Share

Ketiga

Firman menarik napas panjang. Dia berjalan Setelah selesai dari rapat Firman segera menuju tempat Direktur. Diketuknya sebentar lalu masuk ke dalam. Seorang pria kisaran usia 27 tengah sibuk dengan file. Begitu sibuk sampai tak menyadari datangnya Firman itu pun hanya dilirik sekilas. "Ada apa Chief? Sudah dapat seseorang yang menggantikan Nina."

"Sudah Direktur, ini kandidat yang kita punya untuk jadi sekretaris Direktur." Firman membalas sambil meletakkan di meja.

"Iya, iya terima kasih nanti kalau kerjaku sudah selesai aku pasti akan baca. Boleh pergi tidak? Aku ingin fokus bekerja." Firman menarik napas panjang. Dia kemudian balik kanan hendak menuju pintu keluar. Langkah mendadak berhenti.

Firman menatap lagi sosok Direktur yang sedang sibuk mengetik. "Aditya," panggil Firman. Pria bernama Aditya itu langsung menoleh lurus ke arah Chief.

"Aku tahu kau sedang memiliki masalah tapi jangan terlalu memaksakan diri. Kau juga harus beristirahat." Aditya termenung sebentar. Dia mengangguk mengucapkan terima kasih kepada Firman yang berlalu pergi setelahnya.

Karena kalimat dari Firman pula Aditya menghentikan aktivitasnya dan memilih mengambil CV dari calon sekretarisnya untuk diperiksa. "Mau istirahat sebentar Pak Direktur?" tanya seorang berusia 30 tahunan. Wanita yang tak lain adalah sekretarisnya, Nina datang dengan membawa secangkir kopi untuk Aditya.

"Ya, aku mau melihat CV calon penggantimu Bu Nina." Aditya menghela napas. "Saya tak akan menyangka Ibu akan resign, kita sudah lama bekerja dan saya sangat nyaman dengan pekerjaan Ibu sebagai sekretaris."

Bu Nina tersenyum. "Namanya juga saya ingin menempuh hidup baru Pak. Saya dan suami sudah sepakat untuk membuat usaha kami sendiri jadi mau tak mau saya harus resign walau sebenarnya saya enggan tapi saya pikir ini juga kesempatan saya untuk membuka peluang bisnis bagi kami berdua."

Aditya mengangguk. "Omong-omong, selamat ya untuk pernikahan kalian." Aditya menjulurkan tangan dan disambut oleh Nina masih dengan senyuman merekah.

"Terima kasih Pak." Nina kemudian undur diri, ada yang harus disiapkan untuk sekretaris baru Aditya. Sementara Aditya kembali memeriksa dokumen yang belum ia baca.

Keningnya mengkerut melihat nama dan foto calon sekretarisnya. Dia sangat mengenal baik nama itu. Senyum usil ditorehkan oleh Aditya. "Wah sepertinya pekerjaanku akan menjadi menyenangkan."

***

"Syukurlah semua baik-baik saja, sekarang kalau kamu keterima gimana?" tanya Elisia pada Ariana.

"Nggak tahu sih, aku maunya cari pekerjaan lain saja aku malu buat ketemu mereka." Ariana menjawab jujur.

"Jangan begitu, kalau kamu keterima malah bagus. Kamu bisa dapat gaji lebih awal."

"Tapi kayanya aku nggak dapat," pesimis Ariana.

"Loh kok ngomong gitu?"

"Soalnya mereka bilang pendidikanku terlalu tinggi buat standar karyawan mereka."

"Mungkin saja mereka memberikanmu pekerjaan yang lebih baik. Untuk perusahaan Fashion seperti mereka, tak mungkin mereka tidak mempertahankanmu." Elisia menjawab penuh optimis.

"Iya sih tapi ...." suara ponsel Ariana menyita perhatian gadis itu. Ada email masuk dan melihat namanya, Ariana bingung.

"Ada apa?" tanya Elisia penasaran.

"Eli, bukannya dibilang minimal lima hari ya baru dapat email masuk. Aku baru saja dapat email dari perusahaan."

"Benarkah?" Elisia mendekat dan duduk di samping Ariana. "Coba buka," lanjutnya.

"Ah nggak mau! Paling cuma kabar buruk."

"Siapa tahu kamu dapat pekerjaan,"

"Aneh banget, bukannya harus lima hari ya, kalau begini jadi bingung."

"Kalau begitu kenapa harus nunggu, ayo buka!" paksa Elisia kesal. Ariana memang selalu pesimis tapi karena Elisia selalu mendorongnya, dia selalu pasrah.

"Nggak mau! Kamu saja, aku lagi malas." Ariana memberikan benda pipih tersebut kepada Elisia dan berjalan menuju kursi lain.

Elisia yang penasaran segera membukanya tanpa basa-basi. Matanya membulat ketika melihat Ariana. "Kenapa kamu ngeliatin kaya gitu?"

"Kamu keterima Ana." Elisia menjawab penuh semangat. Ariana ikut terkejut tapi wajahnya pucat pasi.

"Kok bisa?!"

"Bukannya bersyukur kok ngomong kaya nggak mau gitu," balas Elisia.

"Ya nggak mungkin Eli, pasti ada salah paham. Mereka pasti nggak sengaja ngirimin email buat orang lain tapi salah kirim sama aku. Pokoknya besok harus datang komplain masalah ini."

"Tapi-" Elisia membuang napas panjang saat melihat Ariana pergi, tak mau mendengar ucapan dari Elisia. Sekarang terserahlah maunya Ariana. Dia sudah cukup optimis tapi ia sadar bahwa sahabat dari kecilnya sangatlah keras kepala.

***

Jam 9 pagi, Ariana sudah sampai di kantor S Fashion. Sambil mengetuk kakinya, ia terus menunggu sampai salah seorang bagian dari departemen HRD datang memintanya ikut menghadap Firman.

"Silakan duduk." Ariana patuh namun pandangannya terus melihat ke arah pria berusia 45 tahun tersebut. "Ada urusan apa anda datang kemari?"

"Saya ke sini mau komplain." Firman mengkerut.

"Komplain tentang apa?"

"Kenapa karyawan anda sudah mengirim email kepada saya padahal harus menunggu lima hari dan saya diterima padahal sewaktu saya wawancara, kalian tak bertanya soal pekerjaan melainkan kehidupan pribadi dan pendidikan. Saya sendiri agak sangsi saat kalian mengatakan pendidikan saya terlalu tinggi untuk pekerjaan karyawan."

"Itu memang benar, anda tidak diterima sebagai karyawan di sini." Ariana bernapas lega tapi hatinya mencelos. Memang ia tak berharap tapi Ariana mengaku ada perasaan kecewa timbul dalam diri. "Tapi anda diterima sebagai sekretaris." Kepala Ariana yang menunduk tegak kembali menatap Firman tak percaya.

"Kebetulan kami juga mencari seorang sekretaris. Rencananya minggu depan kami buka lowongan tapi karena Direktur setuju sama CV yang kau berikan, dia minta kami segera menghubungimu." Ariana menganga, tak percaya.

"Kebetulan selagi anda di sini anda bisa langsung orientasi. Silakan ikuti saya." Firman melangkah keluar lebih dulu diikuti oleh Ariana. Menyusur lorong lebih dalam, Ariana bisa melihat kesibukan orang-orang dengan pekerjaan mereka.

Ada yang membawa beberapa baju yang jadi. Ada juga sibuk dengan majalah fashion, berdandan dan lain-lain. Pakaian pun mereka modis wajar pekerjaan juga melibatkan busana.

"Ariana perkenalkan ini Nina sekretaris Direktur yang akan digantikan olehmu bulan depan." Pandangan Ariana tertuju kepada sosok Nina. Berbeda dengan para karyawan sebelumnya, Nina sama sekali tidak memakai riasan tebal dan pakaian modis. Dia tampak seperti sekretaris biasa.

"Nina dia adalah penggantimu sebagai sekretaris Direktur hari ini dia bisa langsung orientasi jadi tolong ajarkan pekerjaanmu padanya termasuk keseharian Direktur." Bisikan Firman kepada Nina tidaklah sampai terdengar kepada Ariana tapi dia sadar ada sesuatu yang tak beres nantinya.

Nina memalingkan wajah kepada Ariana. "Jangan dengarkan Firman, memang benar ada keseharian Direktur tapi nggak sampai yang aneh-aneh kok. Kita belum berkenalan ya, namaku Nina aku sekretaris Direktur,' katanya pada Ariana sambil menjulurkan tangan ke arah Ariana.

"Aku Ariana," sahut Ariana seraya menjabat tangan Nina.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status