Share

Bab 42

Author: Runayanti
last update Huling Na-update: 2025-08-07 09:08:59

Dan justru kini, hatinya dipenuhi kerinduan yang mendalam pada satu sentuhan lain. Bukan yang mengejutkan atau dipaksakan. Tapi yang diam-diam ia rindukan selama ini. Ciuman dari seorang istri yang selalu ia abaikan.

Dari Jannah.

"Aku ingin mencium bibir istriku..." bisiknya lirih, matanya mulai basah, "lebih dari apa pun saat ini."

Ia melangkah keluar kamar dengan langkah tegas, melewati ruang tamu, melewati piring-piring kosong di rak dapur—yang mungkin pernah berisi makanan yang tak pernah disentuhnya.

Perutnya tiba-tiba berbunyi. Nyaring, mengganggu, mengingatkan bahwa tubuhnya butuh asupan. Tapi ia tak menghiraukannya.

Lapar itu kecil, dibandingkan dengan kelaparan lain di hatinya.

Kelaparan akan kehadiran Jannah. Akan perhatian yang selama ini ia buang sia-sia.

Ia menghidupkan mesin mobil dan mengarahkan kendaraan ke rumah ibunya, tempat Jannah kini tertidur. Mungkin lelah, mungkin pasrah. Atau mungkin... diam-diam masih m

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 49

    Ia bersandar ke dinding. Napasnya berat, mata memejam. Dan ingatannya membawa dia kembali, ke masa lalu, potongan demi potongan kebersamaan mereka.Saat dia mendekati Jannah untuk menyapa, Jannah berdiri dengan canggung."A-aku akan kembali ke kamar." Namun langkahnya meleset. Kaki kanannya terpeleset di atas tetesan air hujan yang membasahi lantai teras itu. Ia tersentak, tubuhnya condong ke depan.“Jannah!” Deon bereaksi dengan cepat, memeluk dan menahan tubuhnya sebelum jatuh.Lengan kuat itu mendekap punggungnya dengan erat. Nafas Deon memburu. “Gila. Kamu bikin jantungku copot.”Jannah terkesiap, lalu wajah pucatnya merona merah dengan cepat. Itu adalah sentuhan fisik yang jarang terjadi di antara mereka walau hanya kulit yang saling menempel dan terasa hangat sesaat. “Aku cuma mau—”Deon tak menjawab. Ia mengangkat tubuh Jannah, menggendongnya layaknya putri. “Hei! Aku nggak sakit, kok!&r

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 48

    Deon memegangi pipinya yang memar, terdiam. Wajahnya dipenuhi rasa bersalah.Afgan menunjuk pintu dengan tegas. “Kalau bukan karena Bik Ana yang bertindak cepat, kamu bisa kehilangan dia tadi pagi!”Deon tak menjawab. Ia hanya menunduk dan mengepalkan tangan.Dari dalam bilik UGD, terdengar suara lemah Jannah memanggil, “Afgan…” Afgan menoleh dan segera masuk kembali ke dalam.Deon ingin menyusul namun perawat mencegah langkah, "Maaf, anda harus menunggu."Deon tetap berdiri di depan pintu dengan perasaan kesal, tak sanggup melangkah lebih.“Jannah... aku yang salah, kumohon, jangan terjadi apa-apa pada dirimu.”Deon berdiri kaku di ambang pintu UGD. Matanya menatap nanar ke arah ranjang tempat Jannah terbaring, tubuhnya diselimuti selimut tipis, wajah pucatnya sedikit menggeliat kesakitan. Beberapa tim medis sedang menyuntikkan cairan yang cukup banyak ke tubuh ringkih milik istrinya.

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 47

    Hujan masih turun dengan deras. Mobil taksi yang ditumpangi Jannah meluncur di antara kabut dan genangan air. Di dalam, tubuhnya mulai menggigil, jaketnya lembap, dan ujung-ujung jarinya terasa dingin seperti es. Ia menatap keluar jendela, melihat kilatan cahaya petir menyambar langit malam. Bayangan Deon yang memeluk Bella, memanggil perawat untuknya, lalu membiarkannya pergi—semua itu kembali berputar-putar di dalam kepalanya.Apa pun yang dia jalani bersama Deon, tidak pernah terlihat paniknya Deon seperti itu saat bersamanya. Saat dia sakit bahkan pingsan.Perhatian yang diberikan Deon kepada Bella adalah sesuatu yang tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan itu memiliki tempat khusus di mata dan dalam hati Deon, tetapi Deon bertahan hanya karena masih memiliki status suami istri dengannya."Tentu saja kamu harus menjaganya." Kata-katanya sendiri kini terdengar seperti tamparan balik yang menyakitkan. Matanya mulai basah.Sesamp

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 46

    Tanpa menunggu jawaban, Jannah membuka pintu dan melangkah keluar. Deon menggertakkan giginya pelan, lalu menyusul, tapi langkahnya tertahan di pintu.Sambil berlari kecil, Deon memakai kaosnya.“Sudah kubilang aku saja yang menyetir,” ucap Deon keras, menutup pintu mobil sambil menyambar kunci dari tangan supir.“Tapi—”“Tidak ada tapi. Aku lebih tenang kalau aku sendiri yang mengemudikan.” Suaranya tegas, dingin, tapi matanya tetap mengawasi Jannah yang menghela napas panjang dan masuk ke kursi penumpang.Sepanjang jalan menuju rumah sakit, tidak banyak kata yang terucap. Hanya suara wiper menggesek kaca, mengiringi derai hujan yang semakin deras dan kilatan petir di kejauhan. Langit malam tampak muram seperti suasana hati mereka.Setibanya di pelataran rumah sakit, Deon segera turun lebih dulu, membuka payung dan membukakan pintu untuk Jannah.“Pegangan yang kuat, jalannya licin

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 45

    "Jannah." Suara Deon sedikit lebih dalam. "Kalau kau ingin memukulku malam ini... aku akan diam saja."Masih tidak ada jawaban.Deon menghela napas, lalu dengan gerakan hati-hati, dia menggeser duduknya mendekat."Atau mungkin kau ingin membungkamku?" ujarnya setengah bercanda, namun wajahnya tetap serius."Kau bisa pakai bantal, ikat aku, terserah."Jannah akhirnya bersuara, datar. "Apa ini caramu meminta maaf?""Aku tidak pandai merangkai kalimat maaf," gumam Deon. "Tapi aku tahu rasanya kehilangan... dan malam ini, aku takut sekali kehilanganmu."Jannah berbalik sedikit, menatapnya sekilas seolah sedang mencari titik kebohongan atau kepalsuan dalam kalimat terakhir dari suaminya—mata mereka bertemu. Tapi hanya sebentar."Tapi kau sudah kehilanganku, Deon. Bukan karena aku pergi... tapi karena kau tidak pernah mencoba menggenggamku dari awal."Deon menunduk. Itu menyakitkan—karena benar.

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 44

    Ia berbalik, melangkah cepat keluar dari ruang makan, hendak meninggalkan semua itu. Tapi saat sampai di ambang pintu…Sosok seorang wanita tua dengan rambut memutih duduk di kursi roda, menghadang jalan keluar.Mata Jannah melebar. Napasnya tercekat."I-ibu... Sejak kapan ibu ada di sini?" tanyanya gugup, matanya berpindah dari mertuanya ke arah Deon, lalu kembali lagi.Ibunda Deon mengedarkan wajahnya pelan seolah mencari bayangan Deon dengan penglihatannya yang terbatas. Wajahnya tenang, tapi ada sorot tajam di matanya yang seolah bisa melihat lebih dari sekadar apa yang terucap."Cukup lama untuk mendengar hal-hal yang seharusnya tidak pernah terucap antara suami dan istri."Jannah menunduk malu. Deon pun tak kalah kikuk, mendadak kehilangan arogansinya.Ibunda Deon mengusap lututnya pelan, lalu menepuk kursi di sebelahnya."Kemarilah, Jannah."Jannah menoleh sejenak ke arah Deon, lalu perlahan m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status