แชร์

6. Api Cemburu Penyulut Balas Dendam

ผู้เขียน: Beatrice
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-29 21:37:38

Bayangan tentang Revon menghantuinya selama seminggu belakangan ini. Malam di mana Arya--suaminya sendiri memberikannya pada Revon membuat sekujur tubuh Aluna meremang. Kilas balik yang mengecewakan bagi seorang istri, namun bodohnya hati Aluna sama sekali tidak menyesal.

"Sayang, ada sesuatu yang mengganggumu?"

Dekapan hangat menyentak lamunan Aluna. Sepasang tangan kekar menyusup di sela lengannya, mendekap erat pinggangnya dari belakang. Aluna tersenyum manis, dia mengelus rambut suaminya dengan sayang.

Arya mengistirahatkan dagunya di bahu Aluna, matanya terpejam menikmati sentuhan Aluna yang selama ini telah dia abaikan. Setelah hari itu, Arya semakin menyayanginya. Dia suka menempel pada Aluna, bermanja-manja. Bahkan, Aluna tidak lagi mendengar kalimat sarkastik yang selalu menyalahkan dirinya atas semua kesalahan di rumah.

"Kamu jadi mengantarkan makan siang padaku nanti?" Aluna mengangguk.

"Ada yang ingin kamu makan secara spesifik, Mas?" tanya Aluna dengan lembut.

Arya menarik tubuh Aluna, mendekap istirnya lebih erat. Dia menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Aluna, mengendus aroma khas dari tubuh Aluna yang segar baru mandi. Wanita itu terkikik geli, dia hanya tertawa kecil dan mengelus rambut Arya dengan sayang. Aluna sangat bersyukur akhirnya Arya menyayanginya lagi seperti dulu.

Arya mandi dan berganti baju, dengan sedikit candaan dan godaan yang dia lontarkan untuk Aluna. Mereka sarapan dengan tenang, lalu Arya mengantarkan anak kesayangannya ke sekolah, berpamitan dengan Aluna dan orang tuanya. Dia mengecup kening Aluna agak lama, membuat hati sang ibu mencelos cemburu.

Setelah Arya pergi, sang ibu langsung menyuruh Aluna membersihkan rumah. Mencuci pakaiannya dan pakaian suaminya, tak lupa membentak dan menggertak. Aluna hanya tersenyum, hatinya tidak lagi terluka. Lagipula, dia sudah mendapatkan hati Arya kembali. Dia sudah tenang dan bahagia.

Setelah membereskan rumah, dia segera membuat makan siang dan mengantarkannya tepat waktu ke kantor Arya. Di lobi, dia berpapasan dengan Revon. Revon menatapnya dengan tatapan dingin, hanya diam di ujung tangga. Aluna sadar, namun dia tidak ingin orang lain atau pegawai kantor ini tahu tentang hubungannya dengan Revon. Apalagi Revon adalah bos di kantor ini, sementara dia sendiri sudah memiliki suami yang juga bekerja di tempat ini.

Aluna menunggu di lobi, beberapa menit kemudian Arya datang. Dia menyambut Aluna dengan pelukan dan kecupan, mengajak Aluna pergi ke kantin dengan bergandengan tangan. Revon yang melihat itu berdecak sebal, dia berlalu dari sana dan kembali ke ruangannya dengan wajah sebal.

"Bagaimana masakanku, Mas? Kamu menyukainya?" Aluna memangku dagunya dengan sebelah tangan. Senyumnya tidak luntur melihat Arya yang lahap makan.

Arya mengangguk, lalu tersenyum. "Tentu, aku sangat menyukainya. Bagaimana tidak? Ini buatan istriku yang paling aku cintai!"

Aluna tertawa kecil. Sesekali Arya menyuapi Aluna, lalu Aluna pulang setelah berpamitan dengan Arya. Hari ini bagai awal baru bagi hubungan Aluna dan Arya. Hari-hari setelahnya, Aluna terus pergi ke kantor untuk mengantarkan makan siang pada Arya dan mereka akan makan bersama di kantin kantor.

Pada hari libur, Arya tidak lagi meninggalkan Aluna di rumah. Mereka pergi bersama entah ke pantai atau taman bermain. Walaupun sering mendapatkan cercaan dari sang ibu, Arya tidak marah. Akhirnya orang tua Arya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Aluna lega mendengarnya. Hatinya ringan karena beban yang selama ini menghantuinya setiap hari hilang.

"Maaf ya, Ibu dan ayahku sudah merepotkanmu selama ini. Aku juga minta maaf atas diriku sendiri karena tidak bisa mengerti keadaanmu," ujar Arya sambil memeluk Aluna dengan sayang.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku bukannya tidak senang ibu dan ayah tinggal di sini, hanya terkadang aku lelah karena pekerjaan rumah, jadi moodku tidak bagus dan jadi emosional. Seharusnya aku juga minta maaf."

Sikap Arya berubah 180 derajat, sangat lembut dan penuh perhatian. Awalnya Aluna berpikir ini semua adalah mimpi, namun semakin ke sini dia pikir Arya mungkin benar-benar berubah.

Rumah tangga mereka semakin harmonis dari hari ke hari, bahkan saat perlombaan orang tua di sekolah Kiara, mereka mendapatkan juara satu atas orang tua paling kompak. Orang-orang juga memuji keharmonisan keluarga mereka. Apalagi Arya yang tidak kenal lelah, masih bisa bersenang-senang dengan anak dan istri walau lelah bekerja.

"Pak Arya, Bu Aluna, selamat ya atas kemenangan hari ini. Kalian berdua ini pasangan muda yang patut diacungi jempol. Masih sangat muda, tapi pandai mengatur rumah tangga. Saya jadi iri," celetuk seorang wanita paruh baya.

Aluna hanya tersenyum, sementara Arya mengeratkan pelukannya pada Aluna.

"Kiara bangga banget sama Ayah dan Ibu. Makasih ya, udah bikin Kiara jadi dipuji semua orang! Kalau begini, Kiara bisa jadi bintang kelas sampe tahun depan!"

Arya tertawa kecil, Aluna mengelus rambut putrinya dengan sayang.

"Kamu akan jadi bintang ayah sampai kapan pun! Masa tidak bangga sih?"

"Bangga dong!" tukas Kiara, membuat Aluna hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mereka pulang, lalu mandi dan berganti baju. Sorenya, Arya mengajak Aluna dan Kiara ke pantai. Menikmati sunset yang sangat indah. Tanpa Aluna sadari, Arya menyewa penginapan di situ.

Saat tengah malam, Aluna dikejutkan dengan suara tepuk tangan dan nyanyian. Saat dia membuka matanya, Arya membawa kue ulang tahun dengan Kiara yang tertawa bahagia di sebelahnya.

"Selamat ulang tahun pernikahan yang ke tujuh, Sayang. Aku sangat mencintaimu, semoga cinta kita abadi dan hubungan kita terus seperti ini," ujar Arya sambil mengulurkan kue ke arah Aluna yang baru saja duduk.

Melihat hal itu, Aluna terdiam sejenak. Air matanya tidak bisa terbendung. Kiara memeluknya erat, dia menangis bahagia.

"Mas, aku ... aku benar-benar tidak ingat hari ini adalah hari pernikahan kita. Maaf," ucap Aluna, dibalas gelengan pelan Arya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Tiup lilinnya dulu," ucap Arya. Aluna mengangguk, lalu meniup lilin di atas kue bersama Kiara. Kiara bertepuk tangan, lalu memeluk kedua orang tuanya dengan bahagia.

"Kiara berharap, keluarga kita terus bahagia seperti ini. Ayah jangan marah lagi ya sama Ibu, Ibu juga jangan menangis lagi. Kiara nanti sedih," ucap Kiara dengan mata bulat berbinarnya.

Hati Aluna mencelos, dia merasa bersalah atas pertengkarannya dengan Arya beberapa bulan yang lalu yang ternyata mempengaruhi mental Kiara.

"Maaf ya, Sayang. Karena pertengkaran kami, kamu jadi sedih," ujar Aluna.

"Ayah janji tidak akan marah lagi dengan Ibu, Ayah janji Ayah akan terus membuat kalian bahagia!" tukas Arya. Dia meletakkan kuenya di atas nakas, lalu memeluk Kiara dan Aluna.

Semua kegiatan itu tidak luput dari Revon. Dia sengaja menempatkan orang untuk mengawasi Arya dan Aluna. Mendapatkan video mesra tersebut membuat dia semakin marah. Matanya memerah, melotot garang menatap lurus ke depan. Bukan hanya iri dan cemburu, Revon juga ingin balas dendam dan merebut kembali Aluna yang seharusnya menjadi miliknya.

"Besok, aku mau kasus korupsi pria itu menjadi topik utama di kantor!" tukas Revon dengan nada dingin. Pria di belakangnya langsung mengangguk, lalu pamit pergi.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    6. Api Cemburu Penyulut Balas Dendam

    Bayangan tentang Revon menghantuinya selama seminggu belakangan ini. Malam di mana Arya--suaminya sendiri memberikannya pada Revon membuat sekujur tubuh Aluna meremang. Kilas balik yang mengecewakan bagi seorang istri, namun bodohnya hati Aluna sama sekali tidak menyesal. "Sayang, ada sesuatu yang mengganggumu?" Dekapan hangat menyentak lamunan Aluna. Sepasang tangan kekar menyusup di sela lengannya, mendekap erat pinggangnya dari belakang. Aluna tersenyum manis, dia mengelus rambut suaminya dengan sayang. Arya mengistirahatkan dagunya di bahu Aluna, matanya terpejam menikmati sentuhan Aluna yang selama ini telah dia abaikan. Setelah hari itu, Arya semakin menyayanginya. Dia suka menempel pada Aluna, bermanja-manja. Bahkan, Aluna tidak lagi mendengar kalimat sarkastik yang selalu menyalahkan dirinya atas semua kesalahan di rumah. "Kamu jadi mengantarkan makan siang padaku nanti?" Aluna mengangguk. "Ada yang ingin kamu makan secara spesifik, Mas?" tanya Aluna dengan lembut.

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    5. Perselingkuhan yang Terbongkar

    Aluna hanya diam dan menunduk bahkan sesampainya mereka berada di sebuah hotel bintang lima. Kesadaran Aluna baru kembali saat resepsionis menyapa mereka, kepalanya sontak terangkat. Beberapa detik dia terkejut, lalu terpukau dengan dekorasi mewah hotel. Hatinya lebih kaget saat menyadari suaminya yang tiba-tiba bermurah hati dan sangat romantis mengajaknya makan malam di hotel bintang lima seperti ini. Aluna menoleh dan menatap lekat Arya yang tengah berkomunikasi dengan resepsionis. Senyum manis terbit di wajannya, tangannya kemudian perlahan mendekati lengan Arya dan memeluknya. Hati Aluna menghangat, walaupun Arya hanya diam saja dengan perlakuan yang dia berikan. Aluna merasa sangat bahagia, jantungnya berdetak cepat dan otaknya mulai menciptakan banyak hal romantis yang akan terjadi pada mereka. Dia berpikir Arya ingin memperbaiki keretakan rumah tangganya. Bahkan lebam yang belum hilang sudah tak lagi terasa di raganya yang lemah. Dahi Aluna mengerut bingung saat Arya membawa

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    4. Dugaan Hubungan Terlarang

    Arya terkejut mendapati seorang yang duduk di balik kursi CEO itu adalah Revon Adinata, orang yang dulu sangat mencintai istrinya. Arya termenung, dia bertanya-tanya dalam hati kenapa laki-laki ini bisa berada di sini. Akan tetapi mungkin Revon sudah tak mengingat Aluna lagi. Revon menyeringai, dia bangkit dari kursinya. Mengambil beberapa dokumen di atas meja kerjanya dan melangkah ke arah Arya. Setelah dokumen itu sampai di tangan Arya, Revon sedikit menunduk mensejajarkan bibirnya dengan telinga Arya. "Setelah gadis yang kucintai, kau mau mengambil keuntungan dari perusahaanku juga?" Suara rendah dan berat itu terkesan sangat dingin dengan penekanan di setiap katanya. Tubuh Arya langsung merinding dan kaku di tempat. Jantungnya berdetak lebih kencang, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Revon menjauh, dia bersidekap dada menatap pria dengan kemeja garis-garis di depannya. Ada rasa puas tersendiri melihat kerutan samar dan mata yang melotot terkejut itu. "Pak, tapi saya

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    3. Ranjang Hangat Tuan Presdir

    Aluna nampak sangat lelah dengan wajah tanpa make-up. Wanita yang telah melahirkan seorang gadis cantik itu, masih tertidur pulas dengan selimut tebal yang menutupi tubuh mungilnya. Kondisi kamar yang masih gelap dengan tirai yang sengaja tidak dibuka, Aluna merasa tubuhnya lebih santai dari biasanya. Satu minggu tidak bertemu sang suami nyatanya sangat cepat berlalu. Anehnya, tidak ada rasa rindu dalam hati Aluna. Dia malah senang, beban di hatinya seakan tidak pernah ada. Satu minggu, rasanya Aluna terbuai dan berharap ini akan menjadi selamanya. Tidak perlu bangun sangat pagi, menyiapkan seluruh kebutuhan rumah tangga. Bersih-bersih rumah, pergi ke pasar dan memasak. Tidak ada yang meneriakinya dan memakinya di pagi hari. Tidak ada yang memarahinya dan menyuruh ini itu. Aluna merasa, kehidupan yang dia dambakan telah tercapai. Senyum kecil terbit di bibir tebalnya. Sepasang mata bulat itu masih tertutup, belum mau keluar dari alam mimpi. Hingga sebuah tangan besar menangkup wajah

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    2. Rahasia yang Terancam

    Sebuah silau mobil membuat tubuh Aluna tersentak. Dia segera bangkit dari sofa dan tersenyum sangat manis, berlari ke arah pintu dan membuka pintu dengan riang. Mulutnya terbuka, pikirannya tentang segala hal buruk sirna begitu saja. Perasaannya yang kesal, sedih dan kecewa seakan hilang ditelan malam. Namun, pakaian rapi dengan tuxedo mahal, kemeja putih bersih dan dasi senada itu sama sekali bukan suaminya. Aluna mendongak, matanya memicing menyesuaikan cahaya berusaha mengenali wajah di depannya. Jantungnya tersentak seolah baru saja tersandung dan terjun dari gunung dan masuk jurang. Wajah lelah itu pucat seketika, bibirnya bergetar, tubuhnya kaku. Kedua tangannya yang ada di kusen pintu jatuh ke samping kanan dan kiri tubuhnya. "Revon?" Dahi Aluna berkerut, kedua alis tebal itu hampir bersambung. Dia mundur beberapa langkah, kemudian semakin cepat saat tangan besar pria di depannya mendorongnya ke dalam. Memaksanya duduk di sofa. "Merindukanku, huh? Kamu benar-benar membuatku

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    1. Rahasia yang Terkubur

    Sudah lima tahun dia menikah dengan Arya, bahagia dengan kehidupan sederhana dengan seorang gadis kecil yang cantik dan pintar. Namun, Arya tidak pernah tahu jika gadis kecil yang sangat dia sayangi bukan darah dagingnya, dan Aluna juga tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya. Saat Aluna menghembuskan napas resah, Arya tiba-tiba datang memeluknya dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang istri, mencari rasa nyaman setelah pulang bekerja. Aluna menarik kedua tangan Arya, membuatnya semakin erat memeluknya. Dia tersenyum kecil, perasaannya masih campur aduk. “Hari ini lembur lagi, Mas?” tanya Aluna dengan nada lembut. Tangan kanannya terulur hendak mengelus kepala Arya. “Ya,” jawab Arya singkat. Pria itu menjauh, membuka kemejanya dan menaruhnya di sembarang tempat. Melihat itu, Aluna menghela napas panjang. Dia tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. “Mas, tidak pernah kamu melihat keranjang kotor di dekat pintu kamar mandi, hum?” ujarnya pelan dan le

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status