Share

Kebiadaban

Author: DELEPU
last update Last Updated: 2022-10-01 13:31:16

Tiga bulan berlalu, kondisi Alea semakin memburuk. Selama tiga bulan ini, Fiona meminta dokter untuk mencekoki Alea dengan obat halusinogen.

Para dokter pun sudah tidak lagi peduli dengan efek samping dari obat yang mereka berikan. Mereka hanya menjalankan perintah dari Fiona yang ingin melihat Alea tersiksa dan mati secara perlahan.

"Tidak! Papah … jangan tinggalkan Alea! Jangan pergi!"

Alea meraung seraya menangis histeris. Dia mencakar-cakar lantai hingga membuat kuku jarinya terluka dan berdarah.

Nampak, rambut Alea acak-acakan dengan luka lebam yang menghiasi wajahnya. Ada beberapa luka sayat di leher dan tangan Alea, serta terdapat kantung mata hitam disekitar matanya yang bengkak, akibat terlalu banyak menangis. Kondisi Alea benar-benar memprihatinkan. Dia sudah benar-benar kehilangan akal.

Bayangan saat ayah dan bayinya yang meninggal terus menghantui Alea hingga membuatnya tidak bisa lagi mengenali Carlos sebagai suaminya.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku? Kenapa keadaannya tidak kunjung membaik?"

Carlos memperhatikan istrinya dari luar kamar. Tatapannya meredup melihat Alea yang terus melukai diri sendiri. Hampir setiap hari selama tiga bulan, Alea mencoba bunuh diri. Carlos iba melihat tubuh cantik istrinya yang dipenuhi luka.

"Apa tidak ada cara untuk membuat Alea sembuh?" Carlos berpaling menatap Alex.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin," jawab Alex seraya menunduk.

Tentu saja, pria itu tidak mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Bukannya Alea tidak bisa sembuh. Hanya saja, Alea memang sengaja dibuat gila.

Obat yang Alea konsumsi membuatnya terus terbayang dengan kejadian buruk yang menimpanya. Bayangan itu terus berputar dan berulang dalam bentuk halusinasi. Menyiksa Alea secara mental. Sayangnya, Carlos tidak mengetahui hal tersebut.

"Aku ingin bersama istriku, pergilah!" titah Carlos.

Alex mengangguk. Dia pun pergi meninggalkan ruang rawat Alea. Carlos melangkah memasuki ruangan berjeruji besi tempat istrinya berada. Dia menghampiri Alea yang sedang duduk di atas lantai.

"Sayang … jangan seperti ini. Kamu membuat kuku cantikmu terluka." Carlos meraih tangan Alea yang terus mencakar lantai.

Alea menatap Carlos dengan tatapan kosong. Matanya terus mengeluarkan air mata.

"Bayiku … berikan bayiku! Kenapa kamu menyakiti bayiku?"

Tanpa diduga, Alea histeris. Dia memukuli tubuh Carlos tanpa segan. Alea bahkan menggigit tubuh pria itu.

Carlos tetap tenang. Sudah biasa menghadapi kemarahan istrinya. Carlos sadar, keadaan Alea disebabkan oleh perbuatannya sendiri, karena sudah melukai hati wanita yang dicintainya.

"Sayang … aku janji akan membawakan bayi untukmu. Sebentar lagi, dia akan datang. Tenanglah!" bujuk Carlos.

Satu hal yang baru Carlos sadari, setelah melihat Alea hidup dalam kegilaan, perasaan cintanya pada Alea.

Tidak Carlos pungkiri, tujuan awalnya menikahi Alea karena harta. Tapi cinta sudah tumbuh di hati Carlos tanpa bisa dicegah. Dia pun tidak bisa melepaskan Alea bahkan setelah berhasil mendapatkan hartanya.

"Tuan, ini bayi yang anda minta."

Seorang pria paruh baya berdiri di depan pintu. Nampak, pria itu menggendong seorang bayi laki-laki. Carlos meminta pria paruh baya tersebut untuk mendekat.

"Sayang, coba lihat! Ini bayi yang kamu inginkan." Carlos memegangi tangan Alea. Berjaga-jaga agar Alea tidak menyerang bayi di hadapannya.

Selama dua bulan terakhir, Carlos berusaha memberikan bayi yang Alea inginkan. Dia membawa bayi yang seumuran dengan bayi Alea yang sudah meninggal. Carlos harap, bayi-bayi yang dibawanya akan merangsang kesadaran Alea. Namun sayang, hingga sekarang belum ada satu bayi pun yang Alea suka. Alea menolak bayi-bayi yang Carlos tawarkan.

"Penipu! Itu bukan bayiku! Kembalikan bayiku! Bayikuuuuu!" Alea semakin histeris.

Carlos menatap tajam pria paruh baya di hadapannya. "Dasar tidak berguna! Bawa bayi itu pergi!"

"Baik Tuan!" Pria paruh baya itu pun keluar dari ruang rawat.

Carlos memeluk Alea yang mengamuk. "Sayang, bayi seperti apa yang kamu inginkan? Aku tidak bisa memberikanmu bayi kita karena dia sudah meninggal."

Suara Carlos terdengar bergetar. Bingung bagaimana membuat istrinya sadar dari ketidakwarasannya.

"Bayiku. Berikan bayiku. Dia pasti lapar, aku ingin menyusuinya." Alea meremas-remas dadanya. Nampak, air ASI membasahi baju yang pakainya.

Selama tiga bulan ini, walau Alea tidak memberikan ASI-nya. Tapi, air susunya masih tetap keluar. Dan saat dadanya terasa keras, Alea pasti histeris meminta anaknya. Dia ingin memberikan ASI pada bayinya.

"Sayang, cukup! Jangan begini! Kamu hanya melukai diri sendiri."

Carlos menahan tangan Alea yang masih meremasi dada. Rahang Carlos mengeras saat merasakan benda bulat dan kenyal milik Alea yang tersentuh oleh tangannya.

"Cukup sayang! Jangan meremasnya lagi," cegah Carlos.

Napas Carlos memburu melihat pakaian bagian depan istrinya yang semakin basah. Dalam keadaan seperti ini, Carlos selalu tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak menyentuh Alea.

"Cepat bawa bayiku! Aku harus menyusui bayiku!" isak Alea. Hatinya pedih merasakan dadanya yang sakit karena air susunya penuh. Alea yakin, saat ini bayinya sedang kelaparan.

"Sayang … aku tahu kamu kesakitan. Biar aku membantumu."

Carlos membuka kancing baju pasien Alea. Mengeluarkan benda bulat indah milik istrinya. Kemudian menyesapnya secara bergantian, mengosongkan air susu yang seharusnya hanya diberikan pada bayinya.

"Tidak! Lepas! Jangan!"

Alea berontak. Mencoba melepas diri dari Carlos. Namun percuma, birahi Carlos sudah mencapai ubun. Kecantikan Alea membuat Carlos berhasrat pada istri tidak warasnya.

"Sayang … kali ini aku akan memberimu anak. Kita pasti akan memiliki bayi lagi. Maaf, aku harus memaksamu seperti ini."

Tanpa ragu, Carlos mulai melucuti pakaian istrinya. Tidak peduli Alea menolak dan memukulinya, Carlos tetap memaksanya.

Satu hal yang Carlos harapkan dari persetubuhannya, Alea hamil. Dan kehamilannya bisa membuat Alea kembali sadar. Carlos tidak peduli walau harus memperkosa istrinya sendiri.

"Argh! Sakit! Hentikan! TIDAK!"

Alea menjerit histeris saat Carlos menyatukan dirinya. Memacu cepat tubuh Alea sambil menikmati air susu yang masih keluar dari pucuk dadanya. Pria itu terlihat menikmati persenggamaannya, berbeda dengan Alea yang terus menjerit kesakitan.

"Sayang … sedikit lagi!" Carlos hilang akal. Dia memacu tubuhnya semakin kencang.

Alea pun hanya bisa menangis sesenggukan dengan tubuh yang terguncang-guncang.

Di luar ruangan, banyak orang yang mendengar jerit tangis dan teriakan kesakitan Alea. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang menolong. Telinga mereka seakan tuli. Mereka memilih untuk tidak peduli.

Kekuasaan Carlos membuat mereka takut. Apalagi mereka tahu Carlos dan Alea suami istri. Akhirnya, mereka memilih diam dan pura-pura tidak mendengar kebiadaban yang Carlos lakukan pada istrinya.

"Shit! Terima ini sayang. Aku yakin, kali ini kita akan memiliki bayi lagi," erang Carlos saat melepaskan cairan nikmatnya.

Menjijikkan. Andai Alea sadar. Dia pasti sudah membunuh suaminya. Namun sayangnya, Alea hanya bisa terisak sambil memeluk tubuh polosnya. Dia bahkan tidak sadar, dirinya sudah dilecehkan.

"Sakit," lirih Alea, terisak.

"BRENGSEK! Dasar wanita gila sialan!"

Tanpa Carlos dan Alea sadari, Fiona berdiri di depan pintu kamar. Menyaksikan pergumulan mereka. Nampak, perut Fiona membuncit karena kehamilannya yang sudah menginjak usia empat bulan.

"Kurang ajar! Aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi! Seharusnya, wanita itu yang melihat suaminya bermesraan denganku. Bukan sebaliknya," desis Fiona. Tangannya terkepal erat, marah pada Alea dan suaminya yang sedang memadu cinta.

"Alex, carikan obat yang bisa mengendalikan wanita itu. Aku ingin membawanya pulang ke rumah. Jika seperti ini, Carlos akan terus pulang ke sini dan melupakan aku yang menunggunya di rumah," titah Fiona.

Sebenarnya, tujuan Fiona datang ke rumah sakit untuk menjemput suaminya. Sudah dua hari Carlos tidak pulang ke rumah, karena lebih memilih menemani Alea di rumah sakit jiwa.

"Tapi nyonya, apa tuan Carlos akan setuju?" Alex ragu dengan permintaan Fiona.

"Setuju atau tidak setuju. Aku akan membuat wanita itu berada di dekatku. Dengan begitu, aku bisa memantau hubungan mereka." Rahang Fiona mengeras. Giginya bergemeletuk. "Aku tidak akan membiarkan wanita itu hamil, Apalagi memiliki anak dari suamiku."

Fiona menyeringai. Matanya menatap Alea dengan penuh kebencian. Tidak ada sedikitpun rasa iba dari Fiona untuk anak tirinya.

"Carlos, kamu boleh saja menggauli wanita gila itu. Tapi jangan harap, ke

inginanmu mendapatkan anak dari Alea akan terwujud. Aku akan membuat Alea mandul. Tidak bisa memiliki anak untuk selamanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Saling Mengancam

    "Nyonya Alea?" Kening Alea mengernyit. Mendengar seseorang memanggil namanya. Dia perlahan membuka mata, kemudian memutar sedikit kepala untuk melihat orang yang memanggilnya. Alea terkesiap melihat sosok pria yang semalam ditemuinya. Bibir Alea seketika tersenyum, lalu mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan anak laki-laki yang semalam sudah berhasil mencuri hatinya. 'Akhirnya, kamu datang juga,' batin Alea. Tanpa mengindahkan keberadaan Liam.Liam mengeratkan rahang begitu melihat senyum di bibir Alea. Reaksi Alea yang tiba-tiba terlihat senang memberitahu Liam tentang Alea yang ingin kembali bertemu Ansel. Liam pun mendengus. Merutuki perbuatan licik yang Alea lakukan. Liam yakin, Alea memang sudah mengambil gantungan kalung milik putranya. "Anda tidak akan mendapatkan apa yang anda inginkan dengan mudah, nyonya," tutur Liam dengan nada dingin. Senyum di wajah Alea memudar. Tatapannya tertuju pada liam yang menatap datar dirinya. Alea sadar, anak laki-laki yang dari semalam

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Perasaan Iri

    "Siapkan pesawat! Kita pergi menyusul mereka." "Apa?!" Darvin tercengang mendengar perintah atasannya. Tidak menyangka Liam akan repot-repot menyusul Alea dan keluarganya. Padahal, pekerjaan pria itu sangat banyak. Dan tidak biasanya Liam pergi meninggalkan pekerjaannya."Maaf tuan, apa maksud anda kita akan pergi menyusul Nyonya Alea?" tanya Darvin dengan hati-hati. Memastikan perintah yang baru saja didengarnya. Liam melayangkan tatapan dinginnya. "Apa perintahku kurang jelas? Aku tidak suka mengulang perintah." "Ma-maaf Tuan! Saya akan segera menyiapkan pesawat," sahut Darvin seraya menegakkan badan. Gugup mendapatkan tatapan dingin dari Liam. Meski atasannya tersebut tidak terlihat marah, tapi Darvin tahu Liam bukan pria yang banyak berkata. Dia tidak suka menunggu atau mengulang perintah. Pria itu lebih baik kehilangan bawahan dari pada harus mengulang perkataannya. Tidak mau kehilangan pekerjaan yang sudah lima tahun ini dijabatnya, Darvin pun segera undur diri dari hadapa

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Jalan untuk Bertemu

    "Tangisanmu tidak akan berpengaruh pada papah, Ansel. Jangan harap Papah akan memaafkanmu begitu saja." Liam menolak permohonan putranya dengan tegas. Ansel merapatkan bibir. Menahan isakannya agar tidak keluar. Takut Liam akan semakin marah. Aliana menatap kakak dan keponakannya bergantian. Merasa iba pada Ansel. Dia ingin membela keponakannya, namun takut Liam akan berbalik marah padanya. Aliana pun hanya diam tanpa mampu berbuat apa-apa. "Sekarang katakan! Kenapa semalam kamu membuat masalah?" Liam mempertanyakan alasan Ansel kabur dari pesta. Dengan tangan bergetar, Ansel mengambil buku tulisnya dari tangan Liam, lalu mengambil pulpen dari Aliana. Ansel menuliskan sesuatu pada kertas yang terbuka dihadapannya. 'Maaf!' Ansel menunduk seraya memperlihatkan tulisan tersebut. Liam menatap putranya dalam-dalam, jika kata maaf sudah keluar, artinya Ansel tidak akan memberikan penjelasan apapun. "Papah khawatir!" Ansel mendongak mendengar dua kata yang ayahnya ucapkan. Matanya be

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Bibi Berbaju Merah

    Keesokan harinya, terjadi kerusuhan di rumah keluarga Abraham. Ansel, cucu tunggal keluarga Abraham, mogok makan dan tidak mau membuka mulut sedikit pun. Aliana yang sudah Liam percaya untuk menjaga Ansel pun bingung. Dia tidak mau Liam menjauhkan Ansel darinya. "Ansel, tolong jangan membuatku susah. Ayahmu sudah marah padaku karena kejadian semalam, buka mulutmu dan makanlah!" pinta Aliana setengah memelas. Takut kondisi Ansel kembali drop hingga Liam menyalahkannya. Selama ini, Liam sangat protektif pada putranya. Dia tidak membiarkan siapapun berdekatan dengan Ansel, termasuk orangtua dan adiknya. Liam tidak mempercayakan pengawasan Ansel pada orang lain. Namun dua tahun lalu, setelah Aliana membujuk Liam dengan menjanjikan akan membuat Ansel sembuh dari speech delaynya dan tidak akan membiarkan Ansel kekurangan kasih sayang seorang ibu, Liam pun akhirnya mempercayakan pengawasan Ansel pada adiknya, mengingat dirinya yang memang tidak bisa berceloteh banyak seperti yang Aliana l

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Saling Menginginkan

    Beberapa jam berlalu. Begitu Calros dan Fiona pergi ke kamar mandi, Alea membuka mata. Tadi, dia hanya berpura-pura tidur untuk menghindari Carlos. Alea tidak sudi melayani suaminya. Selama empat tahun ini, Alea harus bertahan dengan Calros dan Fiona yang tidak punya malu berhubung badan dihadapannya. Alea muak. Dia ingin menghentikan mereka, namun tidak ada yang bisa Alea lakukan selain menghindar. Biasanya, Alea pura-pura tidur atau mengamuk histeris untuk menghindari sentuhan Carlos. Namun, hal itu kadang tidak berguna jika Carlos ataupun Fiona menggunakan obat perangsang untuk membuatnya terlibat dalam percintaan. Air mata Alea menetes. Menangis tanpa suara. Tidak mudah bertahan hidup dalam kebobrokan moral yang dilakukan oleh suaminya. Carlos sebagai suami tidak memikirkan perasaan Alea yang harus melihat percintaannya dengan wanita lain. Alea sadar, dirinya mulai gila. Bahkan mungkin sudah gila seperti yang sering Fiona katakan. Tapi sayang, sejak empat tahun lalu, kesadara

  • Pengkhianatan Suami & Ibu Tiri   Kegemparan Saat Pesta

    Alea berjalan menuju rumah dengan langkah anggun. Senyum manis terukir di wajahnya. Tidak dipedulikannya sepatu dan ujung gaunnya yang kotor terkena lumpur, bahkan pakaiannya pun basah karena air hujan."Alea dari mana saja kamu?"Carlos menghampiri Alea dengan wajah cemas. Dia menilik penampilan istrinya. Carlos terkesiap melihat luka di pergelangan tangan Alea."Alea kamu melukai diri sendiri lagi?" Alea menarik tangannya dari genggaman Carlos. Dia menatapnya dengan tatapan dingin. "Jangan sentuh!" Alea menyembunyikan luka di tangannya.Plak! Tiba-tiba, sebuah tamparan mendarat di wajah Alea. Nampak, Fiona berdiri dihadapannya dengan wajah geram."Dasar wanita gila! Bisa-bisanya kamu pergi di tengah pesta. Kamu hampir menghancurkan pesta ulang tahun putraku," teriak Fiona. Dia hendak melayangkan kembali pukulannya, namun Carlos lebih dulu menahan laju tangannya. "Cukup!" cegah Carlos dengan tegas. "Jangan berlebihan!" Fiona mendelik. "Berlebihan? Dia–." "Oma, aku mengangtuk."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status