Share

Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir
Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir
Author: Beatrice

1. Rahasia yang Terkubur

Author: Beatrice
last update Last Updated: 2025-05-31 17:07:47

Aluna duduk di balkon, menatap lurus dengan pikiran kacau. Sudah lima tahun dia menikah dengan Arya, bahagia dengan kehidupan sederhana dengan seorang gadis kecil yang cantik dan pintar. Namun, Arya tidak pernah tahu jika gadis kecil yang sangat dia sayangi bukan darah dagingnya, dan Aluna juga tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya.

Saat Aluna menghembuskan napas resah, Arya tiba-tiba datang memeluknya dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang istri, mencari rasa nyaman setelah pulang bekerja. Aluna menarik kedua tangan Arya, membuatnya semakin erat memeluknya. Dia tersenyum kecil, perasaannya masih campur aduk.

"Maaf, Mas, aku belum bisa mengatakannya. Aku takut kehilanganmu ...," ungkap Aluna dalam hati. Tanpa dia sadari, air matanya menetes.

Merasa tidak mendapatkan balasan seperti hari-hari biasanya, Arya menarik kedua tangannya, lalu berlutut di depan Aluna. Dia tersenyum sangat manis, mengusap pipi wanita yang sangat dia cintai ini dengan lembut. Kemudian tangannya turun, menggenggam kedua tangan Aluna yang ada di atas paha. Terasa lembut dan dingin.

"Sayang, kenapa, hum? Ada hal yang menganggu pikiranmu? Ceritakan sama Mas," ujar Arya dengan nada lembut. Bibir tipis yang tersungging itu membuatnya sangat manis dengan kedua lesung pipi, ditambah dengan tatapan berbinar yang selalu teduh.

Aluna hanya diam menatap wajah lelah suaminya. Semakin lama, rasa bersalah di pikirannya semakin dalam dan membuatnya sering gelisah dan emosinya tidak stabil. Contohnya dia jadi sering marah saat putri kecilnya tak sengaja marah dengan sang suami, dia langsung membentaknya. Terakhir kali, bahkan hampir menamparnya karena melempar mainan baru yang dibelikan sang suami karena tidak suka dengan warnanya.

Mengingat hal itu, air mata Aluna turun semakin deras. Matanya masih menatap lurus ke depan dengan kacau. Arya yang melihat istri tercintanya menangis langsung bangkit dan memeluk erat Aluna. Membiarkan wanita yang dia sangat dia cintai menangis sesenggukan di bahunya. Dia tidak ingin bertanya, tangannya dengan lembut mengelus punggung Aluna.

Hal ini sudah sering terjadi, apalagi menjadi lebih sering belakangan ini. Arya bahkan sampai tidak tega meninggalkan istrinya sendirian di rumah saat dia bekerja. Beberapa kali dia meminta izin pada istrinya untuk mencari asisten rumah tangga agar pekerjaan di rumah lebih ringan. Namun, Aluna selalu menolak. Alasannya karena Aluna masih bisa menangani semuanya, juga karena ekonomi mereka yang belum stabil.

Arya hanya seorang pegawai di kantor swasta kecil, sedangkan Aluna tidak bekerja. Gaji Arya sudah habis untuk biaya sekolah gadis kecil mereka, biaya listrik dan sewa yang harus mereka bayar setiap bulan karena rumah ini bukan milik mereka. Belum ditambah biaya makan sehari-hari, make-up Aluna juga biaya darurat lain. Mereka juga harus menyisihkan sedikit untuk menabung.

Dulu Aluna sering mengatakan pada Arya agar dia diizinkan untuk mencari pekerjaan, untuk menambah pemasukan keluarga. Namun, Arya selalu menolak dengan alasan nanti Aluna jadi lelah. Arya selalu mendoktrin Aluna agar dia menjadi ibu rumah tangga saja, mengurus dia dan sang putri tercinta. Biar Arya yang mencari uang, dan berperang di luar sana.

Arya mengajak Aluna masuk ke kamar karena langit sudah terlalu gelap, angin semakin kencang dan suhu yang terus menurun.

"Sayang, ganti baju dulu, aku akan mandi dan menyiapkan makan malam, bagaimana?" ujar Arya. Senyum manisnya masih terpoles di wajah lelah itu. Kemejanya biru laut yang kusut dengan dasi yang berantakan.

Aluna menoleh, menatap suaminya lekat. Dia lalu mengerjapkan matanya, mulai sadar akan kebodohan yang dia lakukan. Dia segera menarik tangan Arya di bahunya.

"Maaf, Mas. Kamu mandi saja, aku siapkan makan malamnya, sekalian bangunkan Kiara," ucap Aluna sambil tersenyum manis. Arya menaikkan kedua ujung bibirnya, tersenyum lebih lebar. Dia lalu mengangguk.

"Baiklah, Sayangku. Kita akan makan malam bersama. Jika kamu belum memasak, tunggu lah aku biar aku bantu. Atau mau makan di luar? Aku baru gajian, loh!" Arya menaik turunkan kedua alisnya, tersenyum menggoda pada sang istri.

Kalimatnya barusan berhasil membuat Aluna tertawa kecil, lalu menampar pelan bahu Arya dengan wajah tersipu malu.

"Kamu ini, Mas! Gajian udah dua hari yang lalu, masih saja pamer! Sudah, aku sudah masak, kok. Tinggal hidangkan saja. Masakan kesukaan kamu loh! Sama Kiara," sahut Aluna dengan nada setengah bercanda, kemudian tertawa kecil.

"Dih, Mas masih punya simpenan tahu. Khusus kalau istri tercinta Mas, sama anak tersayang Mas pengen jajan di luar," ujar Arya sambil menepuk saku kemejanya dengan seringai angkuh. Dia kemudian tertawa kecil menertawakan dirinya sendiri.

"Sudah, sana mandi!" tukas Aluna sambil mendorong lengan sang suami perlahan. Arya masih dengan tawa kecilnya, tak mengelak dorongan sang istri tercinta. Dia berlalu ke kamar mandi, menyegerakan aktifitas bersih-bersihnya agar dua kesayangannya tidak menunggu terlalu lama.

Arya tersenyum hangat melihat istri dan anak kesayangannya sedang menunggunya di meja makan sambil bermain tebak-tebakan. Dia berjalan sambil berceletuk, membuat sang anak segera turun dari kursi berlari ke Arya untuk memeluknya. Arya menggendongnya dengan sayang, mengembalikannya ke kursi dengan sangat hati-hati, lalu menyuapi gadis kecil itu sambil bersenda gurau. Sementara dia sendiri disuapi oleh Aluna dan Aluna disuapi oleh sang anak.

Makan malam yang terasa hangat, penuh dengan canda tawa. Bahkan Aluna sampai lupa semua hal yang dia pikirkan di balkon tadi. Hatinya selalu kembali hangat, otaknya kembali jernih, saat anak dan suami yang sangat dia cintai bersama dengannya. Tertawa bahagia, seakan tak ada beban dalam hidup mereka.

Arya menggendong Kiara ke kamarnya karena tertidur di ruang tamu saat menonton televisi, sementara Aluna sudah berlari ke kamar terlebih dahulu untuk siap-siap memberi nafkah batin pada suami tercintanya. Lebih dari sepuluh menit, Aluna menatap wajahnya sendiri di cermin, melihat bagaimana riasannya nampak begitu menggoda dengan eyeliner dan lipstik berwarna merah darah.

Gaun renda selutut yang dia pakai, hanya memiliki sebuah tali spaghetti yang melingkar mengikat lehernya, dengan punggung terekspos. Dia bangkit, tersenyum geli sambil berpose di depan kaca besar di kamarnya.

Ponselnya berdering, dia berjalan ke arah nakas, mengambil ponsel tersebut dan langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama pengguna si penelpon. Aluna terkejut saat mendengar nada berat di ujung telepon.

"Kau tidak lupa, bukan, besok hari apa? Bulan lalu, kau sudah menunggak dua kali pertemuan denganku."

Jantung Aluna berdegup kencang, tubuhnya sontak menggigil, tangan kanan yang memegang ponsel gemetar. Raut wajahnya berubah ketakutan, dengan bibir bergetar.

"Sayang, apa yang kamu lakukan? Menggodaku, huuumm?"

Aluna terkejut, ponsel yang dipegangnya jatuh. Tanpa sadar dia mendorong Arya membuat laki-laki itu mengerutkan keningnya bingung. Saat Aluna menoleh dan menyadari apa yang dia lakukan, Aluna sontak menggeleng, mengambil ponsel di lantai dan memutuskan panggilannya, lalu meminta maaf pada sang suami.

"Seharusnya aku yang minta maaf. Maaf ya, aku mengejutkanmu sampai kau ketakutan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    5. Mengenang Masa Lalu

    Setelah hari itu, Aluna dan Revon tidak lagi bertemu. Perasaan Aluna mulai membaik, dia kembali mengurus keluarga kecilnya seperti biasa.Minggu kali ini, Arya mengajak Aluna dan Kiara ke pantai. Aluna sengaja bangun sangat pagi untuk membuat camilan dan makanan yang akan mereka bawa nanti. Arya juga sudah menyewa mobil untuk mereka, katanya bonus dari bos.Saat Arya bangun dan melihat istrinya tengah berkutat di dapur, dia langsung membantunya. Suasana menjadi lebih romantis dan cepat selesai. Ditambah, mendapatkan jatah pagi setelah selesai memasak.Mereka berangkat pukul 8 agar bisa di sana lebih lama. Aluna duduk di pinggir pantai sambil tersenyum manis melihat Arya dan Kiara yang saling mengejar. Kemudian tak lama dia juga ditarik ikut bermain kejar-kejaran. Setelah lelah, mereka duduk bersama dan makan siang. Lalu Kiara tertidur karena kelelahan."Ingat tidak dengan pantai ini?" Arya mulai buka suara sambil tersenyum manis dengan tatapan penuh arti, menoleh ke arah Aluna dengan

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    4. Perasaan Lancang yang Kembali Hadir

    Aluna melancarkan tamparan keras ke pipi kanan Revon. Matanya melotot, kedua tangannya menggenggam erat."Maksudnya apa kamu ngomong kayak tadi?" pekik Aluna seraya menunjuk ke arah wajah Revon.Revon tertawa kecil, lalu menarik lengan Aluna dan menghimpit tubuhnya ke mobil. Revon merapatkan tubuhnya, wajahnya mendekat sampai hidung mereka bersentuhan. Aluna berusaha memberontak, membuat Revon mengeratkan cengkramannya pada lengan Aluna, satu tangan lainnya mencengkram pinggang Aluna. Dia sengaja menunggu wanita di depannya menyerah."Apa sih maumu?!" Aluna kembali memekik. "Kamu yakin mau memberikannya?" ujar Rivon sambil menyeringai.Kedua mata Aluna menelisik mata tajam laki-laki di depannya. Dia berusaha mencari tahu apa yang Revon pikirkan tapi nihil, dia tidak menemukan apapun."Aku mau Kiara. Bukan hanya tahu kalau aku adalah ayah kandungnya, tapi juga memiliki hak milik legal atas dirinya. Dia juga harus tinggal bersamaku!" tukas Revon tegas.Aluna memberontak kembali, namun

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    3. Istrimu adalah Ibu Anakku

    Aku berdiri di depan rumah besar itu, merasa sedikit gugup. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan di sini, tapi aku merasa harus datang. Surat yang aku terima kemarin malam membuatku merasa penasaran dan sedikit khawatir.Aku mengambil napas dalam-dalam dan menekan bel pintu. Suara langkah kaki yang berat terdengar dari dalam rumah, dan kemudian pintu terbuka."Selamat datang," kata seorang pria dengan senyum yang hangat. "Aku adalah tuan rumah. Silakan masuk."Aku masuk ke dalam rumah, merasa sedikit terkesan dengan dekorasi yang elegan dan mewah. Pria itu memimpin aku ke ruang tamu, di mana aku melihat seorang wanita cantik dengan mata yang hijau."Ini adalah istriku," kata pria itu. "Aku ingin kamu mengenalnya."Aku merasa sedikit terkejut, tapi aku mencoba untuk tetap tenang. "Selamat siang," kataku dengan senyum.Wanita itu tidak menjawab, tapi malah menatapku dengan mata yang tajam. Aku merasa sedikit tidak nyaman, tapi aku mencoba untuk tidak memperhatikannya."Apa yang ingin kam

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    2. Anak dari Tuanku

    Hujan deras mengguyur di luar sana bak iringan musik yang sangat merdu bagi seorang pria yang tengah menelusuri tubuh Aluna tanpa busana. Kulit mulus yang sangat terawat itu dipuja seperti ratu, suara merdu yang dikeluarkan dari bibir tebalnya membuat ujung bibir pria itu semakin naik."Tuanku ...." Bibir Aluna bergetar, matanya terpejam. Tubuhnya pasrah di bawah pria tampan dengan dada bidang yang tengah mengurungnya. Air matanya selalu mengalir, otaknya penuh dengan kata-kata penyesalan dan rasa bersalah yang dia jejalkan agar tubuhnya merasa muak. Namun, tidak pernah berhasil."Kau menyukainya, Aluna. Sudah kubilang, jangan menahannya. Tubuhmu menginginkanku," bisikan lembut pria itu mengalun di telinga Aluna. Napas hangat yang membelai kulitnya membuat hasratnya semakin terpacu, walaupun dia masih bersikeras untuk membuat tubuhnya mengikuti kalimat berantakan di otak kecil itu."Aluna Deandra .... Kau tahu tubuhmu tidak pernah ingin menolakku, jika kau terus seperti ini, kau sendi

  • Pemuas Hasrat Terlarang Tuan Presdir    1. Rahasia yang Terkubur

    Aluna duduk di balkon, menatap lurus dengan pikiran kacau. Sudah lima tahun dia menikah dengan Arya, bahagia dengan kehidupan sederhana dengan seorang gadis kecil yang cantik dan pintar. Namun, Arya tidak pernah tahu jika gadis kecil yang sangat dia sayangi bukan darah dagingnya, dan Aluna juga tidak pernah punya nyali untuk mengatakannya.Saat Aluna menghembuskan napas resah, Arya tiba-tiba datang memeluknya dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di ceruk leher sang istri, mencari rasa nyaman setelah pulang bekerja. Aluna menarik kedua tangan Arya, membuatnya semakin erat memeluknya. Dia tersenyum kecil, perasaannya masih campur aduk."Maaf, Mas, aku belum bisa mengatakannya. Aku takut kehilanganmu ...," ungkap Aluna dalam hati. Tanpa dia sadari, air matanya menetes.Merasa tidak mendapatkan balasan seperti hari-hari biasanya, Arya menarik kedua tangannya, lalu berlutut di depan Aluna. Dia tersenyum sangat manis, mengusap pipi wanita yang sangat dia cintai ini dengan lembut. Kemudia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status