Share

15a

Author: Emya
last update Huling Na-update: 2025-09-18 20:32:49

Kalian masih ingat bunyi bedug yang dibunyikan saat malam takbiran? Bertalu-talu. Begitulah gemuruh yang terjadi di dalam dadaku saat ini. Detak yang terus berpacu seiring kecemasanku dapat kudengar hingga ke gendang telinga.

Deg! Deg! Deg! Deg!

"Dara, ayo ganti celanamu, supaya saat mereka pulang nanti, kita bisa langsung ke rumah sakit." Mbak Nira memapahku menuju kamar mandi.

Sepertinya Mbak Nira benar-benar sudah menyesali perbuatannya, terbukti kini ia mengurusiku dengan sangat telaten. Membasuh area bawahku, mencuci celanaku yang penuh darah. Sementara itu tenagaku laksana terkuras habis, sangat lemas.

Setelah bersalin menggunakan daster celana berwarna kuning gading, aku duduk di ruang keluarga, memandang Nada yang masih terlelap. Ya, Tuhan … Jangan ambil nyawaku saat ini, kasihani anakku. Lalu bayangan Mama yang sangat memanjakanku terlintas, Papa yang pendiam tapi care, kedua Kakakku yang sangat menyayangiku, juga istri mereka. Setelah wajah mereka satu persatu ke luar da
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   15b

    Dokter tidak menemukan penyakit apa-apa dalam diriku. Bahkan anak yang kukandung dalam keadaan baik-baik saja meski pendarahan hebat menimpaku. Penglihatanku sudah kembali normal, hanya untuk mendengar aku belum bisa, juga berbicara.Suaraku hilang. Benar-benar hilang. Untuk berkomunikasi aku menggunakan buku, menuangkan pikiranku dalam bentuk tulisan. Jika jawaban lawan bicaraku pendek, cukup menterjemah dari gerakan bibirnya, jika itu panjang kuminta mereka menuliskan maksudnya pada buku yang selalu kubawa.Keluargaku? Mereka hampir setiap hari datang, terkadang menginap. Terutama Mama. Tak perlu kuceritakan bagaimana hebohnya Mama saat mengetahui keadaanku. Hati orangtua mana yang tak hancur, mendapati anak perempuan satu-satunya sekarat dan berada di antara hidup atau mati. Setelah bisa pulang pun, justru tak mampu berkomunikasi dengan baik.Sekembalinya dari rumah sakit, aku menunjuk Bik Wati sebagai pengasuh Dara, juga tetangganya yang bernama Bik Marni untuk membantu segala ur

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   15a

    Kalian masih ingat bunyi bedug yang dibunyikan saat malam takbiran? Bertalu-talu. Begitulah gemuruh yang terjadi di dalam dadaku saat ini. Detak yang terus berpacu seiring kecemasanku dapat kudengar hingga ke gendang telinga. Deg! Deg! Deg! Deg! "Dara, ayo ganti celanamu, supaya saat mereka pulang nanti, kita bisa langsung ke rumah sakit." Mbak Nira memapahku menuju kamar mandi. Sepertinya Mbak Nira benar-benar sudah menyesali perbuatannya, terbukti kini ia mengurusiku dengan sangat telaten. Membasuh area bawahku, mencuci celanaku yang penuh darah. Sementara itu tenagaku laksana terkuras habis, sangat lemas. Setelah bersalin menggunakan daster celana berwarna kuning gading, aku duduk di ruang keluarga, memandang Nada yang masih terlelap. Ya, Tuhan … Jangan ambil nyawaku saat ini, kasihani anakku. Lalu bayangan Mama yang sangat memanjakanku terlintas, Papa yang pendiam tapi care, kedua Kakakku yang sangat menyayangiku, juga istri mereka. Setelah wajah mereka satu persatu ke luar da

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   14c. Keputusan Terbaik

    "Nggak, Ra. Mbak jahat. Mbak benci pada diri Mbak yang tak kuat iman ini. Bisa-bisanya ingin menghilangkan nyawa anak dari adik Mbak sendiri, yang notabenenya merupakan anak Mbak juga.""Iya, iya, Mbak. Sudah, ya. Ayo duduk." Kugiring tubuhnya untuk duduk kembali di sampingku. "Aku maafkan Mbak, aku juga nggak akan bilang sama Mas Nasrul dan Ibu. Kuanggap yang kemarin hanyalah kekhilafan semata. Asal Mbak janji, nggak akan ngulangin lagi. Itu perbuatan kriminal, Mbak." Sudahlah. Tak ada gunanya juga aku mengacaukan suasana di keluarga ini. Biarlah ini menjadi rahasiaku dan Mbak Nira. Sebaiknya kuanggap semua ini sudah selesai, meski demikian waspada sudah tentu kulakukan setelah ini. Titik."Aku punya informasi buat Mbak. Aku kirim ke hape Mbak, ya." Kubuka galeri foto di ponselku, memilih foto tangkapan layar tadi siang, lantas mengirimnya pada Mbak Nira.Mbak Nira membuka ponselnya, lalu menutup mulutnya dengan sebelah tangan."Ra … te

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   14b. Keputusan Terbaik

    "Lho, udah pulang, Rul?" Ibu muncul dari pintu depan yang tralinya lupa dikunci Mas Nasrul. Nada tampak mulai terkantuk-kantuk dalam gendongannya."Iya, Bu. Dara lagi manja," ejek Mas Nasrul padaku.Ibu terkekeh, meneruskan langkahnya menuju kasur santai di depan televisi, lalu menurunkan Nada dengan sangat pelan. Akhirnya Nada benar-benar terpejam tanpa botol susu."Nira, masak sayur apa, Nduk? Ibu lapar," tanya Ibu pada Mbak Nira yang entah kapan datangnya.Sontak aku membalikkan badan, dan seketika mataku bertemu dengan matanya yang tak dapat kumengerti makna apa yang tersirat di dalamnya. Segera kubuang muka dan meminta Mas Nasrul menemaniku ke kamar mandi, kebelet buang air kecil."Nira nggak sempat masak, Bu. Nira beli ayam geprek aja."Kudengar Mbak Nira menyahuti Ibu di belakang punggungku, dengan telaten Mas Nasrul meggiringku melewat meja makan yang sudah bersih dari pecahan gelas.Seharian aku berhasil menghin

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   14a. Keputusan Terbaik

    Tok! Tok! Tok! "Ra, kamu udah bangun?" Mbak Nira memanggilku, dari suaranya terdengar panik.Aku diam. Tanganku membekap mulut dengan kuat agar nafas tersengalku tak sampai ke telinganya. Entahlah! Saat ini aku merasa hidupku seperti sudah di ujung tanduk. Aku seperti melihat akan banyak bahaya mengintaiku disetiap waktu."Ra! Dara!" Ketukan di pintu semakin kuat, pun dengan suara panggilan Mbak Nira yang nyaris mendekati teriakan.Air mengucur semakin deras dari kedua netraku. Mengalir turun melewati selah-selah jari yang masih membekap rapat bibirku, hingga terasa asin di indra pengecap.Setelah tak lagi mendengar adanya suara sosok Mbak Nira, aku memberanikan diri untuk bergerak. Sedari masuk ke kamar dan duduk bersandar pada daun pintu, aku tak berani banyak mengeluarkan suara, bahkan untuk bergeser sekalipun. Rumah yang sedang lengang membuat suara sekecil apa pun mampu ditangkap oleh telinga. Ketakutanku justru semakin menjadi

  • Pengasuh Gratis Itu, Mertuaku   13b. Terungkap

    Penasaran mendatangi perasaanku dengan cepat. Keingintahuan yang sangat tinggi mendorong kakiku beranjak dari depan televisi, kusimpan remot di atas lemari dan berjinjit perlahan mencari sumber suara.Belakang. Suaranya berasal dari arah belakang. Kuseret langkahku menuju dapur. Kosong, tak ada siapa pun. Akan tetapi, suara isak tangis yang berubah menjadi segukan terdengar lebih jelas dari tempatku berdiri saat ini. Mbak Nira? Sepertinya itu suara Mbak Nira. Dari celah pintu yang tidak ditutup dengan sempurna, terlihat jelas sosok Mbak Nira yang sedang membelakangi pintu. Pundaknya bergetar, isakannya sesekali berubah menjadi sesegukan, kemudian reda, dan menyisakan isakan-isakan kecil. Punggung tangannya berkali-kali mengusap airmatanya dengan kasar."Bang Roy marah sama aku. Bahkan, sampai sekarang dia belum ada nelepon aku setelah semalam kami bertengkar." "Dia marah karena tau alasan di balik lukaku ini."Mbak Nira mengan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status