Joey, laki-laki remaja, ia mahasiswa di salah satu kampus ternama di kotanya. Joey bisa kuliah di kampus tersebut karena ia mendapat beasiswa atas prestasinya. Joey adalah anak yang tak memiliki orang tua, tepatnya, sang pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya.
Ibunya memilih pergi bersama pria lain yang kaya dari pada harus hidup sederhana. Saat itu Joey masih berusia 10 tahun, Joey hidup berdua bersama ayahnya. Hingga sudah menginjak 15 tahun, ayahnya meninggal karena sakit parah.
Setelah ayahnya meninggal, Joey berjuang sendiri untuk hidupnya. Joey rela sepulang sekolah, ia pergi kerja sampingan di Cafe pada saat itu. Hingga ia lulus SMA, ia mencoba mendaftar salah satu kampus ternama nomor satu di kotanya.
Tentu saja, ia di terima dan mendapat beasiswa. Dan sekarang ia sudah tidak bekerja menjadi pelayan Cafe. Sekarang ia kerja menjadi OB di salah satu perusahaan. Joey hidup sederhana di kos-kosanya. Meski sederhana, tapi ia selalu bersyukur.
Ia terkenal ramah, tapi di balik itu ia memiliki penderitaan yang tak pernah berhenti. Semenjak pertama masuk kampus, ia sudah menjadi bahan perundungan oleh salah satu geng mahasiswa di kampusnya. Ketua geng itu adalah Rifky.
Rifky paling ditakuti oleh mahasiswa, bahkan dosen tak berani menegurnya. Karena Rifky adalah anak dari salah satu pengusaha kaya.
Dan ada gosip Rifky adalah cucu dari salah satu kelompok mafia yang sekarang dipimpin oleh ayahnya. Joey sering di bully oleh Rifky dan gengnya. Kenapa? Karena Joey yang berpenampilan sederhana, rapi dan juga berkacamata.
Jadi Joey dikategorikan laki-laki culun. Tak ada yang berani melerai atau menghentikan Rifky dan gengnya saat membully Joey. Tak ada yang berani dekat-dekat dengan Joey, Karena pasti Rifky dan gengnya juga akan membullynya.
Joey sering di pukul dan di tendang tanpa alasan, bahkan pernah di kunci di toilet, dan Joey sering disuruh mengerjakan tugas-tugasnya. Anehnya, Joey selalu menurut tanpa pernah mengeluh. Kalau boleh jujur, Joey lebih senang jika disuruh mengerjakan tugas kuliah milik orang lain.
Karena Joey menganggap itu untuk mengasah kemampuan dalam belajarnya, karena dasarnya Joey memiliki hobi belajar. Suatu ketika ada mahasiswi tercantik di kampusnya tak sengaja menyenggolnya. Joey terjatuh. Gadis itu membantunya berdiri. Gadis itu bernama Angelica.
Angelica salah satu wanita idaman di kampusnya karena kecantikan dan kemolekannya bak bidadari. Joey menerima uluran tangan Angelica untuk membantunya berdiri. Rifky yang melihat itu tak terima.
berencana memberi pelajaran kepada Joey, karena dekat-dekat dengan salah satu Gadis pujaannya. Hingga jam kuliah selesai, Joey yang sedang menunggu angkutan umum, tiba-tiba ia dibawa paksa masuk salah satu mobil. Mobil itu pergi jauh di pinggir kota.
Rifky dan gengnya membawa Joey ke sebuah bangunan yang sudah tak terpakai. Mereka menghajar dan menendang Joey hingga babak belur. Setelah selesai membuat Joey tak sadarkan diri.
dan gengnya pergi meninggalkan Joey sendiri. Tanpa mereka sadar, perbuatan mereka telah membunuh Joey.
Hingga ada bayangan hitam muncul bergerak mendekati Joey yang terbaring dalam posisi tengkurap dan sudah kehilangan nyawanya. Bayangan hitam itu masuk ke dalam tubuh Joey. Dan setelah itu membuat Joey membuka Kedua bola matanya.
"Uh, jadi, aku ada di masa depan? Aku pindah ke tubuh anak culun ini? Yang benar saja!" Ucap laki-laki itu, yang tak lain Joey yang baru sadarkan diri.
Sebenarnya bukan Joey, melainkan jiwa Jason yang mengendalikan tubuh Joey, karena Joey yang sebenarnya telah mati.
"Astaga, pemilik tubuh ini kasihan sekali," ucapnya setelah mengetahui pemilik tubuh yang ia tempati selalu menderita.
Ia melihat sekelilingnya. Penglihatannya kurang jelas, "Astaga mata ini rabun. seperti pemilik tubuh ini tak pernah mengonsumsi makanan bervitamin A," Joey perlahan berdiri. Ia merentangkan kedua tangannya. Tubuhnya penuh dengan luka fisik.
Tapi baginya itu sudah biasanya, karena di kehidupan sebelumnya, ia sering melakukan aksi di luar akal.
"Mungkin aku diberi kehidupan kedua untuk membalas dendamku," Otak cerdas yang pernah di miliki di kehidupan sebelumnya ternyata masih berfungsi.
Karena ia sudah ada di masa depan berarti ia tak bisa membalas dendamnya di masa lalu. Secara, musuh di masa lalu pasti masih hidup. Jika dalam perhitungannya sudah 20 tahun. Setelah kehidupan sebelumnya, berarti seharusnya musuhnya telah memiliki cucu.
Tak hanya otak cerdasnya yang ia dapatkan, tapi juga otak cerdas dari pemilik tubuhnya. Sungguh perpaduan yang sempurna untuk melakukan aksinya. Joey berjalan kaki keluar dari bangunan itu, ia harus pulang ke kos-kosanya. Ia masih ingat jalan sesuai ingatan pemilik tubuhnya.
Jaraknya cukup jauh dari kota, lalu ia melihat ada jalan raya. Itu adalah tempat yang membully tubuhnya tempat yang sepi. Sungguh kasihan sekali. Sudah sangat jauh ia berjalan, lalu ia melihat ada sebuah rumah kosong.
Tapi ada 2 orang laki-laki yang mengenakan pakaian serba hitam dan kepalanya ditutupi kain. Dua laki-laki itu berdiri di samping rumah kosong itu.
"Siapa mereka?" batin Joey.
Joey perlahan berjalan mendekat pelan-pelan, lalu ia melihat sebuah sepeda motor di depan rumah kosong. Joey menangkap pembicaraan 2 laki-laki dengan indra pendengarannya, "Dompet yang kita dapat, ternyata lumayan juga." "Ya, ini jauh lebih memuaskan dari hasil korban kita Kemarin-kemarin," ucap temannya. Joey yang mendengar pembicaraan mereka, lalu ia berpikir dengan otak cerdasnya. Lalu ia menyimpulkan kedua laki-laki itu adalah maling, Joey tersenyum menyeringai. Ia mengambil 2 batu sebesar kepalan tangannya. Lalu ia lempar sekuat tenaganya. “BUGH! BUGH!” Kedua batu yang ia lempar mengenai kepala 2 maling itu hingga jatuh ke tanah. Joey mendekati 2 maling itu, Joey mengambil semua uang-uang di dalam dompet hasil curian kedua maling itu. Lalu salah satu maling membuka matanya. Dengan cepat Joey menginjak-injak wajah maling itu hingga tak sadarkan diri. Setelah selesai mengambil semuanya, Joey pergi berjalan mendekati sepeda motor yang terparkir di depan rumah
“Hahaha... kayanya otongmu kalau dipotong lalu digoreng sepertinya enak. Tapi otong gorengnya yang makan sama kamu saja, kan ini otongmu sendiri. Pasti enak, kamu pasti jadi master chef." Rangga masih tak percaya, apa yang dikatakan oleh Joey. Sungguh gila. Joey melepas kedua tangannya, Rangga mengatur nafasnya. Mulutnya tak nyaman sekali, karena masih ada sisa butiran-butiran pasir di dalam rongga mulutnya. Joey menatap dingin ke arah Rangga, Rangga yang ditatap Joey sedikit gemetaran. Ia tak menyangka seorang Joey bisa menyiksa untuk membalas dendam. Joey terkekeh, "Hahaha... baru saja ditatap seperti itu sudah gemetaran." Rangga terdiam, ia tak berani menjawab. "Kejadian ini jangan sampai diketahui oleh siapa pun, termasuk teman-teman gengmu dan terutama Rifky. Kamu mengerti ?" kata Joey dengan santainya dan bertanya. Namun Rangga terdiam. Joey menghela nafasnya, "Kalau kamu diam, berarti kau mengejekku. Tapi terserah kalau kamu cerita, silahkan. Pasti tidak
Jam Kampus telah selesai. Rifky dan gengnya telah keluar dari kelasnya. Rangga sudah muncul di hadapan Rifky dan lainnya. Rifky tak mempedulikan itu, hanya saja anak buah gengnya saja yang mempertanyakan Rangga. beberapa saat menghilang, Rangga hanya menjawab ada urusan. Rangga berasalan seperti itu, karena tak ingin membuatnya malu. Jika ia cerita pasti teman-teman gengnya menertawainya secara Rangga bisa kalah dikerjai oleh Joey yang terkenal culun di kampusnya. Hendrik hanya diam, tapi ia punya rencana, setelah pulang, ia akan menetap di kampus bersama Rangga. Dan mencari keberadaan Joey. Masalah Joey tidak kelihatan semenjak pagi, "Apa, kamu yakin si culun itu tadi ada di kampus?" tanya Hendrik. "Aku sangat yakin," jawab Rangga serius. Anehnya Joey tak kelihatan setelah menyiksa Rangga tadi di toilet. Rifky dan teman-teman gengnya pulang duluan. Hendrik dan Rangga tidak ikut dengan alasan ingin bertemu seorang gadis. Hari telah sudah sore,
"Aku jatuh kemarin." jawab Rangga. "Jatuh? Jatuh dimana?" sahut Richard mengejek. "Hmm, aku jatuh dari tangga kemarin." Rangga mengelak. Rifky hanya tersenyum mengejek, "Kamu jatuh dari tangga? Rangga jatuh tangga?" Hendrik yang di samping Rangga hanya bisa diam, meski ia juga bingung kenapa tangan Rangga bisa seperti itu. Walau sudah bertanya, pasti Rangga menjawabnya "Joey". Benarkah Joey? Laki-laki culun yang selalu ia bully. Tapi seharian kemarin ia tak melihat Joey. Namun yang membuat Hendrik curiga adalah kejiwaannya Rangga, entah ia waras atau tidak. Rangga sendiri meminta dirinya untuk merahasiakan apa yang dialaminya. Karena Rangga akan merasa malu karena kalah dari Joey. Namun Hendrik masih tak percaya jika tidak melihat dengan kedua matanya sendiri. ---- Sudah waktunya jam kuliah siang dimulai, semua mahasiswa dan mahasiswi masuk ke kelas sesuai jam kelas mereka masing-masing. Joey yang sudah berada di kelas dan duduk santai sendirian paling pojok belakang ruangan. K
Semua mahasiswa dan mahasiswi saling berbisik tentang perlakuan Joey yang langka, sungguh tak bisa dipercaya. Angelica yang dari tadi memperhatikan sikap Joey yang sangat berani, tidak seperti biasanya. Setahunya, meskipun culun, Joey selalu baik kepada siapa pun. Inilah yang Angelica suka. Tapi sekarang, sosok Joey yang sangat berbeda. Di mana Joey yang ia kenal sebagai laki-laki culun itu. "Semuanya harap diam!" suara lantang dari bapak dosen, semua mahasiswa dan mahasiswi di ruangan kembali diam. Setelah semuanya diam, bapak dosen kembali melalukan aktivitas mengajar. --- Malam Harinya. Terlihat seorang laki-laki tengah duduk sendirian di ruang tengah sambil menonton TV, ia tinggal sendiri di kontrakannya. Saat fokus menonton TV, tiba-tiba mulutnya dibekap sebuah kain. Tentu saja laki-laki itu panik, beberapa saat kemudian, kesadarannya memudar dan akhirnya pingsan. “SYUR!” Siraman air mengguyur dirinya. Tentu saja laki-laki berumur 2
Bapak dosennya tak menjawab. Sedikit gerak di wajahnya, ia akan merasakan sakit yang amat luar biasa. Mulut bapak dosen sekarang sudah terlepas dari lakban. Tapi, mulutnya menjadi melebar seperti senyuman, jelas ulah Joey. "Hahaha... mulut bapak mirip sekali dengan Joker, musuhnya batman. Dalam bahagia atau sedih, bapak akan selalu tersenyum," kata Joey. Bisa bayangkan sendiri, pipi kanan kirinya bapak dosen disayat. Seperti kata Joey barusan, seperti Joker. Darah segar tak berhenti mengalir dari luka bekas sayatan di pipi sang dosen. Bahkan setiap tetes anyir itu berceceran di lantai, dan berakhir membuat pakaian sang dosen bersimbah darah. Bapak dosennya hanya diam, dalam pikiran ingin sekali membalas perbuatan Joey. Joey yang melihat tatapan benci dari bapak dosennya, ia tertawa, "Hahaha... marah ya, wajah tampanmu jadi lebih jelek dari joker." Joey berhenti tertawa, ia menghela nafasnya. Lalu ia berdiri dari jongkoknya, "Aku jadi bosan. Apa kuakhiri sa
Terlihat Rangga terbangun, dan berusaha untuk duduk. Joey mengambil pulennya dari saku kemejanya. Rangga terkejut melihat Hendrik sudah tak sadarkan diri dan jidatnya terluka mengeluarkan darah. Dalam masih posisi duduknya, Rangga menoleh. Baru saja menoleh, ujung pulpen sudah ada tepat di depan matanya. Ternyata Joey sedang jongkok di depannya. Dan sudah siap menusukkan pulpennya ke matanya Rangga. Rangga menelan salivanya. Lagi-lagi ia harus berada posisi yang sama seperti sebelumnya, Joey hanya terkekeh. "Aku sarankan kalau ingin menghajar orang harus pakai rencana," ucap Joey memberi saran. Rangga masih saja diam, Joey menghela nafasnya, "Meskipun kamu mempunyai rencana, tetap saja itu takkan ada apa-apanya untukku." Ingin sekali menonjok wajah Joey, tapi sayang tangannya terluka akibat tusukan garpu sebelumnya. Dan tangannya yang satu juga terkilir saat ia jatuh tadi. "Sepertinya kamu harus masuk kelas." ucap Joey. “BUGH!” Joey memukul ker
"Benar, dia penakut." jawab temannya. Joey memilih mengeluarkan dua botol minuman dinginnya dari kantong plastiknya dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya. Melihat perlakuan Joey yang sibuk dan begitu santai dengan tasnya, tentu saja membuat dua preman itu tertawa. Joey hanya memutar bola. Ia melangkah maju mendekati dua preman itu yang masih menahan Angelica. Sambil melepaskan kacamatanya dan memasukkan ke saku kemejanya. Joey memegang salah satu lengan tangan milik preman. "Bisa lepaskan dia?" "Kau ingin mati ?" sahut preman itu sambil menepis tangan Joey. "JLEB!" "Arrghh!" Secara bersamaan berteriak. Salah satu bola mata preman tertusuk sebuah benda tajam. Joey yang menusuk bola matanya dengan pulpen miliknya. Karena sakit matanya tertusuk, lalu terjatuh duduk di tanah. Melihat temannya ditusuk secara tiba tiba itu, preman yang satunya tenju saja panik. Tak hanya preman itu, tapi Angelica juga terkejut bukan main melihat aksi J