Home / Fantasi / Pendekar Sinting dari Laut Selatan / 71. Part 1 (TITISAN ILMU IBLIS)

Share

71. Part 1 (TITISAN ILMU IBLIS)

last update Last Updated: 2025-12-14 01:01:25

KADIPATEN WADASLINTANG.

Sebentang lembah berbukit. Tempat di mana rerumputan liar tumbuh menghampar. Tempat di mana seseorang bisa melihat cakrawala dengan lapang. Juga tempat bagi empat orang yang sedang terlibat satu urusan. Sementara keempatnya seperti tak pernah cukup peduli pada rona langit di atas sana yang berubah murung. Bukan karena mendung meraja. Melainkan kehadiran perlahan sang senja. Bahkan, mereka seperti tak ambil pusing pada gelimpangan dua bangkai kuda dan satu bangkai manusia yang nyaris membusuk di dekat mereka.

Segerumunan lalat justru telah membangun pesta-pora di atas ketiga bangkai. Bersama dengungnya yang mendompleng tiupan angin. Keempat orang itu berdiri di dekat sebatang pohon kamboja besar. Seorang nenek tua bersisian dengan seorang gadis muda. Berseberangan dengan mereka, ada sepasang muda-mudi berusia sebaya.

Si nenek berusia sangat tua. Jelas sekali dari perawakan atau wajahnya. Dia mengenakan pakaian putih yang tidak cuma dekil n

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 9

    "Kau telah bersumpah dengan nama besarmu untuk tidak mencelakakan gadis ini, Nenek Terkutuk!" umpat Pendekar Sinting tajam."Aku muak dengan tingkah kalian! Cepat kau suruh pergi perawan sial itu. Atau aku akan melanggar sumpahku. Peduli setan dengan segala nama besar!"Wajah Pendekar Sinting beralih pada Tresnasari."Ku mohon, Tresna. Pergilah....""Tidak!" pekik Tresnasari. Dia berontak dari pelukan perjaka pujaannya.Pendekar Sinting sungguh tak pernah menduga hal itu. Juga tak pernah menyangka kalau Tresnasari akan bertindak nekat menghambur ke arah Perempuan Pengumpul Bangkai!"Tresnasari, jangan!" seru Pendekar Sinting, mencegah. Dia khawatir setengah mati Tresnasari akan menyerang nenek sakti aliran sesat itu. Padahal tingkat kesaktian Nini Jonggrang tak akan bisa ditandingi oleh Tresnasari. Itu artinya, Tresnasari hanya mencari celaka. Yang lebih parah, dia hanya mencari mati!Terlambat! Tresnasari telah lebih dahulu tiba di d

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 8

    “ANGON LUWAK!" Tresnasari tersadar dari pengaruh tenung hitam. Upacara gaib yang dilaksanakan Nini Jonggrang telah usai. Begitu menyaksikan pemuda pujaan hatinya, gadis itu langsung menghambur. Di peluknya Pendekar Sinting kuat-kuat."Aku takut, Angon Luwak.... Aku takut...," keluhnya di dada bidang Pendekar Sinting. Pendekar Sinting berusaha menenangkan Tresnasari dengan mengelus-elus rambutnya. Dibalasnya pelukan gadis itu, membenamkan wajah ketakutan Tresnasari ke dada bidangnya."Tenang, Tresna. Tenanglah. Tak akan terjadi apa-apa pada dirimu," ucap Pendekar Sinting, mencoba menenangkan kekasihnya"Cukup segala kecengengan kalian! Sekarang, kau harus bersiap menjadi budakku, Cah Tampan!" sentak Nini Jonggrang. Dia sudah bangkit dari silanya. Tangannya menunjuk Pendekar Sinting dengan mimik wajah tak sabar.Mendengar bentakan Nini Jonggrang, Tresnasari mengangkat kepala dari dada Pendekar Sinting. Matanya agak membelalak, menatap Pendekar Sinting

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 7

    "Hiaaa!"Dengan memompa sisa tenaga kembali, Mayangseruni berusaha melepaskan cekalan tangan si penyergap. Sebelah tangannya berusaha memapas cekalan. Tangan yang lain berkutat untuk melonggarkan cengkeraman lawan.Tanpa melepaskan tangan si gadis ayu, sang penyergap dengan amat mudah menangkap tangan Mayangseruni yang lain.Tep! Mayangseruni tak menyerah sampai di sana.Kakinya bergerak naik, hendak menanduk perut sang penyergap yang kini berhadapan dengannya. Masih dengan mudah, sang penyergap bergeser sedikit. Tendangan Mayangseruni memakan angin. Satu totokan cepat menyusul kemudian. Kejap berikutnya, tubuh Mayangseruni menjadi lunglai."Kau akan menerima ganjaran atas kelancanganmu padaku tempo hari!" dengus sang penyergap seraya membopong tubuh Mayangseruni ke atas bahu.-o0o-Ki Kusumo terus mengawasi kejadian di bawah pohon kamboja di lembah berbukit wilayah Wadaslintang. Sejak Nini Jonggrang muncul, Ki Kusumo ti

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 6

    Dengan berjalan kaki menempuh jarak teramat jauh, Mayangseruni terus berjalan. Gontai. Berulang-ulang terlihat kesan keraguan dalam langkahnya. Dia masih ragu pada keselamatan saudara kembarnya. Seragu akan keselamatan Angon Luwak. Manakala teringat permintaan Angon Luwak untuk segera ke Tanjung Karangbolong, Mayangseruni menjadi bersemangat. Langkahnya dipercepat. Tak bisa dia terus ragu untuk melanjutkan perjalanan atau kembali ke Wadaslintang. Keraguan seperti itu, toh tak akan menyelesaikan masalah.Angon Luwak benar, pikirnya dalam hati. Yang terbaik dilakukan saat itu adalah segera menemui Ki Kusumo dan Dongdongka segera. Dengan begitu, dia bisa meminta bantuan untuk Angon Luwak dan Tresnasari yang terjebak dalam permainan busuk Nini Jonggrang.Sadar akan hal itu, langkah si gadis ayu makin cepat, cepat dan kian cepat. Kemudian tampak dia berlari kecil. Sampai akhirnya dia mencoba mengandalkan ilmu lari cepatnya yang tak seberapa. Sepanjang berlari, wajahnya tak

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 5

    Bersamaan dengan itu, Tresnasari bergerak lagi. Masih dalam posisi tegak, tubuhnya yang mengapung di udara berputar perlahan begitu rupa sampai posisinya telentang lurus. Kini, yang terlihat seolah-olah gadis itu sedang tertidur di atas angin. Mengapung diam."Ghrrr...."Nini Jonggrang mulai menggeram lagi. Jari-jari tangannya bergetar makin hebat. Napasnya menanduk-nanduk udara. Dadanya tersentaksentak seperti diserang sengal hebat. Dari mulutnya, melantunlah mantera-mantera gaib yang mendirikan sekujur bulu halus di tubuh Angon Luwak. Ada dorongan tenaga magis terasa di sana. Kekuasaan angkara yang menggelegar-gelegar keluar dari alam kegelapan.Nini Jonggrang telah mengundangnya. Angon Luwak dipaksa beringsut mundur setengah tindak ke belakang. Sepanjang hayat, belum pernah dialaminya peristiwa semenggidikan itu. Seperti pernah dikatakan Ki Kusumo pada Dedengkot Sinting waktu lalu. Angon Luwak memang terlalu hijau. Mentahnya pengalaman akan menjadi satu kelem

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   71. Part 4

    "Segala tingkah-lakumu, perbuatanmu, sikapmu, sepak terjang mu akan menjadi 'makanan' sukma. Setiap kali kau berbuat kebaikan, maka sukma mu menjadi bertambah hidup. Sebaliknya, setiap kali kau berbuat kebatilan, maka sukma mu menjadi kian mati. Kalau sukma mu telah mati di dalam kalbu, sementara umurmu masih panjang, maka kau tak lagi menjadi manusia.""Kalau tidak lagi menjadi manusia, menjadi apa, Kek?""Menjadi 'bangkai hidup'. Maksudnya, karena sukma telah mati, maka kalbu mu menjadi membatu. Kau tak lagi memiliki sifat-sifat kemanusiaan, kecuali sifat-sifat yang lebih tercela dari binatang. Tak bisa lagi kau membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar dan salah. Padahal baik tidaknya seseorang tergantung dari kalbunya!"Angon Luwak tercenung sejenak."Lalu apa hubungannya dengan ajian 'Melepas Sukma' yang kau berikan padaku, Kek?" susulnya kemudian."Pertanyaan cerdas lagi! Kau memang patut dibanggakan!""Apa, Kek!""Sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status