Share

Bab 2

Author: Thalia
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tegang dan tanpa sadar menarik tanganku sedikit menjauh.

Fiona mengangkat alisnya dan tersenyum. "Galen, kenapa kamu malu? Bukannya kamu sudah sering menyentuh tubuh Kakak sebelumnya?"

Tentu saja, aku tidak berani mengungkapkannya, jadi aku hanya memberikan penjelasan sekenanya.

"Itu, sebaiknya jangan pakai losion dulu, nanti bisa mengganggu efek dari minyak esensial di punggung."

Fiona mengangguk pelan sambil termenung, lalu tidak berkata apa-apa lagi.

Aku kembali ke ruang tamu. Setelah menunggu beberapa menit, Fiona kembali keluar dengan tubuh yang masih terbalut handuk mandi.

"Ayo, masuk ke kamar tidurku."

Mengikuti langkah kakinya, aku memasuki ruang pribadinya untuk pertama kali.

Aku mengamati sekeliling ruangan dari balik kacamata hitam.

Penataan kamarnya terasa hangat dan nyaman, sangat mencerminkan kepribadiannya yang lembut dan tenang.

Namun, yang tidak aku duga adalah.

Srek...

Fiona tiba-tiba membuka laci di nakas samping tempat tidur dan mencari sesuatu di dalamnya.

Aku langsung terpaku di tempat.

Ternyata benar kata pepatah, jangan menilai orang hanya dari penampilannya.

Di dalam laci itu penuh dengan berbagai mainan dewasa yang beraneka ragam.

Ada lilin, cambuk, tali...

Melihat Fiona membungkuk, dengan pantatnya yang menggoda mengarah padaku, aku pun tanpa sadar bergumam dalam hati.

'Entah pria beruntung mana yang bisa menikahi wanita secantik dia.'

'Jika itu aku, aku pasti tidak akan tega bermain sekasar itu.'

Tiba-tiba, Fiona membalikkan badan dan menatap ke arahku.

"Galen, kamu nggak kaget, 'kan?"

Aku tersentak dan dengan cepat bereaksi.

"Apa? Kaget kenapa?"

Fiona hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu mengalihkan pembicaraan.

Jantungku sempat berdegup kencang. Apa tadi dia sedang mengujiku?

Untungnya, aku sudah pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya, jadi aku tidak menunjukkan sedikit pun celah.

Kemudian, Fiona berbaring tengkurap di atas ranjang dan bersiap untuk dipijat.

Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri.

"Galen, tampaknya kamu kelihatan agak tegang?"

"Santai saja, anggap saja rumah Kakak ini seperti di klub. Tunjukkan performa terbaikmu!"

Fiona mencoba menenangkanku.

Selama dua jam berikutnya, aku menata kembali pikiranku dan mulai fokus. Aku memberinya pijatan sesuai prosedur, mulai dari punggungnya, lalu lanjut ke seluruh tubuh.

Meskipun begitu, dia masih sangat menggoda.

Namun, aku sudah terbiasa menghadapi situasi serupa, jadi aku masih bisa mengendalikan diri.

Setelah dipijat, Fiona berdiri dan mengenakan jubah mandi. Dia meregangkan tubuhnya dan memancarkan pesona yang memikat.

"Apa kamu lelah? Tadi aku lihat kamu sampai berkeringat. Pergilah, mandi dulu!"

Aku buru-buru menolak dan berdiri untuk mengucapkan selamat tinggal.

Namun, dia dengan ramah membujukku untuk tetap tinggal. Dia ingin menjamuku makan malam dan memintaku mencicipi masakannya.

"Kakak iparmu jarang di rumah, aku sering merasa kesepian."

"Kalau kamu benar-benar menganggap aku ini kakakmu, tinggallah dan temani aku makan malam. Kalau nggak, jangan datang lagi lain kali!"

Karena dia sudah berkata seperti itu.

Tentu saja, aku harus berpegang pada prinsip "pelanggan adalah raja". Jadi aku memilih untuk tetap tinggal dan menerima ajakan makan malamnya.

Bahkan, tanpa sadar timbul sebersit harapan di dalam hatiku.

Dulu, juga ada beberapa pelanggan yang mencoba menahanku seperti ini, beberapa bahkan menunjukkan ketertarikan yang tidak biasa.

Namun, jujur saja, beberapa wanita kaya itu punya penampilan dan bentuk tubuh yang sulit untuk dipuji. Aku hanya bisa pura-pura bodoh dan menghindar.

Jika Fiona ternyata memiliki ketertarikan yang tidak biasa padaku.

Aku sendiri tidak keberatan kalau memang harus bekerja ekstra.

Fiona membawaku ke kamar mandi, dia menjelaskan bagaimana cara menggunakan pancuran dan di mana tempat meletakkan perlengkapan mandi dengan sabar.

Setelah itu, dia mengatakan mau mulai memasak dan berjalan keluar.

Namun, tepat saat sampai di ambang pintu, dia malah menutup pintu kamar mandi dari dalam.

Kemudian, dia melepas sandalnya dengan hati-hati, lalu berjalan perlahan dan berdiri tidak sampai satu meter dariku.

Sepasang matanya menatap lurus ke arahku.

Di detik itu juga, seluruh tubuhku menegang. Apa yang dia rencanakan?

Mau mengintip aku mandi?

Aku sempat ingin membongkar aksinya, agar bisa menghindari situasi canggung yang mungkin terjadi setelah ini.

Namun, kalau aku bicara sekarang, bukankah itu akan langsung membongkar bahwa penglihatanku sebenarnya normal?

Kalau rahasia ini sampai terbongkar, para pelanggan yang dulu pernah bertingkah bebas di depanku pasti akan mengulitiku.

Sekali lagi aku hanya bisa menghela napas, jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 9

    Kecelakaan itu, membuatku mengalami luka parah dan hampir tidak selamat.Saat itu, demi menyelamatkanku, orang tuaku menghabiskan seluruh tabungan keluarga.Mungkin karena merasa aku tidak akan pernah bisa bangkit lagi, pacarku pun diam-diam meninggalkan aku pada saat itu.Meskipun pada akhirnya aku berhasil selamat.Selain itu, berkat kompensasi dari pelaku kecelakaan, biaya pengobatan bisa tertutupi.Namun, aku tetap kehilangan pekerjaan, pacar, penglihatan, dan masa depanku yang cerah.Saat itu, aku benar-benar membenci si pelaku.Orang tuaku juga geram dan bersikukuh menolak untuk berdamai.Namun, pada akhirnya dia hanya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.Satu-satunya hal yang membuat orang tuaku sedikit bahagia adalah istri si pelaku ternyata cukup pengertian. Kami pun berhasil mendapatkan kompensasi dengan lancar.Tampaknya, ketika aku mulai bekerja sebagai tukang pijat tunanetra, dia juga ikut turun tangan membantuku.Sayangnya, saat itu mataku memang benar-benar tidak bisa me

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 8

    Masalah utamanya adalah dia sudah mengungkapkan caranya. Bagaimana mungkin aku masih bisa berpura-pura mendapatkan kepercayaannya lagi?"Kalau kamu nggak mau mengatakannya, lupakan saja! Aku akan mencari cara sendiri!"Dalam dua hari berikutnya, aku benar-benar mengerahkan segala cara dan hampir membongkar seluruh isi rumah.Namun, rumah ini lebih kokoh daripada yang aku duga.Rumah ini benar-benar seperti kurungan baja.Fiona tidak lagi membuat keributan, dia malah mencoba menenangkanku."Dulu, yang paling lama, aku pernah dikurung di tempat ini lebih dari setengah bulan dan pria itu nggak pernah muncul sama sekali.""Aku sudah berusaha keras selama setengah bulan penuh, tapi tetap saja nggak bisa keluar. Kamu juga nggak akan berhasil."Aku mengernyit dan mengabaikan ucapannya yang menjatuhkan semangatku.Pasti ada jalan keluar. Hanya saja, tanpa alat yang memadai, sangat sulit untuk mewujudkannya.Untungnya, makanan di dalam kulkas besar di dapur masih cukup banyak. Setidaknya dua ha

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 7

    Sambil makan untuk mengembalikan tenagaku, aku memberi isyarat padanya untuk melanjutkan ceritanya.Ekspresi wajah Fiona tampak sedikit bergumul.Seolah-olah untuk menceritakan kisah ini, dia harus mengumpulkan keberanian yang sangat besar."Waktu itu, aku pernah menonton sebuah film luar. Di dalam film itu, ada seorang pianis yang berpura-pura menjadi tunanetra..."Mendengar perkataannya, aku langsung teringat.Aku memang pernah melihat orang-orang membicarakan film ini di internet.Pianis yang berpura-pura menjadi tunanetra itu memang cukup mirip dengan kondisiku saat ini.Sementara Fiona, keadaannya bahkan lebih dari sekadar mirip.Sejak awal, Fiona memang belajar piano dan kemampuannya pun cukup bagus.Karena ibunya menderita sakit parah dan butuh biaya pengobatan yang besar, dia pun memberanikan diri meniru cerita dalam film itu."Ketika aku tampil sebagai seorang tunanetra, para penonton nggak pernah bersikap kasar atau mempersulitku. Mereka justru menunjukkan rasa simpati." "Ak

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 6

    Plak!Satu tamparan lagi mendarat di wajahnya."Dasar wanita gila, ternyata kamu juga bisa takut, ya?""Ke mana perginya kesombonganmu tadi?""Aku ini hanya ingin mencari uang, bukan menggali kuburan leluhurmu. Perlukah kamu menyiksaku seperti ini?"Fiona meringkuk di lantai, menangis tersedu-sedu dan seluruh tubuhnya gemetar hebat.Sesaat, aku benar-benar merasa bingung.Seolah-olah yang melakukan hal buruk itu bukan dia.Sebaliknya, akulah yang tampak seperti penjahat yang tengah menganiaya seorang wanita baik-baik.Demi Tuhan, aku benar-benar bukanlah orang yang sekejam itu.Melihat keadaannya seperti itu, aku menghela napas dan tidak melanjutkannya. Aku hanya mengikatnya seperti yang Fiona lakukan padaku.Setelah itu, aku mulai menggeledah ruangan untuk mencari ponselku dan berniat menelepon polisi.Namun, yang membuatku benar-benar frustrasi adalah, aku sudah mencari di suruh seluruh penjuru ruangan, tapi aku tetap tidak menemukan ponselku.Selain itu, yang lebih parah lagi, rumah

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 5

    Otakku bekerja dengan cepat, sambil berusaha keras melepaskan diri dari tali.Di saat yang sama, aku memikirkan gimana hadapi wanita gila ini, setidaknya demi menjaga keselamatanku untuk sementara waktu."Kak, kamu benar-benar tahu cara bermain, ya!""Kalau kamu memang suka permainan seperti ini, kita bisa saling jujur. Aku pasti akan bekerja sama sepenuhnya.""Kamu membuat suasananya jadi menegangkan, membuat takut saja."Aku memaksakan sebuah senyuman dan mencoba menenangkannya.Fiona mencibir dingin."Jangan pura-pura di depanku. Trikmu itu, sudah pernah Kakak pakai dulu!""Galen, aku sudah memberimu kesempatan sebelumnya, sayangnya kamu yang nggak tahu menghargainya!""Sekarang, kamu baru mau kejujuran, 'kan? Kalau saja dari awal kamu mau mengakui bahwa kamu hanya pura-pura buta, kamu nggak akan berakhir dalam situasi seperti ini."Aku hanya bisa tersenyum pahit di dalam hati.Pantas saja dia terus-menerus mengujiku, ternyata dia sudah lama curiga kalau aku hanya berpura-pura.Namu

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 4

    Aku langsung terkejut dan keringat dingin mengalir di punggung."Apa? Melihat apa?"Aku secara refleks mengosongkan pandangan dan berpura-pura benar-benar tidak bisa melihat.Kedua tanganku meraba-raba udara dengan gugup dan tampak kebingungan.Saat itu, aku bahkan sudah bersiap.Kalau memang tidak bisa menghindar, tidak ada pilihan lain, aku akan langsung meminumnya.Aku juga penasaran, sebenarnya obat apa yang dimasukkan Fiona ke dalam minuman.Fiona mengernyitkan alis dan tidak berkata apa-apa lagi. Dia diam-diam menukar gelasku dengan jus biasa."Nggak, Kakak hanya bercanda denganmu.""Ayo, kita bersulang!"Aku diam-diam menghela napas lega dan menerima jusnya, lalu bersulang dengannya.Setelah meminum beberapa gelas anggur, wajah Fiona mulai memerah dan pandangannya sedikit kabur. Dia menatap lurus ke arahku.Aku hanya bisa berpura-pura tidak melihat, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan mengobrol santai dengannya.Tiba-tiba, Fiona mengulurkan tangan dan melambaikannya di dep

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 3

    Fiona yang berpenampilan anggun dan berkepribadian tenang, ternyata punya hobi yang mesum.Namun, aku sama sekali tidak berani membongkarnya. Aku hanya bisa menggertakkan gigi dan berpura-pura tidak tahu apa-apa. Aku meraba-raba untuk melepas pakaian dan mandi.Karena terlalu canggung, aku mencoba memanggilnya sekali.Namun, dia berpura-pura tidak mendengar dan sudut bibirnya tersenyum. Dia memandangi tubuhku dengan penuh minat.Sejujurnya, ini adalah mandi yang paling menyiksa yang pernah aku alami.Jantungku tidak pernah tenang, dan aku tidak berani lengah sedikit pun.Bahkan aku sedikit menyesal, kalau tahu begini tadi seharusnya aku tidak usah tinggal.Untungnya, para pria biasanya mandi lebih cepat.Setelah membilas tubuhku, aku cepat-cepat mengeringkan tubuhku dan mengenakan pakaian.Baru saat itu, Fiona menarik kembali pandangannya dengan puas, lalu diam-diam berjalan kembali ke pintu kamar mandi, berpura-pura mendorong pintu dan masuk."Galen, apa kamu sudah selesai mandi?""Ka

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 2

    Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tegang dan tanpa sadar menarik tanganku sedikit menjauh.Fiona mengangkat alisnya dan tersenyum. "Galen, kenapa kamu malu? Bukannya kamu sudah sering menyentuh tubuh Kakak sebelumnya?"Tentu saja, aku tidak berani mengungkapkannya, jadi aku hanya memberikan penjelasan sekenanya."Itu, sebaiknya jangan pakai losion dulu, nanti bisa mengganggu efek dari minyak esensial di punggung."Fiona mengangguk pelan sambil termenung, lalu tidak berkata apa-apa lagi.Aku kembali ke ruang tamu. Setelah menunggu beberapa menit, Fiona kembali keluar dengan tubuh yang masih terbalut handuk mandi."Ayo, masuk ke kamar tidurku."Mengikuti langkah kakinya, aku memasuki ruang pribadinya untuk pertama kali.Aku mengamati sekeliling ruangan dari balik kacamata hitam.Penataan kamarnya terasa hangat dan nyaman, sangat mencerminkan kepribadiannya yang lembut dan tenang.Namun, yang tidak aku duga adalah.Srek...Fiona tiba-tiba membuka laci di nakas samping tempat tidur d

  • Pelajaran Pijat Khusus   Bab 1

    Aku berpura-pura menjadi tukang pijat tunanetra profesional dan memberikan layanan ke rumah pada seorang nyonya muda. Namun, dia justru memanfaatkan kebutaanku, mengurungku, dan menyiksaku selama tiga hari tiga malam. Perasaan itu tidak akan pernah bisa aku lupakan......Saat Fiona Auden memilihku sebagai tukang pijat pribadinya dan memintaku untuk memberikan layanan ke rumah, aku sangat gembira.Dia berusia awal tiga puluhan, berwajah cantik, dengan tubuh montok bak buah persik yang matang.Setiap gerak-geriknya memancarkan pesona yang memikat.Setiap kali memijatnya, rasanya begitu menyenangkan. Kulitnya yang begitu putih dan halus banget, kayak bayi. Begitu pijatan sedikit lebih kuat, Fiona pun tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan erangan manja...Selain itu, sifatnya begitu lembut, tutur katanya halus dan menenangkan.Bahkan, jika aku harus melayani wanita sepertinya secara gratis pun, aku rela.Namun, alasan utama Fiona memilihku, bukan hanya karena teknik pijatku yang heb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status