Share

6a. Pertengkaran

"Kenapa, Mbak?" tanyaku melihat Mbak Nira menangis semakin kencang.

"Huaaa … hiks hiks …" Semakin deras air yang ke luar dari kedua mata beloknya.

"Istighfar, Nduk. Kenapa?" Ibu mengelus pundak anak sulungnya.

"Iya, Mbak, ada apa? Coba yang tenang dulu biar bisa cerita. Ra, ambil minum buat Mbak." Mas Nasrul menitahku sambil menggendong Nada.

Aku melirik Ibu. Kenapa tak Ibu saja, sih? Anak wedhoknya, lho, ini yang nangis-nangis. Aku masih kekenyangan, susah bergerak. Huh!

Dengan malas aku beranjak ke dapur, menuang air putih ke dalam gelas souvenir pernikahan yang kuperoleh dua minggu lalu.

"Minum dulu, Mbak." Kusodorkan gelas air pada Mbak Nira.

Glek! Glek! Glek! Mbak Nira menenggak minumnya hingga habis.

Ini orang nangis karena kehausan atau apa? Segitunya.

Aku meraih gelas yang telah kosong dan membawanya kembali ke dapur. Kulirik wastafel, sudah menumpuk piring kotor. Huh!

"Sudah tenang? Sekarang cerita, kamu kenapa?" tanya Ibu setelah melihat Mbak Nira tak lagi menangis kejer.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status