Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 96. Surga Dalam Keraton

Share

96. Surga Dalam Keraton

Author: Gibran
last update Huling Na-update: 2025-07-18 06:00:37

Jaka Geni duduk di sebuah kursi kayu yang besar. Di hadapannya sebuah meja panjang dan lebar telah diisi dengan berbagai macam makanan dan buah-buahan.

Raja Rama dan Putri Maharani datang dan duduk bersebrangan dengan Jaka. Sedangkan Pangeran Arya duduk bersebelahan dengan Jaka.

"Kau pasti sangat lapar kan anak muda setelah bertarung seharian. Makanan ini dibuat oleh putriku sendiri, hahaha bahkan para juru masak hanya disuruh melihat!" ucap Raja Rama membuat Putri Maharani menunduk malu. Jaka tersenyum.

"Putri memang sangat perhatian. Sewaktu kami di perjalanan, dia juga yang sering membuat makanan. Rasanya juga sangat enak Raja," kata Jaka membuat Putri tersenyum malu sekaligus senang.

"Oh dia memang pintar memasak sebelum pergi ke Padepokan Atas Awan. Sedangkan adiknya itu, hanya bisa merengek!" ucap Raja sambil menunjuk ke arah Pangeran Arya. Yang disebut pun tertawa kecil.

"Aku masih keci
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Perjalanan Sang Batara   172. Raja Jagat Lelembut

    Kerajaan Jagat Lelembut tidak begitu beda dengan kerajaan manusia pada umumnya. Namun di kerajaan satu ini, terbilang sangat megah. Dari pintu masuk gaib itu mereka langsung berada di tengah Kerajaan dimana pusat Istana berada. Selama ratusan tahun Kalan Jaya dan Kalan Taka tidak pulang karena tugas. Berkat kecerdikan Jaka Geni membuat mereka sadar akan sesuatu sehingga mereka harus bertemu dengan Raja Jagat. Para wanita pelayan kerajaan itu membungkuk hormat kepada Dua Kalan yang baru saja datang. Sesekali mata mereka melirik ke arah Jaka Geni dan Tribuana Mahadewi. Jaka Geni santai saja berjalan sambil sesekali menoleh ke arah Mahadewi. "Apakah kau merasa terbiasa dengan aura di tempat ini Dewi?" tanya Jaka. "Iya tuan, ini serasa aku pulang ke kampung halaman sendiri." ucap Mahadewi sambil tersenyum. "Jaka, sebaiknya selama di tempat ini kau jangan menggunakan ajian itu jika tidak dalam keadaan terjepit." ucap Rara Wilis setengah berbis

  • Perjalanan Sang Batara   171. Berkelana Di Kerajaan Jagat Lelembut

    Gondo Sula telah sampai di Lembah Gerhana Bulan. Dengan nafas memburu dia masuk ke dalam kawasan Perkumpulan Gerhana Bulan itu dengan menuruni tebing terjal. Saat dia melewati tebing yang curam itu, dia melihat tumpukan tulang belulang manusia di bawah batu besar yabg seperti sengaja di tata rapi di sana. Sesaat Gondo memperhatikan tulang tersebut dan mengira-ngira apa yang terjadi pada mendiang orang-orang pemilik tulang tersebut. Dia pun terus melangkah menyusuri jalan besar yang di apit dua tebing curam. Suasana terasa sepi dan lengang. Gondo tak merasakan sedikit pun hawa kehidupan. Namun langkahnya menjadi pelan saat dia melihat jejak bekas pertarungan. Dia hanya bisa menduga bahwa Jaka Geni telah bertarung dengan sesuatu yang kuat. Sesampainya di gapura langkahnya terhenti. Puluhan pendekar berdiri rapi di halaman sebuah pondok besar. Mata Gondo Sula menyapu semua area tempat itu. Hanya ada puluhan orang yang terdiam terpaku tersebut. Gondo Sula benar-benar bingung, apa yan

  • Perjalanan Sang Batara   170. Mahkota Dewa

    Kalan Jaya dan Kalan Taka terkejut mendengar ucapan Jaka Geni. Mereka tak pernah berpikir jauh tentang Mahkota milik Raja Jagat Lelembut. "Kami baru sadar kali ini, mahkota itu memakan usia Raja bukan karena kekuatan Raja yang memakan usianya sendiri." ucap Kalan Taka. "Benar, pantas saja setelah Raja tidak lagi memakai Mahkota itu, Raja menjadi sehat kembali." timpal Kalan. Jaka Geni menepuk jidatnya. "Kalian ini bisa berpikir tidak si?" tanya Jaka bingung dengan pemikiran dua makhluk itu. "Jaka Geni, kau sungguh cerdas! Jika tak ada dirimu kami mana tahu sebab dari penyakit Raja kami!" puji Kalan Jaya. "Benar! Kau telah membuat tugas kami selesai dengan mudah setelah ratusan tahun! Hahaha" ucap Kalan Taka di susul tawanya yang menggelegar. Pendekar Tangan Gledek hanya melongo melihat kebodohan dua makhluk itu. "Apakah kalian tahu nama mahkota itu dan asal usulnya. Aku bisa mendengarnya dengan sabar." u

  • Perjalanan Sang Batara   169. Rahasia Tabib Dewa

    "Ada apa?" tanya Jaka Geni melihat dua makhluk itu melotot ke arahnya. "Apa hubunganmu dengan Tabib Dewa!?" tanya Kalan Jaya dengan nada menyelidik. Jaka Geni menatap dua makhluk itu silih berganti. "Aku hanya mencarinya untuk meminta tolong. Salah satu temanku terkena ajian Gondol Mayit milik Topeng Mas. Itu yang membuat aku membunuhnya karena dia melakukan tindakan buruk kepada wanitaku!" ucap Jaka membuat dua Kalan itu saling tatap. "Topeng Mas memang anak iblis dari Padepokan Gaib Pantai Selatan. Meski aku tidak menyalahkannya melakukan hal itu kepada wanita, tapi kami sekarang memaklumi dirimu yang telah membunuhnya. Kau adalah pria sejati. Berani bertaruh nyawa melawan orang sepertinya!" ucap Kalan Taka. "Apakah kalian mengenal dia? Sepertinya kalian tidak merasa asing dengan Topeng Mas." kata Jaka. "Di dunia gaib, siapa yang tidak kenal makhluk seperti dirinya. Dia sudah menjelma menjadi setengah manusia setengah dem

  • Perjalanan Sang Batara   168. Bertarung

    Kalan Jaya mengepalkan tinjunya. Dia tak habis pikir bagaimana bisa Kalan Jaya melindungi Jaka Geni yang seharusnya sudah mati di tangan nya. Kalan Taka tertawa keras melihat amarah kawannya itu. "Kau mau marah kepadaku? Aku tertarik pada bocah ini. Dia bisa menggunakan kekuatan Indra. Dan aku melihat ada kekuatan Brama dan juga Agni. Sungguh luar biasa. Sangat jarang bukan kita menemukan orang seunik dirinya. Aku ingin menanyakan beberapa hal kepadanya. Kalau kau membunuhnya, itu akan membuat rencana ku gagal." ucap Kalan Taka lalu tertawa melihat wajah Kalan Jaya yang serba salah. "Puih! Sialan! Gara-gara dia dua jariku patah! Lihatlah!" kata Kalan Jaya sambil menunjukan jarinya yang melesak ke dalam. Tulangnya yang sekeras besi bisa dipatahkan oleh Pendekar Tangan Gledek! Kalan Taka melotot sejenak lalu tertawa terkekeh-kekeh. "Hebat! Baru sekali ini ada manusia bisa melukai seorang siluman sehebat dirimu! Apakah kau tidak penasar

  • Perjalanan Sang Batara   167. Tak Berdaya

    Mata Kalan Jaya terbelalak melihat Jaka Geni yang masih berdiri tegak dengan aura petir menyelimuti tubuhnya. Dia mengucek matanya yang merah membara beberapa kali. "Tidak bisa di percaya! Kau masih hidup setelah di sambar gledek!?" seru Kalan Jaya dengan wajah tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Kalan Taka seketika berdiri dan menatap takjub pada pemuda yang masih berdiri tegak itu. "Pemuda hebat! Ini hal yang sangat langka!" ucapnya sambil mengelus jenggotnya. Seruling di tangan Jaka bergetar. Dengan gerak cepat Jaka meniup sepuluh kali tiupan. Makhluk merah berkepala botak itu terkejut. Meski hampir tidak terasa gelombang serangan dari seruling itu, namun Kalan Jaya bisa merasakan aura bahaya yang mengincar tubuhnya. Dengan gerakan sangat cepat dia berkelit ke sana kemari menghindari serangan gelombang sakti yang tak terlihat. Di luar dugaan Kalan Jaya, Jaka Geni justru memanfaatkan kesibukan dirinya untuk menyerang dengan ajian Gledek Sambar Nyawa! Kecepatan Jaka ham

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status