Home / Rumah Tangga / Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir / 3. Istrimu adalah Ibu Anakku

Share

3. Istrimu adalah Ibu Anakku

Author: Beatrice
last update Last Updated: 2025-05-31 17:09:07

Aku berdiri di depan rumah besar itu, merasa sedikit gugup. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan di sini, tapi aku merasa harus datang. Surat yang aku terima kemarin malam membuatku merasa penasaran dan sedikit khawatir.

Aku mengambil napas dalam-dalam dan menekan bel pintu. Suara langkah kaki yang berat terdengar dari dalam rumah, dan kemudian pintu terbuka.

"Selamat datang," kata seorang pria dengan senyum yang hangat. "Aku adalah tuan rumah. Silakan masuk."

Aku masuk ke dalam rumah, merasa sedikit terkesan dengan dekorasi yang elegan dan mewah. Pria itu memimpin aku ke ruang tamu, di mana aku melihat seorang wanita cantik dengan mata yang hijau.

"Ini adalah istriku," kata pria itu. "Aku ingin kamu mengenalnya."

Aku merasa sedikit terkejut, tapi aku mencoba untuk tetap tenang. "Selamat siang," kataku dengan senyum.

Wanita itu tidak menjawab, tapi malah menatapku dengan mata yang tajam. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi aku mencoba untuk tidak memperhatikannya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya pria itu.

Aku mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk menjelaskan. "Aku ingin tahu tentang ayahku," kataku. "Aku mendengar bahwa dia memiliki hubungan dengan keluarga Anda."

Pria itu menatapku dengan mata yang serius. "Aku tidak tahu apa yang kamu maksud," katanya.

Aku merasa sedikit kecewa, tapi aku tidak menyerah. "Aku yakin bahwa Anda tahu sesuatu," kataku. "Dan aku ingin tahu apa itu."

Wanita itu tiba-tiba berdiri dan meninggalkan ruangan. Pria itu menatapku dengan mata yang tajam. "Aku pikir kita sudah selesai di sini," katanya.

Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi aku tidak ingin menyerah. "Aku tidak akan pergi sampai aku tahu apa yang aku cari," kataku dengan tegas.

Pria itu tersenyum, dan aku merasa sedikit penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

***

Aluna duduk dengan senyum manis. Jari jemari lentiknya nampak sangat memukau dengan warna kuku yang lebih cerah. Malak ini suaminya sengaja memaksanya pergi ke salon sejak sore. Dia juga membelikan satu set gaun simple lengan pendek berwarna peach yang senada dengan pantofel dan tas hadiah dari suaminya di ulang tahun pernikahannya tahun lalu.

Gadis kecil yang duduk di samping Aluna tak kalah cantik dengan gaun selutut satu warna dengan milik Aluna. Arya dengan kemeja putih dan jas berwarna coklat tua, juga tak kalah tampan. Walaupun rambutnya sudah mulai bercampur dengan uban, kerutan yang tidak bisa dia sembunyikan apalagi saat tersenyum.

MC menyuruh semua tamu untuk berdiri, menyambut pemilik perusahaan yang baru saja datang. Arya mendekatkan tubuhnya pada Aluna, berbisik sambil bertepuk tangan. Mengatakan jika laki-laki yang gagah di depan sana, yang berada tepat di tengah adalah pemilik seluruh perusahaan. Perusahaan utamanya ada Jepang, dan berhasil mengalahkan perusahaan milik ayahnya sendiri yang notabenenya berdiri 20 tahun lebih dulu.

Bibir merona Aluna tak bisa hanya diam, berdecak kagum dan dengan mata berbinar. Matanya memicing mencari sosok yang dimaksud sang suami. Namun, yang dia dapatkan malah orang yang paling tidak ingin dia temui. Jantung Aluna mulai berdebar kencang. Dia melirik ke kursi di sebelahnya, di mana Kiara masih makan dengan nyaman. Makanan yang berceceran di gaun juga sekitar bibirnya membuat Aluna tersenyum tipis.

"Rivon Adinata, dia anak bungsu dari tiga bersaudara. Satu-satunya anak Tuan Archer Adinata yang terjun dalam dunia bisnis dan berhasil membangun perusahaan menyaingi sang ayah. Kakak tertuanya memilih meneruskan bisnis ayahnya dan yang kedua lebih suka membuka bar dan membuat sikuit. Keduanya sama-sama berada di luar negeri," jelas Arya panjang lebar.

Tubuh Aluna masih mematung, matanya menatap lurus, ke arah pria yang tersenyum manis dengan postur tegap di depan podium, yang tengah berceloteh penuh percaya diri. Arya tidak menyadari perubahan sikap Aluna karena dia terlalu bersemangat menceritakan pemilik perusahaan yang umurnya tergolong masih muda. Apalagi dia belum menikah.

"Rumor beredar, Pak Revon kembali ke Indonesia karena orang tuanya mau menjodohkannya, namun ada juga yang bilang dia ingin menjemput wanita pujaannya."

Aluna menoleh, kali ini dia tidak bisa menutupi keterkejutannya di depan Arya. Namun Arya menganggap Aluna terkejut dengan pencapaian Revon, dia hanya tertawa kecil. Kemudian mencuri sebuah kecupan di kening sang istri, membuat iri Kiara yang tak sengaja menoleh.

Saat Arya sibuk bercengkrama dengan Kiara, Aluna sibuk dengan pikirannya. Dia takut Revon melihatnya di ballroom ini dan mengambil Kiara darinya dengan paksa. Lebih takut lagi jika perlakuannya membuat Arya marah dan hubungan dengan Aluna retak.

Aluna tidak mau rumah tangganya yang indah berantakan detik ini juga. Dia tidak sanggup jika harus kehilangan Arya. Sudah cukup dia menanti tanpa kepastian, hanya melihat monitor jantung yang bisa berhenti sewaktu-waktu.

Tanpa Aluna sadari, Revon sudah berada di di depannya. Laki-laki yang lebih tinggi dari suaminya menatapnya dengan seringai. Aluna tersentak, dia seketika bangkit. Arya memeluk pinggang Aluna dengan sayang, memperkenalkan wanita kesayangannya pada Revon, menyuruh Aluna untuk mengulurkan tangannya menerima uluran tangan Revon.

"Rivon Adinata!"

"Aluna Fre--" Aluna terdiam, dia mengangkat dagunya. Saat matanya bertatapan dengan Revon dan melihat jelas senyum kecil terpancar di wajah tegas itu, Aluna menunduk kembali. Mengulangi ucapannya.

"Aluna Dwijaya," ucap Aluna sambil menjabat tangan Revon. Aluna bisa merasakan hangat tangan besar itu, jari-jemari lentiknya yang terasa kecil di dalam genggaman Revon.

Saat Aluna kembali mendongak, sepasang mata tajam di depannya memerangkap netra teduhnya. Dia tidak bisa menampik perasaan rindu yang hadir kembali. Dalam tatapan tajam Revon, dia masih menemukan kilas balik perasaan lancangnya yang pernah hadir dulu. Aluna bahkan melahirkan anak mereka.

"Apa dia anakmu?"

Tatapan Revon beralih pada Kiara yang langsung mengulurkan tangannya dengan senyum manis.

"Halo, Paman, aku Kiara Dwijaya," ujar Kiara riang.

Revon melepaskan tangannya dari Aluna dan berjongkok. Dia menerima uluran tangan Kiara dengan sangat bahagia.

"Cantik sekali namanya. Kiara umur berapa?" tanya Revon sambil tersenyum kecil. Sebelah tangannya menggenggam erat, tidak terima akan nama belakang gadis cantik di depannya yang seharusnya memakai miliknya.

"4 tahun," ujarnya sambil tersenyum. Kiara gadis yang pintar, dia juga riang dan murah senyum.

Revon mengakui didikan Aluna dan Arya sangat bagus, anaknya bahkan tidak takut dengan orang asing yang tidak pernah dia temui. Dia juga sangat cantik. Mata bulat Aluna yang sangat Revon rindukan ada di sana, lesung pipi dan pipi chubby. Hidung mancung dan tegas itu milik Revon, bibir tipis dan kecil itu juga.

Aluna segera menarik Kiara dan menyembunyikannya di belakang tubuh. Melihat tatapan Revon membuat Aluna semakin takut. Dia tidak bisa mengira-ngira apa yang sedang dipikirkan pria itu.

Revon menoleh ke arah Aluna, lalu bangkit. Dia sengaja menunjukkan seringai dan tatapan tajam pada Aluna sebelum menoleh ke Arya.

"Anakmu sangat cantik, Pak Arya. Tapi kenapa sama sekali tidak mirip denganmu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    5. Mengenang Masa Lalu

    Setelah hari itu, Aluna dan Revon tidak lagi bertemu. Perasaan Aluna mulai membaik, dia kembali mengurus keluarga kecilnya seperti biasa.Minggu kali ini, Arya mengajak Aluna dan Kiara ke pantai. Aluna sengaja bangun sangat pagi untuk membuat camilan dan makanan yang akan mereka bawa nanti. Arya juga sudah menyewa mobil untuk mereka, katanya bonus dari bos.Saat Arya bangun dan melihat istrinya tengah berkutat di dapur, dia langsung membantunya. Suasana menjadi lebih romantis dan cepat selesai. Ditambah, mendapatkan jatah pagi setelah selesai memasak.Mereka berangkat pukul 8 agar bisa di sana lebih lama. Aluna duduk di pinggir pantai sambil tersenyum manis melihat Arya dan Kiara yang saling mengejar. Kemudian tak lama dia juga ditarik ikut bermain kejar-kejaran. Setelah lelah, mereka duduk bersama dan makan siang. Lalu Kiara tertidur karena kelelahan."Ingat tidak dengan pantai ini?" Arya mulai buka suara sambil tersenyum manis dengan tatapan penuh arti, menoleh ke arah Aluna dengan

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    4. Perasaan Lancang yang Kembali Hadir

    Aluna melancarkan tamparan keras ke pipi kanan Revon. Matanya melotot, kedua tangannya menggenggam erat."Maksudnya apa kamu ngomong kayak tadi?" pekik Aluna seraya menunjuk ke arah wajah Revon.Revon tertawa kecil, lalu menarik lengan Aluna dan menghimpit tubuhnya ke mobil. Revon merapatkan tubuhnya, wajahnya mendekat sampai hidung mereka bersentuhan. Aluna berusaha memberontak, membuat Revon mengeratkan cengkramannya pada lengan Aluna, satu tangan lainnya mencengkram pinggang Aluna. Dia sengaja menunggu wanita di depannya menyerah."Apa sih maumu?!" Aluna kembali memekik. "Kamu yakin mau memberikannya?" ujar Rivon sambil menyeringai.Kedua mata Aluna menelisik mata tajam laki-laki di depannya. Dia berusaha mencari tahu apa yang Revon pikirkan tapi nihil, dia tidak menemukan apapun."Aku mau Kiara. Bukan hanya tahu kalau aku adalah ayah kandungnya, tapi juga memiliki hak milik legal atas dirinya. Dia juga harus tinggal bersamaku!" tukas Revon tegas.Aluna memberontak kembali, namun

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    3. Istrimu adalah Ibu Anakku

    Aku berdiri di depan rumah besar itu, merasa sedikit gugup. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan di sini, tapi aku merasa harus datang. Surat yang aku terima kemarin malam membuatku merasa penasaran dan sedikit khawatir.Aku mengambil napas dalam-dalam dan menekan bel pintu. Suara langkah kaki yang berat terdengar dari dalam rumah, dan kemudian pintu terbuka."Selamat datang," kata seorang pria dengan senyum yang hangat. "Aku adalah tuan rumah. Silakan masuk."Aku masuk ke dalam rumah, merasa sedikit terkesan dengan dekorasi yang elegan dan mewah. Pria itu memimpin aku ke ruang tamu, di mana aku melihat seorang wanita cantik dengan mata yang hijau."Ini adalah istriku," kata pria itu. "Aku ingin kamu mengenalnya."Aku merasa sedikit terkejut, tapi aku mencoba untuk tetap tenang. "Selamat siang," kataku dengan senyum.Wanita itu tidak menjawab, tapi malah menatapku dengan mata yang tajam. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi aku mencoba untuk tidak memperhatikannya."Apa yang ingin kam

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    2. Anak dari Tuanku

    Hujan deras mengguyur di luar sana bak iringan musik yang sangat merdu bagi seorang pria yang tengah menelusuri tubuh Aluna tanpa busana. Kulit mulus yang sangat terawat itu dipuja seperti ratu, suara merdu yang dikeluarkan dari bibir tebalnya membuat ujung bibir pria itu semakin naik."Tuanku ...." Bibir Aluna bergetar, matanya terpejam. Tubuhnya pasrah di bawah pria tampan dengan dada bidang yang tengah mengurungnya. Air matanya selalu mengalir, otaknya penuh dengan kata-kata penyesalan dan rasa bersalah yang dia jejalkan agar tubuhnya merasa muak. Namun, tidak pernah berhasil."Kau menyukainya, Aluna. Sudah kubilang, jangan menahannya. Tubuhmu menginginkanku," bisikan lembut pria itu mengalun di telinga Aluna. Napas hangat yang membelai kulitnya membuat hasratnya semakin terpacu, walaupun dia masih bersikeras untuk membuat tubuhnya mengikuti kalimat berantakan di otak kecil itu."Aluna Deandra .... Kau tahu tubuhmu tidak pernah ingin menolakku, jika kau terus seperti ini, kau sendi

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    1. Rahasia yang Terkubur

    Aluna duduk di balkon, menatap lurus dengan pikiran kacau. Sudah lima tahun dia menikah dengan Arya, bahagia dengan kehidupan sederhana dengan seorang gadis kecil yang cantik dan pintar. Namun, Arya tidak pernah tahu jika gadis kecil yang sangat dia sayangi bukan darah dagingnya, dan Aluna juga tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya.Saat Aluna menghembuskan napas resah, Arya tiba-tiba datang memeluknya dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang istri, mencari rasa nyaman setelah pulang bekerja. Aluna menarik kedua tangan Arya, membuatnya semakin erat memeluknya. Dia tersenyum kecil, perasaannya masih campur aduk."Maaf, Mas, aku belum bisa mengatakannya. Aku takut kehilanganmu ...," ungkap Aluna dalam hati. Tanpa dia sadari, air matanya menetes.Merasa tidak mendapatkan balasan seperti hari-hari biasanya, Arya menarik kedua tangannya, lalu berlutut di depan Aluna. Dia tersenyum sangat manis, mengusap pipi wanita yang sangat dia cintai ini dengan lembut. Kemudia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status