Share

Eps 6.Masa Lalu David.

   Reta datang ke rumah David. Mama enggan menerima Reta masuk. Merasa muak melihat Reta wajah Reta. 

"Siang Tante? David udah pulang ya?" 

"Tau dari mana David udah pulang? Kamu kayak wartawan aja. Tau berita akurat !" 

Reta hanya senyum. Kemaren Mamanya David masih ramah. Tapi kenapa sekarang ketus? Reta mencari wajah teduh Mamanya David. Tak di temukan di sana. Yang ada aura kesal terpancar di wajahnya. 

Tanpa di suruh Reta duduk di sofa. 

"Ada apa Reta? Dari mana kamu tau David pulang? Tanya Mama David. 

"Dari Ardi Tante? 

"Lah terus kenapa masih kesini? Kata David kalian udah putus? 

Reta menelan ludah. Binggung harus menjawab apa. Sesuatu menganjal di hati Reta. Penyesalan memang selalu datangnya belakangan. Ingin mencoba meraih hati David kembali.  

"Aku hanya ingin minta maaf sama David Tante," ucap Reta mengiba. 

"Ooh ...." ucap Mama David. 

"Sebentar ya, aku panggilin David , kamu duduk dulu," ucap Mama David melunak. 

"Iya Tante," 

Reta kemudian mendudukan dirinya di sofa ruang tamu. Reta menunggu sambil menyandarkan kepalanya di sofa. Kangen menguasai hati. Kata romantis selalu tergiang di telinganya tatkala David  masih menjadi kekasihnya. Juga perhatian yang tak pernah luput dari David. Saat ini Reta kangen dengan semua yang ada dalam diri David. 

Sosok tampan memakai kaos  juga celana pendek melekat di tubuhnya. Membuatnya semakin menawan. 

Reta berdiri ingin menyambut David juga memeluknya. David mundur beberapa langkah menghindar dari Reta yang ingin memeluknya. 

Reta berdiri membeku. Menatap David sendu. 

"Silakan duduk Reta, katanya ingin bertemu denganku," 

"Emm iya," 

Reta mundur beberapa langkah dan duduk di sofa. 

Reta takjub pemandangan di depanya. Lelaki di depanya semakin dewasa juga sangat tampan. Wajahnya bersih, tanpa kumis dan jambang. Reta betah menatapnya lama- lama. 

"Ko bengong Reta? Katanya ada yang ingin kamu sampaikan?" 

Tersadar dari lamunanya. Reta merasa malu. 

"Aku sudah putus dengan Dodi, dia bukan laki- laki yang baik. Dia sering pukuli aku. Tak tahan berada di dekatnya," 

"Lalu?! Kamu ingin kembali padaku Reta Sentani??!" 

David tertawa sumbang. Mengema di sudut ruangan ini. 

Reta menunduk tak mampu menatap mata elang milik David. Sorot matanya mengandung kecewa, Amarah juga sakit hati yang mendalam. 

Reta menganguk, jawaban atas pertanyaan David. 

"Setelah di campakan kau datang padaku! Di mana otakmu!" 

Kali ini Reta berani menatap mata David. 

"Ini bukan salahku sepenuhnya, kamu yang tak ada waktu buat aku! Kamu terlalu sibuk dengan karirmu!" 

"Heeh !! kamu  yang jalang! Udah punya pacar masih mengoda laki- laki lain!" 

"Aku tak mengoda, dia yang tergoda," 

"Sama saja Nona Reta Sentani," ucap David sinis. 

Ia muak melihat wajah Reta. Bayangan Reta bercumbu dengan selingkuhanya terbayang di depan mata. Jijik. 

Reta terdiam. Kata- kata pedas David menghujam jantungnya. Kadang David punya ketegasan yang membuat Reta takut. 

Reta tak ingin menyerah. Laki- laki ini dulu sangat mencintainya. Saat ini juga pasti tak berubah. Hanya perlu merendahkan diri, pasti akan luluh. 

"David ...." panggil Reta berusaha mencari simpati David. 

David tak bergeming, memijit kepalanya. Mendadak pusing. Tak tau kemana cinta yang besar kepada Reta. Saat ini hanya benci menguasai hati. 

"Kumohon pergilah Reta, aku tak ingin melihatmu lagi!" 

Deg 

Jantung Reta  berhenti berdetak. Ingin rasanya berlutut di kaki David mohon pengampunan. Tapi gengsi melakukan itu. 

Reta berdiri mematung. Melihat wajah Tampan David. Tak ingin melewatkan pesonanya. Tapi melihat David begitu marah, tak ingin membuatnya semakin marah. Reta mengalah.  

"Aku pulang ...." ucap Reta melangkah keluar. 

David mengangkat kepalanya. Melihat Sosok yang dulu di cintainya menghilang dari balik pintu. Masuk mobil meninggalkan rumah David. 

David melangkah menutup pintu rumahnya. Seperti saat ini ingin menutup pintu hati buat Reta. Kembali bayangan Ivana menyapa memori David. Ingin mencari tau keberadaan sosok Ivana. Yang beberapa hari ini mengalihkan konsentrasinya. Tapi kemana harus mencari Ivana. Tak mungkin selalu ke Bandara hanya ingin melihat kedatangan Ivana. 

Reta masih duduk di belakang kemudi. Menatap rumah David yang sudah di tutup David tadi. Hatinya berdenyut nyeri mengingat sikap David tadi. 'Padahal dulu dia begitu memujaku, sekarang menjadi dingin,  aku akan berusaha merebut simpatinya kembali' batin Reta. 

Tiba- tiba bayangan Nama Tante Lia berkelebat di memorinya. Tante Lia adalah Tantenya David. Selama ini dia yang selalu nenangin kalau ada masalah dengan David. Tante Lia  mengangap Reta seperti anak kandungnya sendiri. Reta menstarter mobilnya menuju Rumah Tante Lia. 

Sambutan hangat dari Tante Lia. Ketika Reta menjejakan kakinya di pintu rumah Reta. 

"Selamat Siang Tante," Reta dan Tante Lia cipika cipiki. Kemudian Tante Lia memeluk Reta hangat. 

"Siang ponakan Tante yang paling cantik," 

Tante Lia merangkul Reta masuk ke dalam dan mendudukanya ke sofa yang empuk. 

"Gimana kabar kamu Reta? Itu David sudah pulang? Kamu tidak kesana?" 

Mata Reta sedikit mengembun. 

"Lah di tanya malah bengong," 

"Aku tadi dari rumah David Tante ...." 

"Terus ko sedih, harusnya seneng dong dari rumah calon suami," 

Reta menghela nafas sejenak. Mengatur nafasnya pelan. Mengengam tangan Tante Lia. Berharap menolongnya saat ini. Bayangan  David menolak tadi begitu menyesakan dada. 

"Ada apa Reta? Kenapa sedih?" Tanya Tante Lia menangkup wajah Reta. 

"Aku menyesal Tante," tangis Reta meledak. 

"Aku ingin kembali ke pelukan David. Tante, Menyesal telah menyia- nyiakan dia." 

"Huu..huu ...." 

Reta menangis dalam pelukan Tante Lia. Ia menepuk pundak Reta berulang kali. Menenangkan gadis cantik dalam pelukanya. 

Setelah tenang Tante Lia mengangkat tubuh Reta dari pelukanya. Reta kemudian menceritakan kejadian yang sebenernya di selingi isak tangis. Tante Lia menghela nafas sejenak. Bagi lelaki kebanyakan penghianatan itu susah termaafkan. Tapi karena rasa sayang yang besar pada Reta ia akan berusaha membujuk David. 

"Kau sudah minta maaf pada David?" Tanya Tante Lia seraya mengelus kepala Reta. 

"Udah Tante, tapi David sangat membenciku," ucap Reta sendu. 

"David butuh waktu Reta, biarkan dia sendiri  dulu. Tante rasa David masih mencintaimu," ucap Tante Lia seraya menenangkan Reta walau tak yakin dengan ucapanya sendiri. 

Reta menghela nafas sejenak. Sangat menyesal telah membagi cinta, seandainya bisa menahan godaan kesepian mungkin kini David tak membencinya. 

Kembali Reta  memeluk Tante Lia, meminta dukungannya. Saat ini Reta masih sangat mencintai David. Tak mau kehilanganya. 

Tante Lia menepuk pundak Reta. 

"Sudahlah, jangan di pikirkan. Berdoa aja semoga David menerimamu kembali. Seandainya anak Tante ada yang bujang mending sama anak Tante aja ... Hehehe," 

Senyum cerah menghiasi bibir tipis milik Reta. Candaan Tante Lia sedikit memberi ketenangan. 

"Hehehe ... Tante bisa aja nih," 

"Ya udah Tante, Reta pulang dulu. Oh ya  Tante tak ingin main ke rumah Reta?" 

"Nanti kapan- kapan ya, nanti sore Tante ada arisan juga," 

"Ada arisan? Mana yang bisa  Reta bantu?" 

"Nggak usah, Tante udah pesen catering," 

"Ya dah Tante, Reta pulang dulu. Salam buat Om Wijaya," 

Om Wijaya adalah suami Tante Lia. 

"Iya, hati -hati Reta sayang," Tante Lia mengantar sampai depan pintu. Reta kemudian masuk mobil melambaikan tanganya pada Tante Lia, kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah Tantenya David. 

Bersambung. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status