Melihat keterkejutan di wajah Ethan, Emma tersenyum manis lalu menggandeng tangan Ethan.“Kamu tidak perlu cemas lagi. Mama mulai menerimaku, ya … meski kalau bicara agak pedas, tapi aku bersyukur sikap Mama berubah,” kata Emma.Ethan menatap Emma dengan ekspresi bingung, dia melihat Emma yang melebarkan senyum lagi.“Mama bilang sangat rindu dengan Ellen, bisa jadi berubahnya sikap Mama padaku karena demi mendapat perhatian Ellen lagi. Tapi, apa pun alasannya, aku bersyukur karena sikap Mama tak seperti dulu.”“Kamu yakin?” tanya Ethan memastikan, bagaimanapun dia tak mau jika Emma kembali tersakiti karena sikap Rosalinda.“Iya,” balas Emma sambil mengangguk, “sekarang, kamu yang harus berbaikan dengan Mama.”Ethan diam, tatapannya begitu ragu.“Ethan, bagaimanapun dia adalah mamamu. Bukankah wajar jika seseorang melakukan kesalahan, wajar juga seseorang meminta kesempatan kedua untuk berubah menjadi lebih baik? Sekarang yang perlu kita lihat adalah niatnya, selama baik, kenapa tidak
Emma terkejut mendengar perkataan Ellen yang juga langsung bersembunyi di belakang kakinya.Secepat kilat Emma berjongkok di hadapan Ellen, lalu menyentuh kedua lengan Ellen.“Kita pergi saja langsung ya, Mama Emma. Nanti Oma marahin dan mukul Mama Emma lagi.”Emma melihat ketakutan begitu kentara di wajah Ellen, dia lantas mencoba menjelaskan lagi.“Oma ke sini bersama Mama Emma, kok. Oma nggak ada niat marahin Mama Emma, jadi Ellen jangan cemas,” kata Emma menjelaskan untuk menenangkan, lalu dia menoleh ke arah Rosalinda yang sudah menunggu mereka di dekat mobil.Ellen melirik ke arah Rosalinda, dia melihat sang nenek tersenyum ke arahnya.“Beneran, Oma datang bukan buat marahin Mama Emma lagi?” tanya Ellen memastikan.Emma tersenyum dengan kepala mengangguk-angguk pelan.Ellen menoleh kembali ke arah Rosalinda, lalu dia mengangguk kecil.Emma kembali berdiri dari berjongkok, lalu me
Naomi benar-benar emosi karena dipermalukan Emma lalu ditampar Rosalinda.“Lihat saja, akan kubuat wanita kampungan itu mengemis kepadaku. Dia akan menangis setelah ini bersama dengan kehancuran Ethan!” geram Naomi.Dia kembali ke butik dengan emosi yang meledak-ledak. Dia ruang kerjanya dia terus mengomel tak jelas.Saat masih dikuasai amarah, ponsel Naomi yang ada di dalam tas berdering sampai membuatnya terkejut.Naomi segera mengeluarkan ponsel dan melihat nama ibunya terpampang di layar. Dia tak bisa mengabaikan, sehingga segera menggeser tombol hijau di layar.“Halo, Ma.”“Apa lagi yang sekarang sedang kamu lakukan, Naomi?”Suara sang mama begitu lantang dari seberang panggilan sampai membuat Naomi menjauhkan ponsel dari telinga.Begitu ponsel kembali dia dekatkan ke telinga, Naomi bertanya, “Kenapa Mama bicara sangat keras? Apa maksud, Mama? Memangnya aku melakukan apa?”“Apa tidak cukup kamu bertindak bodoh dengan berselingkuh dan membuat hubungan kita dengan keluarga Walter h
Emma benar-benar tak menyangka Rosalinda datang dan secara tak langsung menolongnya, apalagi saat mendengar Rosalinda menyebutnya sebagai keluarga Walter.Naomi gelagapan menatap Rosalinda sambil memegangi pipinya yang panas. Dia tak menyangka mantan mertuanya itu datang dan langsung menamparnya. Dan apa tadi yang Rosalinda katakan? Keluarga Walter? Naomi menatap benci pada Emma.“Kamu memang tidak sadar diri, Naomi! Sudah mendapatkan suami yang baik seperti putraku, tapi kamu malah berselingkuh. Sekarang apa? Kamu masih mau mengganggu hubungan rumah tangga putraku? Takkan kubiarkan!” amuk Rosalinda.Emma semakin terdiam dengan tatapan tak teralihkan dari Rosalinda, sampai mertuanya itu menatap ke arahnya.“Kenapa kamu harus meladeni wanita berbisa ini? Ayo pergi!”Walau nada suara Rosalinda begitu keras, tapi terselip nada perhatian. Emma mengangguk, dia melirik pada Naomi sejenak, sebelum melangkah mengikuti Rosalinda.Rosalinda mengajak Emma ke mobil Rosalinda yang terparkir di hal
Siang hari.Meninggalkan Ellen di sekolah. Emma dengan nekat pergi menemui Naomi sendirian.Emma sekarang sudah duduk berhadapan dengan Naomi yang menatap penuh cibiran padanya, tapi itu tak membuat Emma gentar sama sekali.Jika dulu dia takut karena Emma hanya seorang pengasuh, berbeda dengan statusnya sekarang yang hampir setara dengan Naomi.“Aku akui kamu sangat berani menemuiku sendirian,” cibir Naomi.“Untuk hal yang benar, kenapa aku tidak boleh takut?” Emma membalas dengan tenang, nada suaranya pun rendah dan halus.Ekspresi wajah Naomi berubah tak senang. Dia menyandarkan punggung ke sandaran belakang dengan tatapan dingin pada Emma.“Apa maumu? Apa kamu pikir, dengan berpakaian seperti wanita kelas atas dan bersikap elegan akan membuatmu terlihat seperti wanita kaya? Tidak, kamu tetap wanita rendahan yang dipungut dari sampah.”Ucapan Naomi begitu menusuk, tapi Emma tak peduli. Mau dihina seperti apa pun, Emma takkan sakit hati karena tujuannya ke sana demi Ethan dan Ellen.
Saat malam hari. Emma masih berada di kamar Ellen baru saja selesai membacakan buku cerita.Emma menutup buku tepat saat Ellen baru saja tertidur dengan pulas. Dia memandang wajah Ellen yang begitu berseri, lalu dia menundukkan kepala dan mencium kening Ellen penuh kelembutan.“Dia sudah tidur?”Suara pelan Ethan membuat Emma menoleh. Dia menatap Ethan yang sudah ada di sampingnya lalu sekarang sedang memandangi Ellen.“Baru saja,” jawab Emma.Ethan membungkukkan badan ke arah Ellen lalu mencium penuh cinta di kening putrinya itu.“Aku ingin tidur di sini bersama Ellen malam ini,” kata Ethan saat sudah menegakkan badan dan menatap pada Emma.Emma menatap kecemasan dari sorot mata Ethan. Dia yakin suaminya masih memikirkan soal surat banding yang Naomi layangkan.“Kalau begitu tidurlah di sini asal bisa membuatmu tenang,” balas Emma.Ethan mengangguk, lalu dia mencium sejenak kening Emma.Setelahnya Emma pergi meninggalkan Ethan bersama Ellen. Sedangkan Ethan, dia menatap gadis kecilny