Share

Bab 168

Author: Danira Widia
Di saat semua orang tidak memperhatikan, sebuah sosok berjalan keluar. Vania meliriknya sekilas, lalu tersenyum semakin lebar.

....

Di meja resepsionis, Malia sedang menatap undangan di tangannya.

Kertas dengan ukiran mewah itu dipercantik dengan taburan serbuk emas, memberikan kesan kemewahan yang begitu berlebihan. Sebuah kemewahan yang tidak akan pernah bisa dia raih dalam hidupnya.

Saat itu, suara seorang wanita terdengar dari seberang meja. "Iri sekali, ya?"

Malia mendongak dan melihat Herisa yang memandangnya dengan senyum sinis.

"Kamu? Untuk apa kamu ke sini?" Malia bertanya dengan nada penuh kewaspadaan.

Herisa mendekat, menunjuk undangan di tangan Malia. "Seekor anjing nggak akan pernah bisa menggantikan majikannya."

"Jangan bicara sembarangan!" Malia langsung meradang.

"Kenapa? Panik? Apa aku salah bicara?" Herisa semakin memperlebar senyumnya dengan penuh ejekan.

Mendengar hal itu, Malia mundur selangkah dengan hati-hati, ekspresinya berubah semakin tegang.

"Apa yang sebenar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (10)
goodnovel comment avatar
Isty Kenzeey
greget lama lama sama janice
goodnovel comment avatar
Strawberry
Kesel lama2 ini....tapi aku percaya Janice belajar dari masa lalu ga akan jadi keledai yg percaya begitu saja pd ornag yang sudah rinuan kali menjahatinya
goodnovel comment avatar
Ros Dianie
Emang goblok si Janice, kan sdh pengalaman Vania sm melia bersekongkol. Itu trik ada pelayan menimpahkan minuman ke bj janice. Ntar dibw ke kamar ma di ganti baju atau apalah. Datang laki2 yg akan melecehkan janice, terus di video in sm melia utk menjatuhkan janice.Cerita lebayyy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 169

    Di ruang istirahat.Janice sedang mengelap noda anggur di gaunnya dengan handuk kecil ketika Malia mendekat dan menyodorkan sebuah kantong pakaian."Janice, aku kebetulan bawa pakaian cadangan. Ukuran kita hampir sama, kamu bisa pakai ini saja dulu," ujar Malia sambil tersenyum.Janice melirik logo pada kantong itu dan berkata, "Malia, kamu kaya mendadak? Pakaian dari toko ini harganya nggak ada yang kurang dari puluhan juta."Malia tampak sedikit terkejut sebelum menjawab dengan cepat, "Baru saja gajian. Aku mau menghadiahi diri sendiri. Lagian, ini pekerjaan formal pertamaku.""Begitu ya. Tapi aku merasa nggak enak minjam pakaian barumu. Lagi pula, aku bukan tokoh utama di sini. Pakai ini saja sudah cukup, nggak perlu ganti."Janice sengaja mendorong kantong itu kembali ke tangan Malia. Sejenak, ekspresi panik melintas di mata Malia. Namun, dia buru-buru memaksakan senyumnya, lalu menyelipkan kantong itu kembali ke pelukan Janice."Janice, kita ini sahabat baik. Kenapa harus hitung-h

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 170

    Gaun tanpa lengan itu melekat sempurna di tubuh Janice, menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna, seolah-olah pakaian itu dirancang khusus untuknya. Lengannya yang putih mulus menambah pesona pada penampilannya.Meskipun hanya bagian lengannya yang terlihat, auranya yang memikat terasa begitu kuat. Menyadari tatapan iri Malia, Janice sengaja merapikan gaun di hadapan wanita itu."Malia, pakaianmu ini terlalu ketat untukku."Janice teringat kejadian di kehidupan sebelumnya. Setelah dirinya terpuruk dan dihina habis-habisan, Malia bahkan tidak repot-repot menyembunyikan jati dirinya. Dia terang-terangan menginjak-injak Janice yang sudah tersungkur."Jangan salahkan aku. Siapa suruh kamu selalu lebih baik dari aku? Katanya kita sahabat, tapi kenapa kamu bisa langsung melesat menikah sama Pak Jason?""Aku kasih tahu ya, semua yang terjadi padamu adalah rencanaku dan Vania. Sekarang Jason bahkan muak melihatmu. Sebaiknya kamu mati saja!"Jika Malia begitu iri hati, maka biarlah dia hidup de

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 171

    Begitu memasuki ruangan, Janice segera menyadari bahwa Malia yang tadi mengikutinya telah menghilang.Malia mungkin sengaja menghindar karena takut berhadapan langsung dengannya. Dia lebih memilih untuk muncul belakangan, berpura-pura berperan sebagai "sahabat baik" yang siap menyalahkan Janice saat situasi memburuk.Namun, ada satu hal yang Malia lupakan. Tanpa kehadirannya, Janice bebas mengarang sesuai keinginannya. Janice tersenyum sopan kepada suami Amanda. "Terima kasih, tapi saya merasa tetap perlu memberikan penjelasan."Suami Amanda melirik istrinya dengan cemas, lalu buru-buru berkata, "Nggak perlu dijelaskan, aku percaya padamu."Pernyataannya itu justru menimbulkan lebih banyak spekulasi di benak orang-orang."Nggak," Janice menjawab dengan lembut. "Saya bukan menjelaskan kepada Anda, tapi kepada Bu Amanda." Dia menatap Amanda dengan wajah memerah. "Gaun yang kupakai ini ... adalah imitasi."Orang-orang langsung terkejut mendengarnya.Janice melanjutkan dengan nada penuh ra

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 172

    "Pakaian yang kamu beli sama dengan punya Amanda. Gimana kalau dia mengira kamu sengaja menantangnya? Itu sebabnya aku bilang pakaianmu ini imitasi. Aku sebenarnya lagi bantu kamu. Kalau kamu nggak suka, kita bisa pergi sekarang dan menjelaskan semuanya sama Amanda."Janice tahu Malia tidak akan berani mengambil risiko seperti itu.Benar saja, setelah beberapa detik terdiam, Malia mengubah nada bicaranya. "Janice, perutku rasanya nggak enak. Kamu bisa pergi ke resepsionis dan ambilkan obat untukku? Bawa ke ruang istirahat nomor 6, ya?""Oke, tunggu sebentar," jawab Janice dengan tenang."Iya, tolong cepat ya. Perutku benar-benar sakit," desak Malia."Ya, aku segera ke sana."Setelah menutup telepon, Janice berbalik dan berjalan keluar dari aula pesta.....Di sisi lainSera yang berdiri tidak jauh dari sana, menunggu momen saat Vania sibuk berbicara dengan teman-temannya. Dia lalu mendekati Jason dengan segelas anggur di tangan.Sambil mengangkat gelasnya, dia memberi isyarat kepada Ja

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 173

    Janice terkejut dengan tindakan Jason yang semakin tidak terkendali. Semakin keras dia berusaha melawan, Jason terlihat semakin menikmati situasi ini.Akhirnya, gaun Janice perlahan melorot dari bahunya. Dalam kepanikan, dia berusaha menutupi tubuhnya, tapi Jason telah mencengkeram kedua pergelangan tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya.Tangan lainnya mencengkeram dagu Janice dengan lembut. Dia mendekatkan wajah mereka dan mencium Janice. Janice tidak kuasa menahan erangan kecil yang keluar dari bibirnya. Meski demikian, dia tetap menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menolak ciuman Jason yang lebih dalam.Mendengar suara tertahan itu, Jason malah semakin kehilangan kendali. Melihat wajah Janice yang merah merona dan penuh emosi, Jason menggigit bibirnya dengan lembut.Saat Janice tertegun sejenak, Jason berhasil menguasai bibirnya.Melalui pakaiannya, Jason bisa merasakan kehangatan kulit Janice. Namun baginya, itu masih belum cukup ....Janice merasa sulit bernapa

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 174

    "Kumohon," ucap Janice dengan kesal."Hm?" Jason melanjutkan dengan suara yang serak dan memikat, "Bukannya kamu suka manggil aku Paman? Bilang, 'Paman, kumohon.'"Suara Jason yang hangat dan intim membuat wajah Janice semakin memerah.Tidak akan! Dia bersikeras untuk tidak menuruti permintaan itu, meskipun seluruh tubuhnya sudah mulai terasa lemah.Melihat Janice tetap diam, tangan Jason yang besar menyusuri pinggangnya, lalu bergerak perlahan ke atas dan menyentuh kulitnya dengan sengaja.Janice membelalakkan matanya. Rona merah menjalar dari wajahnya hingga ke seluruh tubuh. Perlawanan yang dia tunjukkan mulai goyah. Tubuhnya terasa lemas seperti tidak memiliki kekuatan untuk melawan.Akhirnya, dia menyerah."Paman, aku mohon padamu ...," katanya pelan.Tatapan Jason yang kelam sedikit melunak. Jari-jarinya menyentuh pipi Janice dengan lembut, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun akhirnya, dia memilih untuk tidak mengatakan apa pun.Dia melangkah mundur, lalu membalikkan tubuhnya,

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 175

    Janice meringkuk di balik pintu dan mengintip melalui lubang intip untuk melihat situasi di luar.Amanda berada di depan rombongan dan berjalan dengan langkah penuh amarah hingga berhenti di depan pintu ruang istirahat nomor 6. Saat dia mengangkat tangan hendak mengetuk pintu, Vania segera maju dan menghentikannya.Dengan suara rendah, Vania berkata, "Bu Amanda, mengetuk pintu cuma akan memberi mereka waktu untuk merapikan diri. Kalau begitu, kita nggak akan punya bukti apa-apa. Anda sudah sebaik ini sama Janice, tapi dia malah seperti ini.""Apa Anda masih mau memberinya kesempatan untuk menjaga harga diri? Aku benar-benar nggak tahan melihat ini, jadi aku membawa kunci ruang istirahat untuk Anda." Setelah berkata demikian, Vania menyelipkan kunci ruang istirahat ke tangan Amanda.Amanda yang sedang diliputi emosi, kehilangan semua kendali. Dia memikirkan bagaimana suaminya dan Janice mungkin berkhianat di belakangnya, lalu bertindak tanpa berpikir panjang. Dia membuka pintu dengan ka

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 176

    Begitu mendengarnya, semua orang terkejut. Namun, Amanda tetap terlihat tenang. Bahkan, dia tersenyum dingin dan membalas, "Kamu baru mengenalku ya? Sebelum nikah, kamu memujiku mandiri. Sekarang, kamu bilang aku terlalu mendominasi? Kenapa nggak bilang kamu terlalu lemah, sampai harus mencari martabat dari wanita?""Kamu ... pokoknya kita cerai! Aku nggak tahan lagi sama kamu!""Memang benar harus cerai. Tapi, kamu nggak boleh mengambil sepeser pun. Lagian, semua orang bisa bersaksi kalau kamu yang salah. Jadi, kalau masih punya urat malu, sebaiknya kemasi barang-barang kalian dan angkat kaki dari sini. Kalau nggak, aku bakal menuntut kalian mencuri dokumen penting studioku.""A ... atas dasar apa? Aku suamimu! Aku mau harta kita dibagi rata!" Wajah dan leher pria itu sampai memerah.Saat Amanda ingin menyuruh suaminya jangan mimpi, Vania tiba-tiba menyela, "Bu Amanda, tenang sedikit. Sebenarnya bukan cuma suamimu yang salah. Jelas-jelas kamu berjasa untuk Janice, tapi dia masih meray

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status