Sebuah dompet berada ditangan, dompet itu milik Dany yang sengaja dicuri.Didalam dompet terdapat beberapa lembar uang yang bisa Floryn gunakan untuk membeli pakaian bekas agar besok dia bisa mencari pekerjaan tanpa mendapatkan pengusiran, dia juga perlu menyamar agar tidak diseret dinas social.Floryn melempar dompet itu ke sungai bersama dengan handpone Dany untuk menghilangkan jejak.“Ampun! Lepaskan saya!” teriak seseorang dari suatu tempat.Refleks Floryn bersembunyi di sudut pagar, mengintip dua orang dinas social yang menyeret paksa seorang tunawisma menuju mobil yang mereka parkir jauh dari jalanan.“Saya tidak bersalah, saya tidak mengganggu siapapun, lepaskan saya!”“Tutup mulutmu!” Bugh!Tunawisma itu dipukuli dengan kasar hingga dia terkapar tindak berdaya dan digotong masuk ke dalam mobil. Tampaknya, pembersihan tunawisma diseluruh penjuru ibukota akan terus gencar dilakukan.Suasana menjadi mencekam dari biasanya, untuk orang-orang yang memiliki rumah dan pekerjaan mer
Alfred melihatnya tengah menangis dibawah pohon, gadis itu membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya yang kurus kering.Lampu-lampu jalanan dan bayang lampu kereta yang lewat menyinarinya.Degup jantung Alfred berdetak memacu tidak beraturan.Apa yang dia lihat saat ini kembali mengingatkan Alfred pada kejadian lima tahun yang lalu, tepatnya sebelum mereka berpisah dan membuat janji untuk kembali bertemu.Alfred pernah melihatnya dibawah bawah cahaya, namun tidak dalam situasi yang seperti sekarang.Dulu, Floryn bersinar seperti dandeliaon yang dilukis matahari sore, dia meninggalkan jejak yang begitu kuat dalam ingatan. Suaranya yang lembut seperti lelehan madu, senyuman manisnya yang cantik, matanya yang berbinar, hingga kibaran ujung gaunnya yang bergerak disetiap langkah yang dia ambil.Alfred mendefinisikan bahwa dia adalah gadis yang menarik.Alfred tidak pernah menyangka jika kini semuanya telah berubah.Floryn kehilangan cahayanya, gadis itu menjadi suatu objek yang sang
Bening air sungai berubah kemerahan saat Floryn membasuh kakinya yang terluka, gadis itu sedikit menegang merasakan perih yang menyengat di permukaan kulitnya.“Hiks..” Floryn merintih kesakitan.Air mata terus berderai tanpa henti, sakit yang dirasakan tubuhnya tidak sebanding dengan keadaan jiwanya yang kian rapuh.Rangkaian peristiwa yang telah terjadi hari ini membuat Floryn merasa sangat lelah dan putus asa hingga berpikir untuk menyerah dan melupakan tekadanya untuk balas dendam kepada semua orang, terutama Rachel.Floryn sangat kesulitan untuk bertahan hidup, dia tidak memiliki sandaran, tidak ada tempat untuknya bercerita, tidak ada tempat untuknya pulang.Dia benar-benar sendirian didunia ini.Lantas, bagaimana bisa Floryn menghadapi Emier, terutama Rachel? Mereka hidup semakin berkecukupan dan memiliki kekuasaaan? Mereka dapat membunuh Floryn semau mereka.Dunia sangat tidak adil untuk Floryn. Dengan kuat Floryn memukuli dadanya yang sakit dan sesak, gadis itu bergumul deng
Floryn tertidur diatas sebuah ranjang kecil tanpa bantal, beruntung hangat selimut yang lembut menutupi tubuhnya dalam keadaan perut kenyang. Setelah lima tahun terkurung dipenjara dan terbiasa dengan dinding beton yang dingin dan ranjang yang keras seperti papan, ini untuk pertama kalinya Floryn kembali tidur mewah dalam keadaan perut yag tidak kelaparan.Floryn telah menggunakan uang curiannya dari Dany untuk menyewa sebuah motel seharga sepuluh dollar dan membeli alat mandi hingga beberapa potong roti keras untuknya besok siang.Sangat sulit menemukan kontrakan murah, sekalipun itu ditempat kumuh dan pinggiran, Floryn harus mengeluarkan lima ratus dollar satu bulan jika dia ingin menyewa.Aroma wangi shampoo dan sabun masih tercium ditubuhnya. Beberapa kali Floryn sampai menyentuh rambutnya yag kembali lembut dan kulitnya terlihat bersih tidak kumal.Diantara senyuman bahagia, ada guratan kesedihan yang tersirat dimata indahnya. Sangat menyedihkan menghadapi fakta bahwa Floryn mera
Alfred meletakan pet carrier dengan hati-hati di atas karpet berbulu, dia pulang terlalu larut hingga melupakan janjinya kepada Nara yang kini tengah ketiduran di lantai.Dengan mudahnya Alfred membopong Nara dan memindahkannya ke ranjang.Suara rengekan kecil terdengar dikesunyian, Nara mengeliat dibawah selimut yang menutupi tubuhnya. “Maafkan kakak, Nara,” bisik Alfred mengusap pipi kemerahan Nara. Alfred menghabiskan sisa malamnya untuk mencari Floryn hingga dia melupakan janjinya dengan Nara.‘Seperti apa keadaan Floryn sekarang?’Alfred menggeleng keras mengenyahkan segala pikiranya dari Floryn. Sepantasnya, dia melupakan Floryn mulai malam ini, apapun yang terjadi pada kehidupannya bukanlah urusan Alfred lagi.Alfred tidak boleh menodai kehidupannya oleh serangkaian kejadian lampau. Rasa bersalah kepada Floryn hanya akan menahan kakinya disetiap langkah yang dia ambil.“Selamat malam, Nara.” Alfred mengecup kening Nara sekilas.Alfred beranjak dari tempat duduknya tanpa memati
Semilir angin terdengar dikesunyian, aroma bunga Lily yang terbawa udara tercium sampai ke dalam kamar.Kegelapan malam terlihat begitu pekat tanpa bintang-bintang. Alfred terbaring bertelanjang dada di atas ranjangnya, beberapa tetes air masih tertinggal di rambut dan beberapa lekukan otot tubuhnya yang terpahat.Sepasang mata yang berwarna biru cerah terlihat berkilau diantara remang lampu-lampu kecil yang menyala, bayangan bulu matanya yang panjang berkibar disetiap kedipan.Pria itu terbaring dengan cara yang indah layaknya sebuah patung dewa. Dia terjebak dalam kesunyian dan tenggelam dalam sebuah lamunan.Dikesunyian yang dingin, pikiran Alfred berkelana tidak terkontrol kembali mengingat perpisahan diam-diamnya dari Floryn.Ada sesuatu yang mengganjal didalam hati seakan Alfred telah meninggalkan sesuatu yang harus kembali dia ambil dari Floryn.“Sialan,” maki Alfred terdengar kesal.Alfred bergerak memiringkan tubuhnya dan mengibaskan tangannya di udara, mengusir sesuatu seb
Bayangan tubuh Floryn terlihat di sebuah jendela restaurant, gadis itu tersenyum lebar dengan mata berbinar. Rambut panjang Floryn terikat ekor kuda, hari ini dia mengenakan sebuah dress selutut berwarna putih yang kebesaran karena kondisi tubuhnya yang kurus kering.Ini adalah pakaian terbaik yang Floryn miliki setelah lima tahun terakhir, bahkan mungkin lebih dari lima tahun karena semenjak ibunya meninggal dan Emier kembali menikah, Floryn tidak semakin jarang diberikan uang jajan karena Issabel yang mengelola segala keuangan keluarga.Issabel..“Apakah pelacur itu masih memiliki sifat boros seperti dulu?” bisik Floryn bertanya-tanya.Dulu, Issabel tidak hanya merampas semua uang jajan Floryn, dia juga mengambil semua perhiasan hingga tabungan ibu Floryn untuk bersenang-senang.Setelah Floryn memiliki cukup banyak uang dan hidup dengan baik, dia sangat ingin memberi pelajaran pada Issabel hingga uang yang dikelolanya terkuras habis, bila perlu Issabel harus terlilit hutang hingga
“Nyonya, nona Nara pergi keluar gedung kantor. Beliau pergi ke arah taman hiburan,” ucap Sakura memberitahu.“Kemana perginya para pengawal? Mengapa mereka tidak becus menjaga Nara?” tanya Nathalia dengan jengkel.“Nona Nara kabur naik troli petugas kebersihan.”Nathalia menghela napasnya dengan berat, bahunya berada dalam ketegangan karena amarah.Lagi dan lagi, Nara pergi kabur dan menyusahkan semua orang. Anak itu sangat sulit ditangani, jangankan untuk mengajarinya pelajaran dasar, untuk membuat dia tetap berada ditempatnya saja sangat sulit.Nathalia sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk Nara, namun karena suasana hati Nara sangat mudah berubah, beberapa orang memilih menyerah Nara untuk mendampinginya.Entah harus berapa lusin kesabaran lagi yang Nathalia butuhkan untuk menangani putrinya, dan entah dengan harus cara apa sebenarnya Nathalia mendidik Nara. Dia sangat berharap putrinya bisa tumbuh luar biasa seperti Alfred, bersinar dengan caranya sendiri, menggapai mimpi