Share

Pengasuh Untuk Tiga Generasi
Pengasuh Untuk Tiga Generasi
Author: Fifi

Bab 1

Author: Fifi
Malam hari, setelah selesai menyusui dan menidurkan anak, aku menghela napas lega.

Tapi suamiku yang sudah tidak sabar, langsung menarik tanganku, memelukku dengan erat ke dalam pelukannya dan menyandarkan wajahnya ke dadaku.

“Mulut mungil itu rakus sekali, sampai lupa menyisakan sedikit untuk ayahnya.”

“Mmh ... ”

Tarikan suamiku terlalu kuat, jauh lebih menyakitkan dari bayi yang biasa menyusui. Aku langsung mengerutkan kening dan seluruh tubuhku bergetar.

Dasar suami kurang ajar, ngomong apa sih? Anaknya juga minumnya cuma sedikit.

Lagipula ASI-ku sangat berlimpah. Jangankan satu bayi, tiga bayi sekaligus pun masih cukup dan tersisa.

Setiap hari terus mengalir deras, sampai harus ganti beberapa handuk sebagai alasnya.

Suamiku pun meneguk dengan lahap. Setelah cukup lama, barulah dia duduk tegak dengan wajah puas.

Tapi setelah itu, seluruh tubuhku menjadi lemas, geli dan terasa seperti digelitik semut. Aku pun tidak kuasa menahan napas berat sambil melirik ke arah tubuhnya, namun akhirnya hanya bisa menarik pandanganku kembali dengan pasrah.

Beberapa waktu lalu, suamiku mengalami kecelakaan mobil. Meski kini sudah hampir pulih, tapi kami tidak bisa lagi melakukan hubungan suami istri.

Walaupun hati aku ingin sekali, tetap saja tidak bisa bicara terus terang di depannya. Setiap malam setelah dia tertidur, aku diam-diam masuk ke kamar mandi sendirian dan menggunakan alat bantu untuk mengusir kesepianku.

Aku bahkan belum genap tiga puluh tahun. Masa harus menjalani sisa hidup seperti janda?

Tiba-tiba, suamiku mulai mengusap-usap tubuhku.

“Kau masih mau minum?”

Suamiku menggelengkan kepalanya, lalu menatap bagian bajuku yang basah, menekan dengan ujung jarinya, “Mery, ASI kau sangat banyak. Bagaimana kalau kita manfaatkan untuk cari uang?”

Aku menatapnya dengan tersenyum. ASI ini cuma buat anak dan dia sendiri, mana mungkin bisa dijadikan alat cari uang?

Tapi ternyata, suamiku benar-benar serius saat mengatakan itu.

"Sebenarnya Tuan Linclon sudah beberapa kali berkata kepada aku. Dia ingin kau bantu menyusui anaknya. Katanya kondisi fisik anaknya agak lemah dan ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya. Kalau kau setuju, dia mau bayar empat ratus ribu per hari.”

Suamiku dulu bekerja dengan Tuan Linclon. Anaknya lebih tua beberapa bulan dari anak kami. Aku pernah dengar istrinya kekurangan ASI, jadi pakai susu formula.

Sehari empat ratus ribu, mataku langsung berbinar.

Sekarang aku tidak bisa kerja karena harus mengurus anak. Suamiku juga masih dalam masa pemulihan dan butuh banyak biaya. Keuangan kami benar-benar sulit, rasanya selembar uang pun ingin kurobek jadi dua agar bisa lebih hemat.

Empat ratus ribu per hari, sebulan bisa dapat dua belas juta. Itu cukup buat menutupi kebutuhan mendesak sekarang.

Apalagi Tuan Linclon orang yang sangat baik, sangat perhatian pada suamiku, bahkan menyuruhnya istirahat di rumah tanpa khawatir kehilangan pekerjaan dan posisi lamanya pun akan tetap aman agar bisa kembali bekerja.

Setelah sepakat, keesokan harinya aku pun datang ke rumah Tuan Linclon.

Tuan Linclon tahun ini berusia 35 tahun, tinggi, tampan dan berwibawa. Usianya tidak jauh beda dengan suamiku, tapi dia sudah punya perusahaan sendiri dan memimpin puluhan karyawan.

Berdiri di ruang tamunya yang mewah, aku menunduk, kedua tangan mencengkeram ujung bajuku. Rasanya sungguh tidak nyaman, aku serasa tidak pantas berada di ruangan mewah seperti ini.

Dadaku terasa sangat bengkak, ASI mulai merembes keluar membasahi pakaian dalam hingga terasa lembap dan menempel di kulit. Tidak lama lagi pasti akan tembus keluar.

“Anaknya ada di mana? Aku bisa mulai menyusui sekarang.”

Mengucapkan kata-kata seperti itu di depan seorang pria dewasa, apalagi dia adalah atasan suamiku, benar-benar membuatku malu. Wajahku seketika memerah terasa seperti terbakar.

Tuan Linclon tidak menjawab, matanya justru menatap ke arah dadaku yang membusung, lalu mengulurkan tangan ke arahku. Aku terkejut dan langsung menarik tubuh ke belakang, tapi tangannya malah menepuk bahuku.

“Mery, tidak perlu tegang,” ujarnya dengan lembut. “Aku benar-benar berterima kasih karena kau mau bantu aku. Anggap saja tempat ini seperti di rumah sendiri.”

Sejujurnya, tadi aku sempat mengira dia akan meraba dadaku. Untung saja tidak.

Aku cepat-cepat mengangguk, seperti anak ayam mematuk beras. Harusnya akulah yang berterima kasih karena sudah diberi kesempatan ini.

Aku pun mencuci tangan dan bersiap untuk menyusui, tapi Tuan Linclon tiba-tiba menghentikanku.

“Bagian itu tidak dibersihkan dulu?” katanya sambil menunjuk ke dadaku.

Wajahku langsung memerah. Suaraku nyaris tidak terdengar.

“Tadi sebelum berangkat aku sudah dibersihkan, jangan khawatir.”

Tuan Linclon menggeleng pelan. “Mery, jangan anggap aku merepotkan ya. Aku orang yang cukup menjaga kebersihan. Jadi, setiap kali sebelum menyusui anak, kamu harus bersihkan lagi.”

Tidak kusangka, seorang pria seperti dia ternyata sangat memperhatikan kebersihan.

Apa yang dia katakan masuk akal juga. Aku yang kurang teliti.

“Baik, aku akan bersihkan sekarang.”

Aku pun berjalan ke wastafel dan bersiap membersihkan diri. Saat itu, Tuan Linclon juga ikut mendekat dari belakang. Tatapannya tidak berkedip mengarah ke tubuhku dan tubuhnya yang tinggi besar menjatuhkan bayangan besar di atasku, membuatku benar-benar tertekan. Dalam situasi seperti ini, bagaimana aku bisa mulainya.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 7

    Tanpa sengaja, dia malah merekam ayahnya Tuan Linclon yang sedang melecehkanku, jadi dia menggunakan video itu untuk mengancam Tuan Linclon dan meminta enam ratus juta.Dia menyuruhku datang untuk minta maaf, bahkan sengaja memakai kata-kata menggoda untuk menarik perhatian Tuan Linclon, semua itu demi mencapai tujuannya.Ternyata suamiku yang kucintai selama ini cuma memanfaatkan aku demi uang!Aku pun kembali ke rumah seperti orang kehilangan arah, hatiku terasa sangat kacau.Setelah suamiku pulang, dia sama sekali tidak menyebut soal enam ratus juta itu. Dia hanya bilang sempat berkelahi dengan Tuan Linclon di rumah sakit. Tapi karena Tuan Linclon memiliki kekuasaan besar, dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya mereka sepakat untuk saling tidak mempermasalahkan lagi.Aku mengangguk dan berkata, “Suamiku, kau sudah berusaha keras. Terima kasih ya.”Saat dia sudah tertidur, aku diam-diam menyalin video itu ke ponselku, lalu melaporkannya ke polisi.Dengan adanya bukti video dan

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 6

    “Istriku, kau sudah memukul ayahnya Tuan Linclon. Dia pasti tidak akan melepaskan kita begitu saja. Nanti bukan hanya pekerjaanku yang akan hilang, dia mungkin juga akan melaporkanmu ke polisi dan membuatmu masuk penjara.”Sejak awal aku sudah panik dan tidak tahu harus berbuat apa. Setelah mendengar kata-kata suamiku, diriku lemas dan hampir pingsan di tempat.Kondisi keuangan keluarga kami sudah sangat sulit, mana mungkin ada uang untuk ganti rugi? Kalau aku sampai masuk penjara, bagaimana dengan suamiku dan anakku?Aku tidak tahu harus bagaimana lagi dan menangis di pelukan suamiku.“Hiks. Aku juga tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Dia memperlakukanku seperti itu, jadi aku sangat ketakutan dan memukulnya.”Suamiku menghela napas panjang dan berat berkata, “Gimanapun perlakuannya, pada akhirnya kau tetap tidak sampai ditiduri. Kita sama sekali tidak punya bukti apa pun. Tapi faktanya, kau yang memukul kepalanya sampai terluka.“Iya, terus sekarang kita harus gimana?”“S

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 5

    Aku cari di internet, ternyata memang ada profesi Penyedia Layanan ASI Eksklusif. Biasanya untuk melayani orang-orang kaya.Tuntutan profesi ini cukup tinggi, bukan hanya harus punya ASI yang banyak, tapi juga harus cantik, bertubuh ideal dan berpendidikan tinggi.Dibandingkan dengan yang lain, bayaran dari Tuan Linclon sebenarnya tidak rendah dan dia juga tidak banyak menuntut. Aku seharusnya berhenti bersikap terlalu pilih-pilih.Tidak terasa, setengah bulan telah berlalu. Penghasilanku sudah melebihi gaji bulanan yang dulu dan aku sangat gembira.Hari itu aku ke rumah Tuan Linclon seperti biasa. Seperti rutinitas biasa, aku menyusui Zony terlebih dahulu sampai kenyang. Tapi yang tidak kusangka, ada satu orang tambahan di rumah Tuan Linclon, ayah Tuan Linclon yang datang menjenguk cucunya.“Paman Levin, selamat siang.”Paman Levin yang berusia sekitar lima puluhan itu mengenakan kaus dalam putih sederhana dan celana pendek. Wajahnya tampak ramah dan baik.“Mery ya? Susumu ini sangat

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 4

    “Mery, kenapa tidak boleh?”Tangannya yang besar merangkul pinggangku dan mengusapnya lembut, “Waktu pertama kali kau datang ke rumahku, bukankah aku juga sudah pernah minumnya?”Dia berbicara dengan suara rendah dengan penuh godaan. Saat da menunduk, hembusan napas panasnya terus menerpa leherku, membuat tubuhku gemetar dan pikiranku terasa kosong seketika.“Kalau begitu, aku akan tambah dua ratus ribu lagi. Itu boleh kan?”Tenggorokanku terasa kering, tubuhku menjadi tegang, tidak bisa bergerak dan tidak bisa berkata-kata. Tuan Linclon tertawa kecil dan langsung membungkukkan badan untuk meminumnya.Seluruh tubuhku bergetar dan aku hanya bisa terus-menerus mendorongnya dan berkata, “Kamu... cepatlah....”Ototnya yang kekar terasa menekan tanganku, memberikan sensasi panas yang membara.Situasi aneh ini membuatku merasa sangat malu, tapi tubuhku tidak bisa dikendalikan. Dalam pelukan tubuh yang kekar dan kuat, aku tidak mendorongnya, malah perlahan memejamkan mata.Apa yang akan dia l

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 3

    Aku perlahan merosot ke belakang, tubuhku menempel ke sandaran sofa. Baru saat itu aku menyadari, benda keras di punggungku itu ponsel Tuan Linclon yang terselip di saku celananya.Dia menyesap lagi dua kali, lalu mengangkat kepala dan menyeka tubuhku dengan handuk, “Huft, nyaris saja terbuang sia-sia.”Lalu dia melepaskan tangannya dari pahaku dan kembali duduk di sampingku seperti sebelumnya.“Biasanya menyusui berapa lama sampai tahu bayinya sudah kenyang?”Dia bertanya dengan tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Aku masih kaget, jantungku berbebar kencang. Begitu mengingat kejadian tadi, aku merasa sangat malu dan sempat mengira dia ingin melakukan hal yang tidak pantas padaku.Tapi walaupun bukan berniat begitu, dia tidak seharusnya langsung menggunakan mulutnya seperti itu. Aku ini jadi pengasuh ASI untuk anaknya, bukan untuk dia. Sikap seperti itu benar-benar tidak pantas.Tapi tadi aku tidak sempat melawan dan sekarang semuanya sudah terjadi, aku juga tidak tahu harus bic

  • Pengasuh Untuk Tiga Generasi   Bab 2

    “Mery, bisakah kau tunjukkan sebentar? Aku belum sempat mengeceknya sebelumnya. Ini soal anak-anak, jadi harap maklum kalau aku agak cemas.”“Ah ... ternyata masih harus diperiksa.”Saat itu juga, wajahku memerah hingga ke telinga kerena malu, aku sangat ingin lari dari situ secepat mungkin. Namun tekanan hidup yang begitu berat membuatku tidak mampu untuk melangkahkan.Tuan Linclon yang membayar jasaku, jadi dia tentu ingin memastikan aku tidak punya kekurangan atau masalah yang bisa berdampak buruk bagi anaknya.Dalam hati, aku terus mengulang-ulang alasan itu, mencoba meyakinkan diri bahwa semua ini memang masuk akal.Aku sambil menggigit ringan bibir merahku dan membuka sisi baju menyusui. Dada yang sesak sejak pagi hari akhirnya lega dan aliran susu pun langsung mengucur, membasahi sekelilingnya.Aku hanya mendengar tarikan napas pelan di sampingku. Tuan Linclon mendekat dan napas hangatnya menyentuh kulitku, membuatku geli dan kesemutan.“Mery, kenapa kau bisa sebesar ini?”Aku m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status