Fara Salwa Humaira. Adalah nama cantik yang dipilih oleh Kang Rasyid. Hampir sebulan Kang Rasyid berada di sini. Keadaannya sudah mulai stabil bahkan dia sudah mulai aktif menghandel kembali bisnis fotokopi dan studio fotonya. Aku ingat Kang Rasyid memang senang memotret. Dan hasilnya sangat bagus.
"Ning.""Kang."Kang Rasyid tersenyum sumringah ke arahku dan kemudian mengelus lembut putrinya yang tengah tertidur."Baru pulang Kang?""Iya Ning, banyak orderan foto kelulusan dan pernikahan.""Syukurlah.""Njenengan kenapa gak nikah lagi Ning?""A-apa maksudnya Kang?""Kenapa njenengan gak mau nikah lagi. Padahal banyak Gus yang melamar njenengan katanya."Aku terdiam, aku tak tahu harus mengatakan apa padanya. Kemudian aku menghembuskan nafasku perlahan."Untuk apa menikah Kang, kalau jatuhnya saya tidak akan pernah bahagia.""Ning. Kenapa Ning bicara seperti itu?""Sekarang saya yang balik tanya. Kenapa Kang Rasyid gak*Fadil Abdul Ramadhan*"Pergi ....""Hahahaha ... mana kamu Azzam? Hahaha .... Aku cinta kamu ... Aku mau jadi istrimu. Hahaha."Aku menangis melihat wanita yang kucintai sedang ditangani oleh seorang psikiater dan para perawat. Setelah kejadian itu, aku segera membawa Zulaikha ke Jakarta. Dengan meminta bantuan Mas Fatur, aku akhirnya menemukan rumah sakit untuk merawat Zulaikha.Masih kuingat perkataan dokter yang menangani Zulaikha saat itu."Istri anda mengalami tekanan demi tekanan sejak kecil. Status sebagai anak istri kedua adalah awal kondisi psikisnya terganggu. Ditambah lagi cinta pertama yang tak berbalas yang berujung pada sebuah obsesi membuat kondisinya semakin parah.""Apa bisa sembuh Dok?""Insya Allah. Yang penting dukungan dari keluarga sangat penting."Aku menghembuskan nafasku. Aku harus kuat, ini demi Zulaikha dan diriku sendiri. Sudah cukup selama ini aku menjadi seorang pengecut, saatnya aku harus bangkit demi kebahagiaa
* Lailatul Mukaromah*Cinta tak berbalas mungkin itulah kisahku. Dia adalah cinta pertamaku. Aku bertemu dengannya secara tak sengaja. Usiaku waktu itu masih 17 tahun.Saat itu aku sedang berjalan bersama para sahabat mondokku di Bumiayu. Kami baru saja membolos ngaji. Di tengah perjalanan kami dihadang oleh tiga preman, kami berteriak dan tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang menolong kami. Dia menghajar ketiganya. Hingga ketiga preman itu lari."Kalian tidak apa-apa?""Tidak Mas," ucapku."Pulanglah kalian ke pondok, bukannya ini seharusnya jam ngaji. Ini teguran untuk kalian. Lain kali jangan seperti ini."Lelaki itu pun berlalu bahkan tak menyebutkan namanya saat kutanya."Mas," teriakku.Dia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap kami."Nama kamu siapa?" Aku bertanya antusias.Dia tak bergeming bahkan pergi begitu saja. Tapi wajahnya sudah terpatri dalam memoriku.Hingga lima tahun setelah aku lulus Aliyah, a
Seorang remaja berusia 17 tahun tengah mengendap-ngendap menuju ke suatu titik. Disana ada remaja lain tengah sibuk berlatih pernafasan.Si remaja tadi tersenyum jahil dan melirik pada genggaman tangannya."Hihihi. Kena kamu kali ini."Dia lalu berjalan pelan ... pelan ... 1, 2, 3."Kacang ... kacang ... kacang ...." teriaknya dan menyebar segenggam kacang tanah ke arah tubuh remaja satunya."Huwaa ... Abah ... Umi ... Mas ... huwa ...."Si remaja lari terbirit-birit dan hampir saja terpeleset. Untung keseimbangan tubuhnya bagus sekali."Hahaha ... hahaha ... Ya Allah ... Ngakak aku ... hahaha." Azada tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Aidan.Ya Aidan fobia terhadap kacang tanah gara-gara saat usianya 5 tahun dia pernah secara sengaja memasukkan biji kacang tanah melalui hidungnya karena penasaran. Akibatnya, dia harus dibawa ke rumah sakit dan dengan bantuan dokter akhirnya kacang itu berhasil dikeluarkan. Sejak saat itu Ai
"Sssstttt.... Itu si Aslan Triplets.""Mana ... Mana .... ""Arah jam 9.""Uhhh ... Heran deh kok bisa mereka seganteng itu sih. Emak Bapaknya bikinnya gimana ya?""Mau aku jadi salah satu istri mereka.""Emangnya kamu lebih suka yang mana?""Aku? Aku suka lelaki cuek bin dingin kayak Kang Aidan.""Kalau aku suka lelaki humoris nan romantis ... Kayak Kang Azada.""Kalau aku suka sama kakak mereka. Sudah kalem, pembawaannya tenang, ganteng lagi hihihi.""Hahahaha."Begitulah percakapan para santriwati yang melihat Aslan triplets. Jangan salah guys Aslan triplets sangat terkenal. Kenapa? Karena selain sangat jarang ada kembar tiga mereka juga ganteng. Klepek-klepek dah para fansnya.Belum lagi duo ‘A’ yang terkenal sebagai pembuat masalah. Bukan jenis kenakalan yang berat sih. Paling bolos ngaji, tidur di kelas, suka keluar pondok, kalau gak ada ustaz pada suka nongkrong jajan di kantin, dapat surat dari fans yang seab
Di sebuah kali yang begitu jernih airnya dengan pemandangan gunung dan pepohonan yang masih hijau, terdengar suara tiga remaja berusia empat belas tahun tengah bermain-main di aliran sungai. Mereka adalah tiga remaja yang sengaja dikirim oleh para orang tua untuk belajar ngaji di rumah Abah Daud, seorang ustaz terkenal di kampung Sidomulyo, Wonosobo. Mereka akan tinggal selama dua minggu selama liburan semester."Astaghfirulloh, Jujut, Surti! Kalian mau ngapain?""Aku mau renang dan menyelam dulu," sahut Jujut lalu melepas semua atribut khas santrinya dengan baju renang model celana pendek dan kaos pendek."Kalian gak takut dilihat orang? Kalau tiba-tiba ada yang ngintip gimana?" tutur seorang santriwati berpakaian tunik ungu dan menggunakan rok panjang."Kamu itu terlalu khawatiran Mimih Perih, percaya deh gak ada orang disini. Kalau pun ada. Mereka itu pangeran yang lagi nyari bidadari," celoteh Surti sambil memasang kemben pada tubuhnya sehingga tereksposlah s
POV Jamal"Abah gak setuju kamu itu kuliah ngambil perikanan, pokoknya ngambil jurusan agama sajalah, mau tarbiah, dakwah atau hukum islam gitu. Mosok jurusan perikanan.""Tapi Jamal seneng sama ikan Bah, tamannya Jamal udah banyak loh. Nanti kalau kuliah di perikanan, Jamal jadi bisa tahu bagaimana menggeluti bisnis budidaya ikan atau udang dengan benar. Ya Bah, Jamal mohon?" bujukku."Wes to Mal, manut karo abah sama umi. Kamu kuliah di IAIN Surakarta saja ya. Atau kalau mau di UNS gak papa ambil yang keguruannya. Terserah mau ambil yang mana?" tambah Umi."Nah wes gitu aja Mal. Kamu boleh gak ngambil jurusan yang berbau keagamaan yang penting ambil keguruannya. Soalnya kamu kan harus bantu mas-mas kamu mengajar di pondok," titah Abah tegas.Aku hanya mendengkus kesal. Mau marah pun percuma, mau mogok apalagi. Minta bantuan ketiga kangmasku juga percuma. Mereka semua kan manut sama Abah.Jamaludin Akbar namaku, usiaku sekarang 18 tahun. As
POV NadaAku memandangi gerbang kampus UNS dengan antusias. Yes. Akhirnya aku kuliah disini.Namaku Nada Nur Maulida, 18 tahun. Asalku Bumiayu, kedua orangtuaku pengasuh pondok Al-Falah Bumiayu. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakakku perempuan semua dan yang sulung baru saja menikah. Aku memiliki sifat canggung dan pemalu sekali. Namun jika bersama orang-orang terdekatku, aku bisa menjadi sosok yang cerewet dan manja sekali termasuk kepada kakak sepupu sekaligus sepersusuanku ini. Mas Azzam namanya atau dikenal dengan gus singa garang. Begitulah julukan masku kalau di Al-Hikam. Hihihi."Ayok masuk.""Oke Mas."Kami mulai memasuki kawasan kampus UNS tepatnya dikawasan rektorat untuk melakukan daftar ulang dan cek kesehatan."Wah banyak banget ya Mas mahasiswanya.""Hem."Aku mulai antri, dan menunggu giliranku untuk masuk.Saat aku akan masuk, aku sedikit merengek pada Mas Azzam karena rasa takut
POV JamalSudah satu tahun aku kuliah di UNS. Alhamdulillah aku sudah bisa menikmati kehidupanku disini apalagi ada cewek inceranku kuliah disini juga, ya walau beda jurusan. Gak papa yang penting aku cinta. Dan aku akan berusaha mendapatkan cintanya.Aku memanggilnya Mimosa pudica karena karakternya yang pemalu apalagi kalau sedang kudekati. Mimosa pudica itu nama latin untuk tanaman putri malu. Nada itu pembawaannya menunduk terus persis seperti tanaman putri malu. Sedangkan pada sahabat baiknya aku memanggilnya Oryza sativa karena sifatnya yang seperti padi, semakin berisi semakin menunduk. Caca itu memiliki banyak kelebihan tapi dia tak pernah sombong."Jamal.""Iya.""Kamu ngapain sih. Seneng banget ngintipin anak biologi," ucap sahabat baikku, Tomo."Soalnya, gadis inceranku kuliah disini."