Share

Bab 4

Penulis: Ana j
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 20:30:07

Ayasa terbangun pukul 06.00 pagi. Dia bergegas membersihkan diri dan bersiap-siap untuk bekerja. Jujur saja, dia masih teringat ucapan Regas semalam.

“Kamu tahu, aku masih tidak menyangka jika akan itu booming. Ternyata foto pas kita kolaborasi sama brand yang kemarin itu lucu juga ya. Bisa-bisanya mereka bilang kita sepasang suami istri.”

Ayasa yang sudah di lantai bawah memelankan langkahnya ketika mendengar suara itu. Dia penasaran siapa yang bertamu sepagi ini. 

Dia pun sampai di meja makan, dan orang yang berada di sana sontak menoleh kepadanya. Ayasa tersenyum kikuk melihat tatapan tajam dan dingin yang Regas layangkan padanya.

Lain halnya dengan seorang wanita cantik itu, dia sontak bangkit dari duduknya dan menghampiri Ayasa. "Halo, Ayasa! Aku Laluna, sahabat sekaligus rekan kerja Regas." Belum sempat Ayasa bersuara, Laluna langsung memeluk Ayasa. "Astaga, kamu sangat cantik, sepertinya seumuran dengan adikku."

Ayasa terpaku. Dia tidak terbiasa menerima perlakuan seperti ini, tapi dia juga tentu tahu siapa wanita di hadapannya, model terkenal yang mempunyai berjuta-juta pengikut di sosial media.

"Ayo kita sarapan bersama," ajak Laluna, menuntun Ayasa ke meja makan. Setelahnya, dia kembali menatap Ayasa. "Aku masih heran, mengapa Bella tidak mengenalkanmu ke publik. Jika saja kamu berkecimpung di dunia modeling, aku yakin kamu akan sangat bersinar. Dengan kulit eksotis dan wajah mungil ini, pasti menyita banyak perhatian."

Ayasa tersenyum kikuk. Dia bingung harus berekspresi seperti apa karena baru kali ini dia diapresiasi dan dipuji terang-terangan oleh seseorang.

"Terima kasih," ujar Ayasa pelan, membuat Laluna tersenyum lebar.

“Ayo sarapan, jangan ada yang bicara karena itu sangat mengganggu,” titah Regas datar.

Laluna menepuk lengan Ayasa. "Dia memang seperti itu. Semoga kamu kuat ya, menghadap si beruang kutub yang galak ini."

Ayasa hanya mengangguk. Ketika hendak mengambil sarapan untuk Regas, Laluna menghentikannya.

"Tidak usah repot-repot, biar aku saja. Regas itu sangat suka mengonsumsi salad buah dan muesli di pagi hari, untuk minumnya biasanya jus apel."

Ayasa memperhatikan itu dalam diam. Saat Laluna dengan santai mempersiapkan makanan untuk Regas, pria itu juga tampak tenang, seolah sudah terbiasa. Namun, tiba-tiba tubuhnya membeku ketika melihat Laluna dengan telaten mengelap sisa yogurt yang terdapat di ujung bibir Regas.

Regas terlihat biasa, melanjutkan sarapannya seperti tidak terjadi apa-apa. Jantung Ayasa berdegup kencang. Situasi macam apa ini? Dia tidak mengerti apakah pertemanan lawan jenis memang sedekat ini.

"Kamu mau nambah? Soalnya nanti ‘kan kita pemotretan cukup lama, belum lagi mau hadiri peluncuran produknya Brand Elisa. Atau nanti istirahat saja di apartemenku, sambil aku masakin di sana. Bagaimana?" tanya Laluna, melirik singkat pada Regas.

Regas mengangkat bahu. "Atur saja." Dia menatap dingin ke arah Ayasa sambil melanjutkan sarapannya.

"Oh iya, aku hampir lupa. Jaketmu di apartemenku, dan beberapa bajumu juga masih di sana. Mau ambil sekalian? Atau biarin aja? Takutnya besok-besok kamu nginep lagi," ujar Laluna, masih setia menatap ke arah Regas.

Ayasa terbatuk, tak sengaja sendok di tangannya juga terjatuh. Ayasa hendak mengambilnya, tapi Nina, sang pelayan, dengan cepat mengambilnya dan mengganti dengan yang baru.

“Hati-hati, Ayasa. Kamu makan pelan-pelan saja, tidak usah buru-buru,” ucap Laluna menenangkan.

"Maaf …." Ayasa memegang erat sendok di tangannya, bingung akan situasi yang dihadapinya. Dia sangat canggung berada di antara mereka berdua.

Setelah selesai sarapan, Ayasa bergegas ingin cepat-cepat ke kantor. Namun, sepertinya Laluna ingin mengajaknya berbincang lebih jauh. "Omong-omong, kamu kerja di mana?"

Ayasa berdeham pelan. "Aku kerja di salah satu perusahaan penerbit."

Laluna mengangguk-anggukan kepala ringan. "Sebagai apa?"

"Aku sebagai Digital Marketer," jawab Ayasa. Dia melirik Regas yang tampak acuh tak acuh. "Kalau begitu, aku duluan. Takutnya telat." Ayasa tersenyum kaku. Dia bangkit dari duduknya dan mencium punggung tangan Regas. 

Laluna serta Regas terdiam membeku akan tindakannya.

Ayasa menggigit bibir bawahnya, merasa berbuat kesalahan karena wajah Regas menggelap, seperti tak suka.

“Ma–maaf, aku—”

“Ayasa,” potong Laluna datar. “Lain kali jangan bertindak impulsif ya, karena Regas tidak suka disentuh sembarangan.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 6

    Ayasa merasa bersalah karena selalu mematikan ponselnya, sehingga dia tidak tahu bahwa Nina sudah menghubunginya mengenai kedatangan sang mertua. Ayasa menggigit bibir bawahnya resah. Dia bahkan hanya mengenakan dress sederhana yang dimilikinya.Wajahnya hanya dipoles sedikit untuk menyamarkan wajah kusutnya dan menutupi kesedihannya. Ayasa turun tergesa-gesa dan hampir jatuh dari tangga jika dia tidak berpegangan.Dia kembali menuruni undakan tangga, takut jika mertuanya sudah sampai, dan—langkah Ayasa tiba-tiba terhenti. Dia menelan ludah susah payah saat melihat Laluna dan ibu mertuanya sedang bercanda ringan, sementara Regas duduk tenang sambil menerima telepon.“Hai! Sini Ayasa, duduk di sini.” Sambutan Laluna membuat Ayasa tersenyum. Kini dia yang seperti tamu.Ayasa melihat ke arah Marissa–mama mertuanya. "Selamat malam, Ma."Marissa hanya mengangkat sebelah alis, lalu kembali berbincang bersama Laluna.Ayasa tersenyum kikuk, dia ingin mencium punggung tangan Marissa, tapi wani

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 5

    Ayasa memijat pelipisnya. Wajahnya pucat pasi dan keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya."Ayasa, kamu tidak apa-apa?" tanya Dina, sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Astaga, badanmu hangat! Istirahat saja dulu, atau kamu mau izin pulang? Nanti aku infokan ke HRD."Ayasa menghembuskan napas pelan. Sejak sampai di kantor, dia memang merasa tidak enak badan, tapi tetap memaksakan diri. Puncaknya pada siang ini, ketika jam istirahat, dia langsung ke kamar mandi untuk memuntahkan semua isi perutnya."Tidak usah, aku hanya butuh tidur. Nanti juga sembuh." Dina langsung membawa Ayasa menuju salah satu ruangan tempat istirahat. "Sebentar, aku ambil obat dulu." Selang beberapa saat, Dina muncul membawa sepotong sandwich dan obat. "Buat ganjel perut ya, baru minum obatnya."Ayasa mengangguk lemah, setelah meminum obatnya dia mencoba memejamkan mata, tapi Ayasa tidak kunjung tidur. Dia menghembuskan napas berat, membuka mata perlahan dan menatap langit-langit ruangan itu dengan mata ber

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 4

    Ayasa terbangun pukul 06.00 pagi. Dia bergegas membersihkan diri dan bersiap-siap untuk bekerja. Jujur saja, dia masih teringat ucapan Regas semalam.“Kamu tahu, aku masih tidak menyangka jika akan itu booming. Ternyata foto pas kita kolaborasi sama brand yang kemarin itu lucu juga ya. Bisa-bisanya mereka bilang kita sepasang suami istri.”Ayasa yang sudah di lantai bawah memelankan langkahnya ketika mendengar suara itu. Dia penasaran siapa yang bertamu sepagi ini. Dia pun sampai di meja makan, dan orang yang berada di sana sontak menoleh kepadanya. Ayasa tersenyum kikuk melihat tatapan tajam dan dingin yang Regas layangkan padanya.Lain halnya dengan seorang wanita cantik itu, dia sontak bangkit dari duduknya dan menghampiri Ayasa. "Halo, Ayasa! Aku Laluna, sahabat sekaligus rekan kerja Regas." Belum sempat Ayasa bersuara, Laluna langsung memeluk Ayasa. "Astaga, kamu sangat cantik, sepertinya seumuran dengan adikku."Ayasa terpaku. Dia tidak terbiasa menerima perlakuan seperti ini,

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 3

    Bella Lovanka, wanita cantik yang selalu menjadi pusat perhatian, berbanding terbalik dengan sang adik, Ayasa Respati, pendiam dan tidak suka keramaian. Walaupun mereka saudara, entah mengapa Ayasa merasa dirinya tak ada mirip-miripnya dengan Bella. Bukan berarti Ayasa jelek, tapi jika dibandingkan dengan Bella, tentu dia kalah telak.Kenyataan bahwa Bella kabur di hari pernikahannya dan menikah dengan laki-laki lain membuat orang tuanya terpukul. Mengapa Bella bertindak sedemikian rupa? Bukankah selama ini hubungannya dengan Regas baik-baik saja? Lantas, yang menanggung segala hukuman atas kelakuan Bella adalah Ayasa sendiri.“Kamu di sini?” tanya Rima kaget, tidak menyangka Ayasa akan mendatanginya setelah kepulangannya dari luar kota. “Kenapa malam-malam ke sini? Apa yang akan dikatakan suamimu, Ayasa!”Ayasa menggeleng tak percaya. "Aku tidak peduli, Bu. Aku hanya ingin bertanya mengapa Ibu dan Ayah melakukan semua ini padaku? Kalian mengorbankanku dalam sebuah pernikahan yang ba

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 2

    Ayasa merasakan perih pada perutnya ketika terbangun. Dia melihat ke arah luar yang sudah sangat gelap. Entah berapa lama dia tertidur setelah perdebatannya dengan Regas. Ayasa melihat sekeliling kamarnya, begitu luas dengan segala furniture mewah."Nyonya, Anda harus makan malam." Ayasa tersentak kaget ketika melihat seorang wanita berdiri di ambang pintu, menatapnya tanpa ekspresi. "Saya bukan hantu, ini sudah pukul sembilan malam. Sebaiknya Anda membersihkan diri dan berganti pakaian, lalu bergegas ke meja makan."Ayasa melihat ke arah pakaiannya, dia masih mengenakan gaun pengantin sederhana, lalu menoleh ke arah wanita itu dengan tatapan bingung."Saya Nina, selaku kepala pelayan di sini. Bergegaslah karena Tuan tidak suka orang lelet."Ayasa berusaha menghilangkan rasa gugupnya sembari bertanya hati-hati. “Apakah Mas Regas ada di bawah?”Bibir Nina menipis, terlihat kesal melihat Ayasa yang terlalu lambat dan banyak bertanya. "Tidak, tapi biasanya Tuan Regas pulang sekitar pukul

  • Pengantin Dadakan sang Casanova    Bab 1

    “Walaupun kamu menampar pipimu sampai merah, itu semua tak mengubah apa pun.”Suara itu membuat Ayasa membalikkan tubuh. Dia terkejut melihat sosok tubuh tinggi tegap yang menjulang di hadapannya. Regas Tenggara—kekasih kakaknya—Bella. Bahkan sekarang Ayasa tidak tahu di mana Bella berada. Dia merasa menjadi orang bodoh yang hanya menerima dan tak diberi penjelasan lebih."Kenapa harus aku, Mas? Dan mengapa tidak ada yang memberitahuku alasan kak Bella kabur? Kalian semua bungkam, padahal aku juga korban di sini, " kata Ayasa datar. Mereka sudah sampai di kediaman Regas setelah melangsungkan pernikahan pagi ini, seminggu yang lalu Bella kabur entah ke mana, membuat Keluarga Tenggara murka. Lantas, jalan yang mereka tempuh adalah tetap melangsungkan pernikahan, dan tentunya Ayasa yang menggantikan kakaknya. Untuk orang berduit seperti Keluarga Regas Tenggara, tentu sangat mudah mengurus dokumen ini itu, apalagi pernikahan ini sangat tertutup. Hanya dihadiri keluarga inti dan beberapa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status