Home / Romansa / Pak Ceo, Aku Ingin Anak / Bab 105: Inara Clarissa

Share

Bab 105: Inara Clarissa

Author: Za_dibah
last update Last Updated: 2025-12-29 18:43:23

Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat Darian meninggalkan gedung.

​Malam ini langit Solterra tidak bersahabat. Hujan turun sangat deras, seolah-olah langit sedang tumpah. Angin kencang menggoyang pepohonan di pinggir jalan raya. Darian duduk di kursi belakang, memijat pangkal hidungnya yang terasa pening.

​"Marco, ambil rute jalan belakang yang lebih sepi. Aku tidak ingin terjebak macet di jalan utama," perintah Darian.

"Baik, Tuan."

​Mobil melaju membelah hujan yang membatasi jarak pandang. Tiba-tiba, lampu depan mobil menangkap sosok bayangan yang berlari tak tentu arah dari arah gang sempit.

​CIIIITTTTT!

​Mobil mengerem mendadak, membuat tubuh Darian terdorong ke depan. Seorang gadis yang mengenakan jaket lusuh dan basah kuyup menabrak bagian depan mobil dan terjatuh ke aspal yang dingin.

​"Tuan! Ada orang yang menabrak kita!" seru Marco siaga, tangannya sudah memegang gagang senjata di balik jasnya, khawatir ini adalah jebakan Max.

​Darian melihat dari jendela. Di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 108: Berusaha menahan.

    Beberapa jam kemudian, Penthouse sudah sunyi. Lampu-lampu utama telah dipadamkan, menyisakan lampu tidur yang temaram. Di dalam kamar utama, Darian baru saja selesai mandi. Ia keluar dengan hanya mengenakan celana training hitam, rambutnya masih basah dan handuk tersampir di bahunya. ​Ia melihat Amara sudah berada di atas ranjang, namun istrinya itu tidur membelakanginya, meringkuk di bawah selimut tebal. Darian tahu Amara tidak sedang tidur; napasnya terlalu tidak teratur untuk seseorang yang sudah terlelap. ​Darian mematikan lampu nakas, lalu perlahan naik ke ranjang. Ia mendekati Amara dan melingkarkan lengannya di pinggang ramping istrinya, menarik tubuh Amara agar merapat ke dadanya yang hangat. ​"Aku tahu kau belum tidur," bisik Darian tepat di telinga Amara. ​Amara tetap diam, namun ia tidak menepis tangan Darian. ​"Maafkan aku untuk hari ini," bisik Darian lagi, suaranya terdengar tulus dan penuh sesal. Ia mengecup pucuk rambut Amara berkali-kali. "Inara tidak akan mengga

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 107: Aku... hanya menumpang?

    Perjalanan menuju Penthouse terasa sangat lama bagi Darian. Di sampingnya, Inara tertidur karena kelelahan, sementara di pikirannya, bayangan wajah Amara terus muncul. Ia tahu ini akan sulit dijelaskan, namun ia tidak punya pilihan lain untuk melindungi penyelamat nyawanya. ​Lift VVIP meluncur cepat menuju lantai teratas. Begitu pintu lift terbuka, lampu temaram menghiasi koridor luar Penthouse. Darian segera menempelkan kartu khusus dipintu, seketika cahaya lampu Penthouse yang hangat menyambut mereka. Amara, yang sedang duduk di sofa ruang tengah sambil membaca buku ditemani Bi Ana, langsung berdiri begitu mendengar suara langkah kaki. Senyumnya merekah saat melihat Darian kembali. ​"Mas, kau sudah pu..." ​Ucapan Amara terhenti di udara. Matanya membelalak saat melihat Darian masuk tidak sendirian. Di belakang suaminya, berdiri seorang gadis asing dengan wajah polos dan rambut yang sedikit berantakan, mengenakan paka

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 106: Penthouse-ku, tempat paling aman.

    Hujan di luar semakin menggila, menghantam kaca mobil dengan suara yang memekakkan telinga. Di dalam kabin Rolls Royce yang kedap suara, suasana terasa begitu dingin dan kaku. Inara duduk meringkuk di sudut jok kulit, tubuhnya yang basah kuyup bergetar hebat. Darian mematung. Jantungnya berdegup kencang, menghantam rongga dadanya. Ia perlahan meraih tangan Inara yang dingin dan pucat, menggenggamnya erat. ​"Inara... lihat aku," bisik Darian. ​Inara menoleh dengan bingung. Darian menatapnya tepat di mata. "Akulah Rian. Anak remaja yang kau bawa lari dari penculik itu... akulah Darian, pria yang selama ini kau cari." ​Mata Inara membelalak sempurna. Tubuhnya seolah membeku di tempat. "R-Rian? Kau... kau Rian-ku?" ​Inara menatap wajah tegas Darian, mencoba mencari sisa-sisa raut wajah remaja yang dulu ia selamatkan di balik ketampanan pria dewasa yang berwibawa ini. Seketika, air mata Inara tumpah tak terbendung. Ia tanpa sadar menghamb

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 105: Inara Clarissa

    Jam menunjukkan pukul tujuh malam saat Darian meninggalkan gedung. ​Malam ini langit Solterra tidak bersahabat. Hujan turun sangat deras, seolah-olah langit sedang tumpah. Angin kencang menggoyang pepohonan di pinggir jalan raya. Darian duduk di kursi belakang, memijat pangkal hidungnya yang terasa pening. ​"Marco, ambil rute jalan belakang yang lebih sepi. Aku tidak ingin terjebak macet di jalan utama," perintah Darian. "Baik, Tuan." ​Mobil melaju membelah hujan yang membatasi jarak pandang. Tiba-tiba, lampu depan mobil menangkap sosok bayangan yang berlari tak tentu arah dari arah gang sempit. ​CIIIITTTTT! ​Mobil mengerem mendadak, membuat tubuh Darian terdorong ke depan. Seorang gadis yang mengenakan jaket lusuh dan basah kuyup menabrak bagian depan mobil dan terjatuh ke aspal yang dingin. ​"Tuan! Ada orang yang menabrak kita!" seru Marco siaga, tangannya sudah memegang gagang senjata di balik jasnya, khawatir ini adalah jebakan Max. ​Darian melihat dari jendela. Di

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 104: Lancaster Group

    ​Pagi itu, Penthouse kembali terasa lebih hidup. Bi Ana, asisten rumah tangga setia yang sudah seperti keluarga sendiri, akhirnya kembali dari desanya di pinggiran wilayah utara yang sejuk setelah menghadiri pernikahan keponakannya. Kepulangannya membawa aroma pedesaan yang segar ke dalam hunian mewah Darian. ​Amara, yang sudah bisa berjalan dengan lebih stabil meskipun tetap dalam pengawasan perawat, menyambut Bi Ana dengan senyum lebar di ruang makan. ​"Bi Ana! Akhirnya Bibi pulang," sapa Amara hangat. ​Bi Ana meletakkan beberapa keranjang anyaman besar di atas meja dapur marmer. "Nona Amara! Oh, syukurlah Nona sudah sehat. Bibi sangat khawatir saat mendengar kabar dari Tuan Darian. Lihat, Bibi membawakan banyak oleh-oleh dari desa." ​Bi Ana mulai mengeluarkan isi keranjangnya satu per satu. Ada telur ayam kampung yang masih bersih, keranjang penuh buah anggur ungu yang besar, apel merah yang renyah, dan jeruk Sunkist segar yang baru dipetik dari kebun kakaknya di desa. Tak lupa

  • Pak Ceo, Aku Ingin Anak   Bab 103: Max mulai bergerak

    Darian menyeringai tipis. Ia membayangkan bagaimana reaksi Amara jika melihat pakaian ini, dan lebih jauh lagi, ia membayangkan bagaimana indahnya tubuh Amara di bawah remang lampu kamar jika mengenakan kain tipis ini. ​"Pilihkan lima model lingerie terbaik, termasuk dua yang saya tunjuk ini," bisik Darian kepada seorang pelayan muda bernama Santi yang berdiri di dekatnya. "Kemas dengan kotak khusus, jangan sampai istriku tahu. Masukkan langsung ke bagasi mobil." ​Santi, yang bertugas di bagian tersebut, tersenyum dengan sopan dan penuh pengertian. "Pilihan yang sangat luar biasa, Tuan Lancaster. Bahan ini adalah yang paling lembut, sangat cocok untuk momen intim. Saya yakin Nyonya akan terlihat seperti dewi saat mengenakannya. Semoga malam Tuan dan Nyonya segera membuahkan hasil, mungkin bayi mungil sehat yang mewarisi ketampanan Tuan dan kecantikan Nyonya." ​Darian menaikkan alisnya, merasa senang dengan cara bicara pelayan ini yang sangat pandai membaca suasana. Ia menatap na

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status