Share

3. Menghilangkan Jejak

Penulis: Blue Ice
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 15:42:48

Selina duduk di tepi ranjang, jemarinya mencengkeram ujung piyama tidur yang tak nyaman. Ruangan megah ini terasa seperti penjara baginya. Setiap sudut rumah keluarga Castellvain dijaga. Pintu depan dijaga. Bahkan lorong menuju taman pun tak pernah benar-benar sepi.

Setelah mendapatkan barang-barang dari pelayan, Selina segera mandi. Dia memilih berendam di Bathup sampai tak sadar sudah terlelap. Bangun-bangun ketika air hangat yang dia pakai sudah dingin. Selina segera beranjak dari kamar mandi.

Usai berganti, kamar itu masih saja kosong. Entah kemana perginya Zander tadi. Selina mendadak gelisah. Bagaimana dengan masalah keperawanannya?

Waktu itu dia dijebak saat mengikuti sebuah acara party teman SMA. Selina diberikan obat perangsang dan bangun-bangun berada di kamar hotel seseorang. 

Karena panik, Selina kabur dari sana dan malah terjebak dengan pria tak dikenal. Dia kehilangan keperawanan. Kejadian itu menjadi hal paling buruk yang menimpanya.

“Bagaimana jika dia mencari tahu tentangku? Bagaimana jika dia tahu aku sudah tidak suci? Aku pasti akan tamat!” 

Selina menggigit bibir bawahnya. Kegelisahan kembali menyergap pikirannya. Dia sudah terlanjur jatuh dalam genggaman Castellvain. Apapun yang terjadi, dia harus selamat!

"Dia pasti akan menyelidiki ku..." gumamnya dengan nafas bergetar. "Kalau dia tahu aku sudah tak perawan, semuanya akan berakhir mengerikan!"

Dengan tangan gemetar, dia membuka tas kecil yang bertumpukan dengan barang miliknya yang lain. Mengambil ponselnya, hanya satu nomor yang disimpan di dalamnya. Dia mengetik cepat.

[Butuh bantuan. Urgent. Hubungi aku sekarang!]

Pesan itu dikirim melalui aplikasi terenkripsi. Tak sampai lima menit kemudian, ponselnya bergetar.

[Nama Kontak: LUMI]

Selina mengangkat cepat. “Lu...”

Suara Selina terdengar seperti ingin menangis.

“Aku sudah baca pesanmu.” Suara berat seorang wanita terdengar. "Apa yang terjadi?"

“Lu... dia... CEO Kejam itu, Zander Castellvain. Dan aku- aku baru saja menikah dengannya!”

Hening. Lalu tawa tertahan dari seberang sambungan. “Kau serius?! Selin, kita baru membicarakan dia seminggu yang lalu, loh. Katanya dia calon suami Adik angkatmu, Kenapa sekarang malah jadi suamimu?”

“Mana mau mereka kasih Alenka ke CEO kejam itu. Mereka memaksaku pulang untuk menggantikan pernikahan itu. Sekarang, akulah istrinya,” beber Selina dengan nada sedih.

“Aku beneran nggak nyangka mereka masih berani datang padamu setelah 7 tahun kamu diusir dari sana. Ck, beneran nggak tahu malu!” kesal Lumi mengingat kejadian yang menimpa sahabatnya.

“Sudahlah, tidak usah bahas itu lagi. Mereka menuntutku berbakti karena sudah membesarkanku sampai SMA. Anggap ini setimpal untuk membalas kebaikan mereka,” balas Selina.

“Tapi Lumi! Ada yang lebih penting. Kamu tahu, kan? Aku sudah tidak perawan. Sedangkan, keluarga Castellvain juga sangat ketat tentang itu. Mereka pasti mulai meyelidiki masa laluku. Jika Zander tahu, aku bisa tamat di sini. Lumi..., tolong aku!” mohon Selina.

“Astaga, tunggu sebentar.” Suara ketikan keyboard terdengar cepat dari seberang. “Kau yakin dia sudah mulai menyelidikimu?”

“Yakin. Saat ini suamiku entah pergi kemana? Mungkin mereka sedang berkumpul membahas masalah itu. Aku sama sekali tidak boleh kemana-mana. Cuma terkurung dalam kamar." Suara Selina semakin gemetar.

Lumi, hacker wanita yang besar di panti Asuhan tempat Selina di adopsi, mendesah panjang. “Oke. Pertama, tenang. Kedua, aku sudah menghapus rekaman CCTV hotel itu tujuh tahun lalu. Dan, aku baru pastikan seminggu lalu, log-nya juga bersih. Tak ada bukti kau pernah masuk kamar pria itu.”

Selina menghembuskan napas, tapi dadanya belum juga lega. “Itu belum cukup. Aku..., aku minta kau hapus semuanya, Lu. Semua tentang aku. Nama asliku. Data panti asuhan. Dokumen sekolah lama. Semua! Jangan sampai orang lain mencari tahu tentangku!”

Lumi diam sejenak, lalu menjawab tegas, “Baik. Aku akan bersihkan semuanya. Tapi kau harus ingat, terlalu bersih malah semakin dicurigai. Tetapi jika kamu bisa tenang dalam menghadapi situasi, kamu pasti bisa aman.”

“Terima kasih Lumi! Aku akan membalas kebaikanmu lain kali. Sampai jumpa!” 

Selina segera memutuskan teleponnya. Dia mondar mandir dengan tak tenang. Menunggu kabar dari sahabatnya.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Selina. Sahabatnya mengabari bahwa tugasnya sudah beres. Selina langsung menghela napas lega. 

Sekarang yang perlu dia pikirkan adalah cara melakukan operasi selaput dara sebelum ketahuan. Dia tidak ingin nyawanya melayang begitu saja di tangan Zander. 

Baru saja akan berbaring di atas ranjang. Selina dikejutkan gagang pintu yang bergerak, menandakan ada orang yang akan membuka dari luar. 

Dengan cepat Selina berbaring, menutupi setengah tubuhnya dengan selimut. Dia yakin yang datang Zander. 

Seperti tebakan Selina, Zander melangkah masuk ke kamar. Sorot matanya langsung jatuh pada tubuh mungil yang terbaring memunggunginya di ranjang. Zander memilih mengabaikan Selina.

Jas pengantin hitam yang masih dia kenakan mulai terasa pengap dan lengket. Zander menyambar handuknya, lalu masuk ke kamar mandi. Pintu tertutup dengan suara klik lembut, dan suara air segera memenuhi keheningan kamar.

Selina yang merasa sudah aman perlahan membuka mata. Pandangannya tajam ke arah pintu kamar mandi. Mengapa Zander kembali? Selina tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya karena ini malam pertama mereka.

"Dia tidak mungkin menyentuhku malam ini. Pasti tidak!" monolog Selina.

Hatinya berdegup kencang. Tangannya mencengkeram selimut. Detik demi detik terasa sangat lama. Selina menjadi waspada karena takut diserang Zander jika menutup mata.

Saat suara air berhenti, Selina buru-buru memejamkan mata dan kembali memposisikan diri seolah tertidur. Dalam hati, dia terus berdoa agar malam ini berlalu tanpa kejadian apa pun.

Namun suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat tubuhnya menegang lagi. Zander melangkah santai keluar.

Rambutnya masih basah, dan hanya selembar handuk putih membalut pinggangnya. Tubuh tegapnya berkilat terkena cahaya lampu, dan langkahnya terdengar mantap di lantai marmer.

Selina, yang tak tahan, sedikit mengintip melalui celah matanya. Dan saat dia melihat Zander berjalan ke arah ruang ganti, tubuh hanya terbalut handuk. Mata Selina melebar.

Tubuh Zander tegap yang penuh otot, apalagi barisan roti di perut pria itu. Ughh..., ingatkan Selina hanya wajah Zander saja yang terluka, bukan tubuhnya! Pemandangan di depannya terlalu menggoda.

Saat Zander berjalan ke ruang ganti, Selina baru menyadari topeng pria itu sudah tidak ada. Dapat Selina lihat wajah Zander memerah sepanjang dahi hingga lehernya. 

Sekilas terlihat seperti luka bakar. Namun luka bakar yang masih basah karena nampak warna kemerahan seperti darah di sana. Selina merinding sendiri. Terbayang betapa sakitnya luka itu.

Mungkin karena tatapan Selina terlalu intens, Zander mulai menyadarinya. Pria itu berhenti tepat sebelum membuka pintu ruang ganti. Dia menoleh ke arah Selina.

Refleks Selina menutup mata lagi. Nyaris seperti anak kecil yang ketahuan mengintip sesuatu yang tak seharusnya dilihat.

Tapi terlambat. Zander menangkap gerakan itu. 

“Oh?” gumam Zander pelan. 

Dengan santai, pria itu melangkah pelan kembali ke sisi ranjang, tak berniat mengenakan pakaian terlebih dahulu. Selina bisa merasakan kehadirannya.

'Dia mau apa?' batin Selina masih pura-pura tidur.

Dan tiba-tiba, dalam satu gerakan cepat, Zander menahan kedua tangan Selina dan mengangkatnya ke atas kepala. Tubuh gadis itu terperanjat, matanya membelalak karena kaget.

“Tuan!” serunya, berusaha menarik tangannya.

Tapi cengkeraman pria itu kuat. Matanya gelap penuh keingintahuan. Nafasnya hangat di dekat wajah Selina.

Ohh, tidak. Tubuh Selina mulai bergetar hebat. Sentuhan Zander membuatnya hampir mual dan menangis. Dia belum bisa! 

“Kenapa pura-pura tidur?” tanya Zander dingin.

Selina merasakan tubuhnya menggigil ketakutan hanya karena tatapan menusuk Zander itu. Tanpa topeng, wajah Zander benar-benar parah. Layaknya Zombi dengan luka merah meradang yang siap membusuk.

“Ma-maaf  Tuan, saya tidak bermaksud-” suara Selina tercekat karena napasnya mulai sesak. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   91. Dituduh Meniru

    Untuk menemukan informasi tambahan ternyata tak semudah yang Selina pikirkan. Isabella terlihat tertekan ketika disinggung tentang kecelakaan itu. Selina menghela napas berat, lalu berbalik menghadap Lumi, “Sudahlah…, lebih baik kita pulang dulu,” ajaknya.Lumi mendesah lelah, sebelum akhirnya mengikuti langkah Selina. Baru beberapa meter mereka berjalan, tiba-tiba terdengar suara gaduh.PLAKKK! Suara tamparan keras itu membuat Selina dan Lumi saling berpandangan. Lantas, dengan sedikit berlari, mereka melihat ke sumber suara.Di ambang pintu Panti Asuhan, ada seorang wanita dengan gaun mahal berwarna merah marun, rambut tersanggul rapi, dan wajah meradang menunjuk-nunjuk ke Isabella. Gadis yang dimarahi itu hanya menunduk dengan memegangi pipi kirinya yang tampak memerah. “Berani-beraninya kau keluar terlalu lama!” suara wanita itu melengking, penuh amarah. “Aku sudah bilang, jangan bergaul terlalu bebas di tempat ini!”Beberapa anak panti yang mendengar ribut-ribut langsung berla

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   90. Menemui Saksi

    Selina turun dari mobil, diikuti Lumi di belakang. Mereka memasuki perkarangan yang nampak sangat bersih dengan berbagai jenis bunga aneka warna. Di sisi kanan halaman, ada sebuah spot khusus layaknya taman bermain mini dilengkapi berbagai fasilitas bermain.“Bukan main…, tempat ini bagus banget!” decak Lumi kagum.Belum lagi ketika nampak bangunan dengan palang nama “Panti Asuhan Pelabuhan Baru” yang tampak sangat asri. Tak mewah namun juga tak sederhana. Bangunan itu tampak begitu cantik dengan arsitektur yang terlihat rapi, sedap dipandang.“Wahh…”Bibir mereka tak bisa berhenti menganga melihat kondisi Panti Asuhan yang begitu cantik. Jauh berbeda dari panti sederhana tempat asal mereka dulu. Senyum kagum sempat terbit di wajah keduanya, namun segera menghilang saat mereka mengingat tujuan datang ke sini.“Kagumnya nanti saja. Kita harus mencari Isabella,” sentak Selina lebih ke mengingatkan diri sendiri.Tanpa menunggu jawaban Lumi, Selina menyeret sahabatnya itu menuju pintu Pan

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   89. Aku terima Wasiat itu

    "Mana bisa seperti itu?" Suara William meninggi, membuat semua orang menoleh padanya. Tatapan semua orang membuat William seegra sadar bahwa telah kelepasan. Sabrina bahkan menatapnya dengan raut wajah tak senang serta curiga. William mengumpat dalam hati, lalu cepat-cepat berdehem untuk mencairkan suasana. "Maksudku..., Selina masih terlalu muda untuk mengemban tugas yang begitu berat. Dia juga tak mempunyai latar belakang dunia bisnis. Aku khawatir amanat almarhum justru akan memberatkannya.” Suaranya kini terukur, lebih terkendali. “Untuk sementara, lebih baik perusahaan dipimpin oleh orang yang sudah berpengalaman. Selina bisa belajar secara bertahap sampai benar-benar siap.” Pendapat itu terdengar masuk akal. Beberapa pelayat mulai menagngguk setuju. Banyak yang mernimbang Selina memang tidak layak jika harus menjadi pemimpin perusahaan. "Benar juga...," guman Sabrina dengan suara seraknya. Selina hanya bisa menunduk lantaran dia tak bisa memberikan opini yang mendukung kepa

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   88. CEO Baru Castellvain

    [CEO Castellvain Group, Zander Castellvain, tewas dalam kecelakaan mengenaskan.]Judul itu menyalak di setiap portal berita, membuat saham Castellvain sempat terjerembab dan memicu badai spekulasi. Wartawan menyerbu lobi perusahaan, kamera berkilat tanpa henti, seolah haus darah. Para karyawan terperangah, seakan dunia mereka baru saja runtuh.William, juru bicara perusahaan, berdiri di tengah kerumunan. Wajahnya pucat, senyumnya hambar, mencoba tampak kokoh meski suaranya bergetar. “Mohon tenang. Kami juga baru menerima kabar mengenai kecelakaan yang menimpa Tuan Zander. Untuk saat ini, kami tengah berusaha menghubungi asistennya untuk dimintai keterangan. Jika berita itu benar, kami sangat berduka…,” ucapnya, menahan nada genting.Namun seorang wartawan menusuk dengan pertanyaan yang membuat udara membeku. “Apakah Anda belum tahu, Asisten CEO tengah kritis di Rumah Sakit Cendana?”William terpaku. Matanya membesar. “Apa?” suaranya serak, seperti tercekat. “Asisten CEO… kritis?”Gu

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   87. Apa yang terjadi?

    Zander menghadiri undangan pertemuan privat dengan seorang klien lama di ruang eksklusif sebuah hotel ternama. Lampu kristal berpendar lembut, memantulkan cahaya ke meja panjang yang dipenuhi sajian mahal. Tawa dan denting gelas beradu memenuhi udara. Beberapa klien telah berkumpul mengelilingi Zander. Kali ini hanya ada 2 orang perwakilan Castellvain Group yakni Zander dan Felicia. Akan tetapi, wajah-wajah para Klien tampak tak terkejut. Padahal biasanya selalu ada Aswin yang mendampingi Zander di setiap pertemuan. "Izinkan saya untuk bersulang dengan Anda, Tuan Zander. Proyek yang akan kita bahas ini adalah proyek besar. Saya harap kita diberikan kelancaran untuk kedepannya," ujar salah seorang Klien yang duduk paling dekat dengan Zander. "Tentu, Tuan Smith!" balas Zander, mengangkat gelasnya untuk bersulang dengan pria yang dia panggil dengan nama Smith itu. Felicia yang duduk di sampingnya ikut mengangkat gelas bersama beberapa klien lainnya. Mereka bersulang hingga m

  • Pengantin Pengganti untuk Tuan Zander   86. Siapa Pelakunya?

    Aswin mengangkat kepalanya perlahan. Tatapannya masih dingin, tapi kali ini ada bayangan letih di sana. Matanya lurus ke Zander."Maaf Tuan. Saya memang ada di sana," akunya. Suara Aswin terdengar serak, layaknya batu yang digerus waktu.Lumi sampai melongo tak percaya. Benarkah semua kecurigaan Selina sebelumnya. Tapi batinnya menjerit TIDAK. Mr. A yang dia kenal tak mungkin se-munafik itu. Lumi menggeleng keras. Setitik harapan masih dia gantung untuk orang yang selalu dikaguminya. Zander melangkah maju, matanya menajam. “Jelaskan.”Aswin menarik napas panjang, lalu menunduk sedikit. “Malam itu… saya melihatnya. Seseorang sedang merusak sistem rem mobil Anda, Tuan. Bukan kecelakaan. Itu sabotase.”Ruangan langsung bergetar oleh kalimat itu. Zander membeku, tangannya mengepal keras hingga buku jarinya memutih.“Siapa?” suaranya meledak, lebih seperti teriakan yang tertahan.Aswin menutup mata sejenak, lalu membuka lagi. “Saya tahu wajahnya. Aku bahkan sempat hampir menghampirinya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status