Bab 6
Tubuh Alice membeku saat Enzo berdiri di depannya. Kedua netra mereka saling bersirobok. Dalam hati Alice terus mengucapkan mantra untuk membuat dirinya tetap kuat dan tenang. Dia sekarang adalah Alice White dan bukan Ariana Brown.
"Kenalkan, Enzo Grey," kata laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Alice, dengan diiringi senyum hangatnya.
Caroline yang berdiri di samping Enzo melotot ke arah perempuan yang datang bersama adik ipar. Dia tidak suka padanya, karena penampilan Alice itu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah. Gaun yang dipakai juga merupakan keluaran terbaru dari merk terkenal.
"Alice White," balas Alice sambil menerima uluran tangan dari mantan suami Ariana.
Alice bersorak dalam hati saat melihat ada pancaran marah dan cemburu dari kedua mata milik Carolin. Entah kenapa dirinya merasa sangat senang dan puas. Wanita itu ingin membuat mantan sahabatnya merasakan rasa sakit karena pengkhianatan oleh laki-laki yang dicintai.
Alejandro terlihat tidak suka saat Enzo menatap penuh selidik kepada Alice. Tanpa banyak bicara dia pun pergi sambil menggandeng tangan perempuan itu.
"Ayo, kita pergi!" Alejandro dan Alice saling melempar senyum.
"Ale, bagaimana kalau kita makan malam bersama di satu meja?" ajak Enzo saat adiknya baru melangkah membalikan badan.
Alejandro melihat ke arah Alice. Dia meminta persetujuan kepadanya. Melihat Alice menganggukkan kepalanya, maka dia pun menerima ajakan dari kakaknya itu.
Kini mereka berempat makan di satu meja. Hal ini di manfaatkan oleh Alice untuk menarik perhatian Alejandro dan Enzo secara bersamaan. Serta membuat Caroline cemburu dan kesal.
Alice makan dengan anggun dan beretika. Tentu hal ini membuat Alejandro dan Enzo terpesona. Setiap gerak tangan, mulut, dan lirikan matanya tidak luput dari dua laki-laki itu.
"Apa kalian tidak menyukai makanannya?" tanya Alice begitu selesai makan.
Baik Alejandro atau Enzo langsung terkesiap akan pertanyaan barusan. Terlihat kalau keduanya jadi salah tingkah.
"Aku menyukai makanan ini," jawab Alejandro, kemudian dia memasukan ke dalam mulut satu potong steak.
"Aku juga menyukainya," lanjut Enzo dengan senyum tampannya yang dulu sering menjerat Ariana.
Caroline yang mendengar ucapan kedua laki-laki ini, merasa sangat tidak suka. Meski baginya, sikap wanita yang duduk di samping Enzo itu terlihat sangat elegan dan dia belum tentu bisa meniru kebiasaannya ini.
Alice yang cerdas dan bertutur kata sopan serta lembut. Membuat kedua laki-laki itu lupa kalau ada seorang wanita lainnya yang duduk bersama mereka.
"Ale, ini sudah malam. Aku harus cepat-cepat pulang," ucap Alice sambil melirik ke arah mantan adik iparnya itu.
"Oh. Baiklah kita akan pulang sekarang," balas Alejandro dengan tatapan hangat dan senyum yang sangat tipis.
Alice tahu tatapan mata ini. Dulu juga Alejandro selalu menatap Ariana seperti sekarang ini.
'Kenapa aku baru sadar sekarang, dari dulu dia menatapku dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan kepada orang lain.' (Alice)
Alejandro mengulurkan tangan kepada Alice. Agar wanita bergaun cantik itu mau berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra. Keinginannya itu mendapat sambutan. Kedua orang itu saling melempar senyum dan berjalan meninggalkan meja.
Enzo melihat pemandangan seperti itu merasa cemburu. Dia mengakui kalau Alice adalah wanita yang sangat cantik, penampilannya elegan, dan cerdas. Perempuan itu bisa mengimbangi jalan pikiran serta ucapan dia. Hal ini memberikan poin tambah untuk dirinya.
"Enzo, ada apa?" tanya Caroline menatap ke arah suaminya dengan penuh selidik.
"Tidak ada apa-apa," balas Enzo dengan datar tanpa melihat ke arah wanita itu.
Kerja sama Alice dan Alejandro berjalan lancar. Bahkan perempuan itu selalu memberikan perhatian dan berusaha menggoda mantan adik iparnya agar benar-benar jatuh dalam lubang jurang yang bernama cinta.
Meski baru seminggu mereka bersama, Alice sudah merasa tidak canggung saat berciuman dengan Alejandro. Seperti saat ini, keduanya bercumbu dengan mesra. Wanita itu tidak menyangka kalau laki-laki dingin dan kaku yang dikenalnya dulu, merupakan seorang yang hebat dalam melakukan ciuman. Dia mengakui sangat suka saat dicium oleh Alejandro.
Mereka sering makan siang dan makan malam bersama semenjak itu. Banyak yang mengira kalau kedua orang itu pasangan kekasih, bahkan tidak jarang juga mengira pasangan pengantin baru. Cara Alejandro memperlakukan Alice dengan penuh perhatian sering menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.
"Aku tidak menyangka kalau kamu seorang penakluk wanita," bisik Alice dengan napas memburu.
"Kenapa kamu bisa bicara begitu?" tanya Alejandro dengan tatapan mata menggoda.
"Aku sangat suka cara kamu mencium aku seperti barusan," balas wanita itu tersenyum cantik ingin menggoda kembali sang target.
Alejandro pun membisikan sesuatu yang membuat Alice terbelalak saking terkejutnya dia. Otak dia berusaha kembali mengingat kejadian yang pernah terjadi dahulu.
'Benarkah itu?' (Alice)
"Kamu bicara jujur, 'kan? Serius aku adalah wanita kedua yang pernah kamu cium!"
"Ya. Dan wanita pertama yang aku cium adalah Ariana Brown. Jika, saja dulu dia tidak mencium aku duluan, mungkin saja kamu adalah wanita pertama yang aku cium."
Alejandro membelai pipi mulus Alice dengan lembut dan tatapan mata masih mengarah kepada netra bening milik wanita itu. Dipeluknya tubuh tinggi semampai dengan pinggang yang ramping dan dada sangat montok.
'Kapan aku mencium Ale?' (Alice/Ariana)
Ariana lupa kapan dia mencium laki-laki yang kini sedang memeluknya dengan lembut. Namun, Alejandro tidak akan pernah lupa pada gadis yang sudah mencuri ciuman pertama miliknya saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, dulu. Kejadiannya saat itu Ariana bermain ke rumah Enzo, kekasih yang baru saja meresmikan hubungan. Kegiatan sekolah yang padat membuat Ariana dan Enzo kelelahan dan tertidur begitu selesai mengerjakan tugas sekolah.
Alejandro yang baru pulang latihan basket melihat keduanya tertidur di karpet dan hendak membangunkan. Saat itulah Ariana mencium bibir Alejandro yang jaraknya sangat dekat. Pemuda yang baru saja menginjak usia baligh dan dalam masa puber pertama, tentu saja menyukai hal ini. Apalagi gadis itu juga merupakan perempuan yang dia sukai. Alejandro adalah pemuda yang pertama mencium bibir Ariana dengan lembut dan mesra, tanpa disadari oleh sang gadis. Kejadian itu menjadi rahasia dirinya, tanpa ada seorang pun yang tahu.
Alice sengaja ingin membuat Alejandro jatuh cinta kepadanya. Jika mereka menjalin hubungan serius, maka peluang dia untuk bertemu dengan mantan ibu mertuanya akan semakin terbuka lebar. Saat itulah dia akan memulai pembalasan kepada wanita paruh baya itu.
'Tunggu kedatangan aku Hilda! Akan aku berikan pembalasan yang tidak akan mungkin kamu lupakan seumur hidupmu nanti.' (Alice)
***
Akankah hubungan Alice dan Alejandro berjalan lancar? Pembalasan seperti apa yang akan dilakukan oleh Alice kepada keluarga mantan suaminya?
Bab 7 Alice menemui Oliver dan Olivia, mereka berjanji untuk membicarakan langkah-langkah yang akan dia lakukan agar secepatnya bisa mendekati Hilda dan Enzo. Orang ketiga itu makan siang bersama di apartemen milik Alice. "Jangan-jangan nanti kamu jatuh cinta beneran ke Alejandro," kata Oliver sambil tertawa terbahak. Alice mendelikkan mata dan mencebikkan mulutnya. Dia merasa menyesal karena sudah menceritakan apa yang sudah dia lakukan dengan mantan adik ipar, kemarin. "Setahu aku, Alejandro belum pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Bahkan banyak yang menduga kalau dia menyimpang. Tapi, tidak ada yang tahu siapa yang menjadi kekasihnya," ujar Olivia. Usia Alejandro terpaut 2 tahun dari Ariana dan Enzo. Laki-laki itu merupakan adik kelas mereka. Hanya saja memiliki postur tubuh yang tinggi, sehingga sering di sangka senior atau lebih tua dari kedua orang itu. Ditambah orangnya pendiam dan jarang tersenyum. "Hei, saat ini aku adalah Alice White. Jadi, aku akan bertind
Bab 8 Hilda dan Tamara merasa sangat senang saat Alice mengajak mereka berbelanja. Mereka sibuk memilih baju keluaran terbaru dari perancang busana terkenal di dunia. Senyum bahagia selalu menghiasi wajah keduanya yang dikasih make up seharga ratusan dollar. "Alice, mommy ingin membeli gaun yang ini," ucap Hilda dengan sedikit rayuan. Wanita paruh baya itu memutar badannya sambil melihat ke arah cermin. Gaun dengan harga ribuan dollar itu sangat bagus dan terlihat cocok di tubuh ibunya Alejandro. Meski Hilda sudah berusia di atas 50 tahun, tetapi dia masih terlihat seperti berusia 40 tahunan. "Cocok sekali baju itu untukmu, Mommy! Kalau mau boleh ambil, biar aku yang bayar nanti," ujar Alice dengan senyum cantiknya memuji wanita itu. "Oh, terima kasih, Alice. Kamu memang wanita terbaik dan pantas untuk putraku," kata Hilda sambil memeluk tubuh Alice dengan lembut. M Melihat hal itu membuat Tamara tidak mau kalah dengan sang ibu. Perempuan itu pun merayu Alice agar mau membelikan
Bab 9 "Ale," lirih Alice. "Iya, ada apa?" tanya Alejandro sambil menahan tubuh wanita itu karena terlihat bergetar. "Aku takut," jawab Alice yang kini bisa memutarkan kepalanya menghadap ke arah sang kekasih. Terlihat wajahnya yang pucat dengan bibir bergetar. Tatapan mata yang tersirat akan ketakutan. "Tenang, kamu jangan takut terjatuh, karena aku akan memeluk tubuhmu. Jika kamu takut cukup pejamkan mata dan bayangkan saja taman bunga yang indah," lanjut Alejandro tepat di samping telinga kanan Alice agar bisa didengar semua ucapannya. Alice menuruti semua ucapan Alejandro. Bahkan dia tidak sadar saat sky boat miliknya sudah sampai di dekat pelabuhan kecil. Pasangan itu turun dengan cara yang romantis di mata Hilda. Di mana Alejandro menggendong Alice dengan ala bridal style. "Ale, ada apa dengan Alice?" tanya Hilda dengan raut wajah penuh kecemasan. Sebenarnya Alice sudah merasa baik dan ketakutannya juga hilang saat calon suami dia membawa dirinya turun dari sky boat . Wan
Bab 10 Sudah satu minggu berlalu setelah mereka pulang dari liburan bersama. Sikap Alejandro kepada Alice semakin posesif. Bahkan dia ingin agar hubungan mereka segera bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. "Alice, izinkan aku menemui kedua orang tuamu," kata Alejandro ketika mereka makan malam bersama di apartemen wanita itu. Alice berpikir apa hubungan dirinya dengan Alejandro terlalu cepat atau malah bagus untuk memperlancar tujuan dia. Wanita itu tidak mau kalau sampai salah strategi, dia harus bisa membalas semua kejahatan mantan suami, mertua, dan adik iparnya. "Akan aku tanyakan dulu, apa mommy dan daddy punya waktu," balas Alice sambil tersenyum manis kepada laki-laki yang kini duduk di depannya. "Ya, aku harap mereka punya waktu luang. Sungguh aku ingin secepatnya bisa menikahimu," ucap Alejandro dengan tatapan penuh damba kepada sang kekasih. Setelah mereka makan malam, dilanjutkan dengan menonton film bersama. Di pertengahan pemutaran film terjadi adegan panas dan itu m
Bab 11 Alejandro melihat ada ibu, adik, dan kakak iparnya, tetapi dia diam saja. Tidak ada keinginan dia untuk menyapa mereka. Hubungan laki-laki itu dengan keluarganya memang terkesan kaku dan dingin. Ini yang membuat Ariana merasa heran dari dahulu. Bukan hanya sikap Alejandro yang dingin kepada keluarganya. Begitu juga dengan mereka yang tidak peduli, seakan-akan kalau laki-laki itu bukan dari bagian mereka. Alice diam-diam mengikuti mereka dari belakang. Dia sempatkan membeli topi dan kacamata untuk dirinya dan juga untuk Alejandro. Dengan penyamaran seadanya wanita itu mengikuti target. 'Kita sekarang seperti sedang menjadi seorang penguntit?' (Alejandro) "Mommy, baju ini sangat bagus! Cocok untuk dipakai ke acara ulang tahun perusahaan besok," kata Tamara sambil menunjukan gaun dengan model tanpa lengan, tetapi kain itu menjuntai sampai ke bawah kaki. Baju berwarna merah marun itu sangat pas di tubuh dengan bagian punggung terbuka hanya ada beberapa tali silang. "Iya, bagus
Bab 12 Kini mereka semua sedang berada di kamar hotel. Alice dengan baik hati memberikan pakaian baru untuk mereka bertiga. Wanita itu saat ini berperan sebagai orang yang sedang membantu mereka. Meski gaun mereka tidak seharga ratusan ribu dollar, bahkan setengahnya juga tidak, tapi mereka merasa senang karena sudah merasa tertolong dari memakai gaun yang sama dengan undangan tamu. "Oh, Alice. Terima kasih, Sayang. Berkat dirimu kami semua tertolong," ucap Hilda dengan senyum lebarnya. "Kebetulan saja aku membeli baju baru tadi. Niatnya untuk di simpan di apartemen Ale. Jika sewaktu-waktu kita akan pergi ke pesta atau makan malam bersama, aku sudah punya pakaian ganti," kata Alice berbohong. Selain memakai baju milik Alice, mereka juga menyewa aksesoris untuk menyempurnakan penampilan agar terlihat cantik. Hanya saja sepatu mereka tidak diganti karena tidak ada yang pas. "Aduh, Bu . Perut aku sakit lagi!" Tamara meringis sambil memegang perutnya. Terlihat jelas dia terluka sampai
Bab 13 Semua usaha Alice mengalami kemajuan. Baik di bidang perhotelan, restoran, dan semua kerja sama dengan Olivia juga mengalami kemajuan yang pesat. Wanita itu masih berusaha merebut kembali semua saham miliknya di Elektronik Brown. Selain mengalami kemajuan pesat dalam bidang usaha, Alice juga mengalami banyak kemajuan dalam percintaan dirinya dengan Alejandro. Hari ini mereka akan pergi ke rumah orang tua Alice yang ada di negara bagian Arizona. Kedatangan Alice dan Alejandro diterima baik oleh Giovanni dan Galena. Sebelum pertemuan ini, wanita itu menceritakan segalanya tentang siapa orang yang kini menjadi kekasihnya. Lalu, keinginan laki-laki itu untuk menjalin hubungan yang lebih serius. Kedua manula itu sangat bahagia saat tahu Alice dan Alejandro akan menikah di musim gugur tahun ini. Mereka langsung merestui hubungan itu ketika kemarin laki-laki itu meminta izin untuk menemui mereka dan ingin melamar secara resmi di depan orang tua sang pujaan hati. “Lalu, apa kalia
Bab 14 Hari ini Alice yang sedang berada di kantor kedatangan Olivia. Wajahnya berseri-seri senyum menawan yang jarang itu kini terukir seakan dia sedang jatuh cinta. "Sepertinya ada kabar gembira," kata Alice dengan tatapan selidik dan senyum lebar. "Alice, akhirnya dia kembali!" seru Olivia dengan memekik gembira. Kedua tangannya seakan sedang memeluk seseorang. Alice menggelengkan kepala menghilangkan pikiran buruk tentang temannya yang seperti sudah gila melihat kelakuannya. Wanita ini tidak tahu maksud dari sang sahabat. Entah siapa yang sudah datang kembali itu. "Siapa?" tanya Alice penasaran dengan orang yang sudah membuat sahabatnya menjadi gembira setengah mati seperti ini. "Masuklah!" titah Olivia sambil melihat ke arah pintu. Papan kayu jati yang berukir itu pun terbuka dan menampilkan sosok yang dikenal oleh Ariana. Mata Alice terbelalak saat melihat orang yang selama ini dia cari. "A–andrew?" Alice tidak menyangka kalau sopir sekaligus bodyguard-nya itu kini berd