu. Memasuki kembali labirin akar-akar pohon raksasa yang tadinya terasa begitu menyesatkan.Namun kali ini, semuanya berbeda.Aku tidak lagi melihat dengan mata biasa. Aku memejamkan mata sejenak, membiarkan indera Aether-ku yang baru lahir ini mengambil alih sepenuhnya. Seluruh duniaku yang tadinya dipenuhi hijau dan cokelat kini memudar, digantikan oleh fokus mutlak pada benang-benang energi biru pucat yang menari-nari di dalam benakku.Benang-benang itu seperti pita cahaya gaib yang dite

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 28: PERBATASAN SENJA

    Perpisahan dengan Faelan dan kehangatan Suaka Sylvan terasa seperti mimpi yang berakhir terlalu cepat. Hanya butuh satu langkah melewati tirai air terjun, dan dunia luar yang kejam kembali menyergap kami tanpa ampun.Kami kembali menjadi buronan. Kembali menjadi target.Namun kali ini… ada harapan. Ada tujuan yang jelas."Perbatasan Senja," gumam Arista. Matanya yang tajam menatap jalur menurun di depan kami, sebuah pemandangan yang terasa begitu asing dan tidak ramah. "Menurut peta Elara, kita harus melewati hutan lebat di kaki lembah itu."Beberapa jam pertama perjalanan terasa menipu. Lereng-lereng landai yang kami susuri dipenuhi hutan pinus yang lebih rapat dari sebelumnya. Suara angin tak lagi meraung-raung, dan udara terasa sedikit lebih hangat seiring menurunnya ketinggian kami. Sebuah ketenangan yang hampir membuat kami lengah.Riel, meski masih sesekali meringis jika bergerak terlalu cepat, sudah bisa berjalan tanpa tongkat. Langkahnya lebih mantap, dan wajahnya yang pucat p

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 27 : MENUJU PERBATASAN

    Tiga Hari.Selama tiga hari penuh, suaka Sylvan di balik tirai air terjun ini telah menjadi rumah kami. Benteng kami dari dunia luar yang kejam. Di sini, waktu seolah melambat, berjalan seirama dengan denyut alam itu sendiri.Untungnya, di bawah perawatan Faelan dan Arista, kondisi Riel membaik dengan pesat. Setiap hari, lukanya dibersihkan dengan air suci dari kolam yang telah kumurnikan, dan ia menelan ramuan herbal pahit racikan Faelan. Perlahan tapi pasti, racun sihir gelap Umbra itu enyah dari tubuhnya. Wajahnya yang semula sepucat kertas, kini mulai merona, dan napasnya jauh lebih teratur.Hari ini, untuk pertama kalinya, ia berhasil duduk sendiri di tepi kolam. Gerakannya memang masih kaku dan ia masih butuh bantuan untuk sekadar berdiri."Sudah kubilang, aku baik-baik saja," ujarnya dengan nada keras kepala yang khas saat Arista mencoba membantunya bersandar lebih nyaman.Aku yang duduk tak jauh darinya hanya bisa memutar bola mata.Dasar Pangeran Elf, baru saja sadar sudah so

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status