Home / Romansa / Perfect CEO / 1. Perfect CEO

Share

Perfect CEO
Perfect CEO
Author: Elang Wicaksono

1. Perfect CEO

last update Last Updated: 2022-02-09 11:46:02

Seorang perempuan cantik berjalan dengan langkah tegap, dagu diangkat ke atas terkesan angkuh dan menenteng tas dengan brand terkenal, yang selalu dipakai bintang internasional. Gadis yang memakai pakaian formal itu menapaki lantai mewah perusahaan Indah Jaya. Gadis itu adalah Berlian Kamarisa Evan, CEO perusahaan Indah Jaya. Di umurnya yang masih dua puluh lima tahun, Berlian sudah menjabat tahta tertinggi perusahaan. Setidaknya sudah tiga tahun ini ia mengemban tugas yang diamanahkan oleh kakak serta kakak iparnya. 

Langkah kaki Berlian dan suara ketukan sepatu hak tinggi membuat beberapa karyawan yang berpapasan menundukkan kepalanya dan menyapa sopan. Berlian balas menganggukkan kepalanya. Meski Berlian bukan tipe bos yang ramah dan berbaur dengan karyawan, setidaknya Berlian bukan CEO dingin dan angkuh pada karyawannya. 

Hanya dengan lawan proyeknya Berlian akan menunjukkan sisi arogannya. Sejak menjabat, Berlian sudah sangat ambisius untuk membawa perusahaan ke puncak kejayaan. Tidak peduli apapun yang dia lewati, Berlian akan berusaha. Ibaratnya, meski ia tidak sanggup berdiri, ia masih bisa duduk memimpin perusahaan, kalau ia tidak bisa duduk, ia masih bisa meski dengan berbaring. Indah Jaya ada di sebagian hatinya, karena Indah Jaya adalah amanah dari orang yang ia sayangi. 

Seorang pria berlari menyusul Berlian dengan tergesa-gesa. Pria itu berusaha menyamakan langkah kakinya dengan atasannya. Pria itu adalah Bian, pria maskulin berbadan sedikit berisi, berusia dua puluh tujuh tahun yang merupakan sekretaris Berlian. 

“Terlambat lagi?” tanya Berlian melirik Bian sekilas. 

“Maaf, Bu. Tadi di jalan macet,” jawab Bian menundukkan kepalanya sedikit. 

Berlian menuju ke lift, tangan Bian dengan cekatan terulur memencet tombol agar lift terbuka. Kedua orang itu menuju ke lantai teratas di mana ruangan CEO berada. 

“Bu, merek baru yang Bu Berlian usulkan ditolak oleh direksi,” ucap Bian memberitahu. 

“Kenapa?” 

“Karena merek yang lama saja sekarang sedang mengalami penurunan. Tidak tepat saat meluncurkan merek baru, mereka juga pesimis tidak akan mendapatkan investor untuk merk baru ini,” jelas Bian. 

“Adakan rapat sepuluh menit lagi!” titah Berlian. Bian menghentikan langkahnya saat Berlian masuk ke ruangannya. Pria itu segera berlari untuk memberikan pengumuman pada direksi untuk datang ke ruang rapat. 

Tabiat buruk Berlian selalu mengadakan rapat mendadak. Sedangkan lawan debatnya yang tidak menyiapkan bahan selalu mati kutu dibuatnya. 

Berlian duduk di kursi kebesarannya, gadis yang memiliki ciri khas berkuncir kuda itu menyandarkan tubuhnya di kursinya. Semalam ia begadang karena pekerjaannya yang belum selesai, dan ia terpaksa harus bangun pagi untuk bekerja lagi. Selama tiga tahun ini, ia melakukan rutinitas yang sangat membosankan. Bangun pukul enam pagi untuk bersiap bekerja, pulang jam lima, agenda di luar, pulang, kerja lagi dan tidur jam satu pagi. Selama tiga tahun ia bagai robot yang tidak bisa menikmati hidupnya sendiri. 

Namun mau bagaimana lagi, semua itu harus ia lakukan demi perusahaan yang sudah dibangun kakaknya sejak sepuluh tahun lalu. Kakaknya sudah pergi, sedangkan tidak ada yang menggantikannya selain dirinya. 

Berlian melihat bolpoin di mejanya yang tergeletak miring, gadis itu membenarkan letak bolpoin berwarna hitam agar lebih sempurna. Tidak sengaja matanya melihat lembar dokumen yang tertekuk, gadis itu mengambilnya dan meluruskannya. 

Saat meletakkan kembali dokumennya, ada setitik debu yang terlihat matanya. Tangan Berlian dengan cekatan mengambil tisu untuk mengelap debu itu. Setelahnya, Berlian membuang tisu ke tempat sampah. Namun sayangnya, tempat sampah itu berdiri tidak sesuai pada tempatnya. 

Dengan lelah, Berlian berdiri, gadis itu mendorong tempat sampah dengan kakinya agar posisinya simetris dengan kaki meja. 

“Akhhh!” Berlian mengerang sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing. 

Gadis itu memang terlihat seperti CEO berwibawa pada umumnya. Namun siapa sangka, Berlian adalah gadis pengidap penyakit psikologi gangguan obsesif-kompulsif yang cukup parah. Berlian selalu cemas tatkala melihat barang-barang yang diletakkan tidak sesuai tempatnya. Barang sekecil apapun kalau mengganggu matanya, pasti akan dibenarkan. Hal itu sangat melelahkan, Berlian merasa capek setiap kali merasa cemas dengan hal-hal yang sepele. 

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu terdengar. Berlian menyuruh sang pengetuk untuk masuk. Bian datang membawa satu dokumen di tangannya. 

“Bu, sebentar lagi rapat seperti yang Bu Berlin ucapkan,” ujar Bian. 

“Bian, benerin dasimu!” titah Berlian. Berlian memegangi kepalanya yang terasa sakit. Baru saja masalah sampah selesai, ia malah melihat dasi Bian yang miring. 

“Ah iya, maaf,” kata Bian. Bian mendekati Berlian dan meletakkan dokumen di meja. Pria itu bergegas membenarkan letak dasinya. 

“Saya menyuruh kamu membenarkan dasi kamu, kenapa kamu malah meletakkan dokumen dengan tidak simetris?” tanya Berlian kencang membuat Bian tersentak kaget.  

Bian membulatkan matanya, “Bagaimana saya bisa membenarkan dasi kalau tangan saya memegang dokumen,” ucap Bian sedikit protes. 

“Ya saya kan sudah ribuan kali bilang sama kamu, taruh dokumen dua senti dari sisi depan meja. Ini garis mejanya, dan kamu meletakkan lebih dari empat senti, juga kamu meletakkan tidak lurus, tapi miring,” oceh Berlian mengambil dokumen dan meletakkan dengan benar. 

“Astaga, Bu. Sampai kapan Bu Berlin akan begini?” keluh Bian yang sudah lelah dengan Berlian. 

Tiga tahun sudah Bian merasa tersiksa dengan Berlian yang memiliki gangguan aneh itu. Dan selama tiga tahun pula ia harus menebalkan mentalnya agar tidak jatuh bersama Berlian. Semakin lama bukannya semakin sembuh dan sehat, Berlian malah semakin parah dan tidak waras. Bian berani bertaruh, tidak akan ada yang betah menjadi sekretaris Berlian kecuali dirinya. 

“Kamu pikir saya mau begini? Saya juga tidak mau,” tanya Berlian sekaligus menjawabnya sendiri. Kalau boleh mengeluh, Berlian akan mengelus setiap harinya. Bahkan kalau dijadikan buku, keluhan Berlian akan menjadi buku tertebal di dunia. Namun Berlian hidup bukan untuk mengeluh, ia harus tetap berjalan untuk menggapai cita-cita kakaknya memajukan perusahaan Indah Jaya. 

“Besok jadwal ke Psikolog. Saya harap Bu Berlian akan datang,” kata Bian. 

“Ya, saya besok akan datang. Sekarang ayo ke ruang rapat.” 

Berlian membenarkan outer hitam yang dia kenakan, perempuan itu menyambar laptopnya dan bergegas keluar dari ruangannya. Sedangkan Bian, pria itu mengikuti Berlian dengan bibir berkomat-kamit. Bian berdoa, semoga di rapat kali ini tidak ada korban dari keganasan Berlian. Kalau mode serius, Berlian bak singa yang siap melahap mangsanya hidup-hidup. Apalagi kali ini posisinya direksi tidak setuju dengan keputusannya, sudah pasti tidak akan ada yang selamat pagi ini. 

Bian mengambil hpnya, pria itu dengan julid mengirimkan pesan di grup para direksi.

Bian : Siapkan mental kalian, Ratu Singa akan datang.

Di ruang rapat, tidak ada yang berwajah santai. Semua berwajah tegang karena Bian sudah mengirimkan sinyal tanda bahayanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sea dewa
Ngakak sama asitennya
goodnovel comment avatar
Sea dewa
Baru baca, bab satu sudah ketagihan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Perfect CEO   110. Ending

    Bara mendorong tubuh Berlian sampai gadis itu telentang di ranjang, tanpa basa basi Bara mencium bibir Berlian. Berlian menerima ciuman suaminya, bunga yang ia pegang pun sudah teronggok di ranjang. Ciuman ini pernah Berlian rasakan tepat pada empat tahun lalu sebelum Bara pergi ke luar negeri. Pertama kali mendapat ciuman dari Bara sungguh membuat candu untuk Berlian. Bahkan Berlian sangat mendambakan ciuman suaminya. Kini ciuman itu bisa Berlian rasakan kembali. Meski sudah empat tahun berlalu, tapi Berlian masih ingat jelas rasa ciuman itu. Berlian mengalungkan tangannya di leher suaminya. Ciuman Bara semakin lama semakin intens, tidak hanya ciuman di bibir, melainkan ciuman Bara turun sampai ke leher Berlian. Harum tubuh Berlian bagai candu untuk Bara. "Berlian, aku mencintaimu," aku Bara dengan jujur. Bara menarik tangan Berlian yang mengalung di lehernya, pria itu menautkan jari jemarinya dengan jari jemari Berlian. "Aku juga," jawab Berlian. "Apa kita harus melakukannya seka

  • Perfect CEO   109. Gambaran Hati

    Empat tahun sudah Berlian lalui dengan singkat, satu bulan pun juga terasa sangat singkat untuk Berlian. Setelah ibunya mengatakan satu bulan lali mereka akan menikah, kini Berlian benar-benar sudah menikah dengan Bara. Semua terjadi layaknya mimpi singkat. Di mana Bara mengucapkan janji pernikahan. Saat ini Berlian sudah memakai gaun pengantin berwarna putih dengan hiasan di kepalanya. Berlian sudah resmi menjadi istri Bara, saat ini pesta pernikahan akan dilangsungkan.Beberapa kali Berlian mencubit tangannya sendiri untuk meyakinkan dirinya bahwa yang ia alami ini bukanlah sebuah mimpi. Tetapi tangannya terasa sakit, artinya ia tengah berada di dunia nyata. Berlian berjalan membawa bunganya menuju ke tempat di mana Bara dan Azka tengah berdiri memakai jas yang senada. Suara ricuh tepuk tangan dari tamu undangan terdengar nyaring. Risa membuat pernikahan putri semata wayangnya dengan mewan dan tamu yang diundang pun sangat banyak.Langkah kaki Berlian tam

  • Perfect CEO   108. Kembalinya Sang Kekasih

    Dua musim sudah Berlian dan Azka lewati beberapa kali. Saat ini musim penghujan yang ke sekian kali telat tiba. Berlian dan Azka tengah berdiri di bawah payung yang sama sembari menatap lurus ke depan. Hujan turun dengan sangat deras, Berlian berusaha keras memegang payungnya agar tidak terbang diterpa hujan yang sangat dasyat.Lima belas menit sudah ibu dan anak itu berteduh di bawah payung yang sama sembari pandangannya lurus ke depan. Tiga tahun sudah berlalu, kini usia Azka sudah menginjak sembilan tahun. Azka sudah duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar, setiap semester dan kenaikan kelas, Azka tidak pernah luput dari juara satu. Bocah itu tumbuh menjadi bocah yang aktif dan sangat pintar. Terkadang kepintarannya bisa membuat guru-gurunya kuwalahan."Sudah lebih dari lima belas menit kita di sini. Mama gak mau menunggu di ruang tunggu sambil berteduh?" tanya Azka. Berlian menggelengkan kepalanya.Berlian tetap keukeuh untuk menunggu di lua

  • Perfect CEO   107. Kehidupan Baru

    Satu tahun sudah berlalu. Kini usia Azka genap enam tahun, bocah itu tumbuh menjadi bocah yang sangat pintar dan menggemaskan. Hari ini juga hari pertama Azka masuk ke kelas satu sekolah dasar. Sejak tadi Berlian sudah sibuk memutari ruangan apartemennya untuk menyiapkan segala kebutuan Azka."Mama, aku capek lihat mama jalan terus," ucap Azka menepuk keningnya dengan pelan. Azka berdiri di atas sofa, tidak berpindah sedikit pun sejak lima belas menit yang lalu. Azka sudah lelah berdiri, tetapi mamanya tidak mengijinkannya berpindah tempat.Azka sudah siap dengan seragam Sdnya. Baju putih, celana merah dan ikat pinggang. Hanya saja di leher Azka belum terkalung dasi karena mamanya lupa menaruh dasi di mana. Satu tahun hidup bersama Berlian membuat Azka mengerti seluruh sikap Berlian, salah satunya perempuan itu yang sangat pelupa saat menaruh barangnya.Azka bahagia hidup bersama mamanya di apartemen ini. Setiap satu minggu sekali nenek Ira dan

  • Perfect CEO   106. Perpisahan

    Hari ini Bara benar-benar akan pergi ke luar negeri. Pria itu sudah siap dengan kopernya, dibantu dengan Bian, pria itu memasukkan barang-barangnya ke mobil Bian. Azka menangis sembari merangkul leher omnya, bocah lima tahun itu tidak mau turun dari gendongan omnya, membuat Bara kesulitan menata barang-barangnya."Huu huuu ... hikss hiksss ...." Azka menangis sejak pagi karena tidak mau ditinggal pergi. Selama ini omnya lah yang mengurusnya. Mulai dari Azka bangun tidur sampai tidur lagi, Omnya lah yang mengurus. Sekarang bagaimana Azka bisa hidup tanpa Bara. Apalagi Bara akan meninggalkannya selama empat tahun. Bagi Azka itu bukanlah waktu yang singkat."Om, jangan pergi, Om." Azka merengek sembari memeluk leher Bara dengan erat."Azka, Om akan kembali lagi kok. Om Pergi hanya sebentar," bujuk Bara menurunkan Azka. tetapi Azka tidak mau turun, bocah itu semakin melingkarkan kakinya ke tubuh omnya."Bohong. Om pergi sangat lama, om

  • Perfect CEO   105. Maaf Yang Manis

    Brakkk!Berlian dan Bara menolehkan kepalanya ke pintu apartemen Berlian yang saat ini terbuka dengan lebar. Bian lah yang muncul di sana. Berlian menatap Bian dengan pandangan sangat garang, pintu apartemennya yang kokoh tak tertandingi kini rusak karena tendangan Bian."Bian!" desis Berlian dengan tajam."Eh maaf ... maaf bu tidak sengaja," ucap Bian bergegas menghampiri Berlian. Bian menatap Berlian dengan pandangan memelas agar Berlian tidak menghajarnya di sini. Namun fokus Bian teralih saat melihat bibir Berlian yang membengkak dengan bekas gigitan di ujunya. Dengan spontan Bian menatap ke arah Bara, bibir Bara pun demikian, membengkak parah dengan ujung yang berdarah."Ka ... kalian habis ngapain?" tanya Bian menunjuk bibir Berlian dan Bara. Kedua orang itu langsung mengusap sudut bibir masing-masing."Akhh!" Berlian mengaduh kesakitan saat mengusap bibirnya, bibirnya terasa perih.

  • Perfect CEO   104. Ciuman Pertama

    "Berlian, aku mengatakan yang sejujurnya," ucap Bara masih berusaha meyakinkan Berlian."Lalu apa kabar kamu yang tidak pernah menganggapku, Bar? Semua orang tahu kalau kamu akan pergi melanjutkan sekolah kamu. Bahkan ibuku dan Bian pun tahu, sedangkan aku? Bukankah sikap kamu yang seperti ini menandakan kalau aku tidak penting bagimu?" tanya Berlian bertubi-tubi."Kamu penting bagiku, Berlian.""Kalau penting kenapa kamu membohongiku, Bara? Kalau dari awal kamu mengatakan kamu menyukaiku karena paksaan Bian, lalu kamu jatuh cinta sama aku, pasti masalahnya tidak sampai seperti ini. Juga rasa sakit hatiku tidak akan sedalam ini. Tapi apa yang sudah kamu lakukan? Meski kamu sekarang sudah mencintaiku, tapi aku tidak bisa mengelak bahwa fakta mengatakan awal mula kamu mendekatiku itu adalah terpaksa," oceh Berlian."Apa gunanya memikirkan bagaimana awal kita bersama, Berlian? Yang penting saat ini kita sudah saling mencintai."

  • Perfect CEO   103. Mengunci Diri

    Sudah satu minggu Berlian mengunci dirinya di rumah, gadis itu tidak membiarkan siapa saja datang ke rumahnya. Setiap hari ada saja yang mencarinya, tetapi Berlian enggan membukakan pintu. Hpnya pun terus bergetar dan berdering nyaring menandakan ada pesan bertubi dan telfon. Berlian hanya meliriknya sekilas. Panggilan suara dari Bara dan Bian bergantian masuk. Sekali pun Berlian tidak ada niatan untuk mengangkatnya.Sudah satu minggu juga Berlian mangkir dari pekerjaanya, pekerjaan diambil alih oleh ibunya. Berlian sudah tidak menangis lagi, gadis itu hanya sedang berdiam diri di rumah sembari mengerjakan merk barunya seorang diri. Berlian juga menolak kerja sama dengan Kenan, kerja sama yang lalu Berlian putuskan dengan sepihak. Gadis itu hanya ingin melakukannya seorang diri, tanpa gangguan dari siapapun. Berlian mengerjakan semuanya dari rumah, berhubungan dengan orang-orang penting pun hanya via surel.Sekarang Berlian tahu kenapa banyak pria yang ingi

  • Perfect CEO   102. Putus Hubungan

    "Berlian, jangan pergi!" cegah Bara mencekal tangan Berlian. Berlian berusaha melepaskan cekalan tangan Bara, tetapi cekalan tangan Bara sangat kuat membuat tubuh gadis itu terhuyung menubruk tubuh Bara."Aku bisa jelasin semuanya, Berlian. Kamu dengerin dulu," titah Bara."Apa yang perku kamu jelasin, Bara. Kamu mau menjelaskan atau mau mengarang bebas? Semua sudah selesai, aku tidak butuh kamu lagi," teriak Berlian mendorong tubuh Bara dengan kencang sampai cekalan tangan Bara terlepas. Namun itu hanya sepersekian detik, setelahnya Bara kembali menarik tangan Berlian. Bukan hanya menarik, tapi juga merengkuh tubuh gadis itu."Berlian, aku akui pertama kali aku mendekatimu karena desakan dari Bian, tapi itu hanya bertahan dua hari, Berlian. Dua hari aku dipaksa, tapi aku jatuh cinta sama kamu setelah tiga hari sama kamu," ujar Bara dengan jujur."Bohong!" sentak Berlian. Berlian sudah berusaha untuk tidak menangis, tetapi nyatanya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status