Share

Pembunuh Bayaran

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-21 22:13:36

Perkataan Rajendra, yang penuh ketulusan dan kepercayaan, sungguh menyentuh hati Asmaran. Rasanya seperti sebuah gelombang kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya, menghapus keraguan yang selama ini bersarang di hatinya.

Asmaran tidak lagi merasa sekadar terikat oleh kekalahan dalam pertarungan, melainkan terinspirasi, hatinya kini dipenuhi tekad bulat untuk menjadi pengikut setia Rajendra. Ini adalah takdir yang jauh lebih besar dari sekadar pandai besi di hutan terpencil.

“T-Tuan membutuhkan saya? Apa tidak salah?” tanya Asmaran, suaranya sedikit bergetar karena emosi yang meluap, seolah ia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Apakah dia, seorang pandai besi sederhana, pantas mendapatkan kepercayaan dan kehormatan seperti ini dari seorang yang luar biasa seperti Rajendra?

Rajendra tersenyum tipis, matanya memancarkan keyakinan yang tak tergoyahkan. Ia meletakkan tangannya di pundak Asmaran, menepuknya beberapa kali dengan hangat. Sebuah sentuhan yang mengalirkan kekuatan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kekuatan Wasita

    Rajendra berdiri tegak di hadapan Raja Wicaksana, suaranya tenang namun penuh keyakinan. Matanya memancarkan tekad yang tak tergoyahkan, seolah seluruh alam semesta tunduk pada kehendaknya."Saya tidak tahu bagaimana kalian semua bisa masuk ke dalam wilayah Kerajaan Angkara dan membuat keributan serta kemaksiatan seperti ini di tanah kami," kata Rajendra, pandangannya menyapu kerumunan pengawal dan wanita penghibur. "tapi satu yang pasti, aku tidak akan membiarkannya terjadi. Aku akan menegakkan kembali ketertiban di sini!"Tama dan yang lainnya, para pengikut setia Rajendra, merasa cemas. Mereka bisa merasakan aura kemarahan Raja Wicaksana, yang meski berusaha disembunyikan, tetap terasa menekan.Keberanian Rajendra dalam berbicara langsung kepada seorang raja, dan bahkan menantangnya, membuat jantung mereka berdebar kencang. Mereka sadar akan potensi bahaya besar. Namun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain berdiri siaga, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.Raja Wicaksana

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Raja Wicaksana

    Setelah melahap habis roti lezat buatan Rajendra, mata Wasita berkilat penuh energi baru. Kelezatan yang tak terduga itu seolah menyuntikkan semangat baru ke dalam dirinya. Ia menepuk perutnya yang kenyang, senyum bangga terpahat di bibirnya."Baiklah, aku akui makananmu memang luar biasa, kepala keamanan desa!" kata Wasita, suaranya dipenuhi antusiasme. "aku tidak pernah menyangka ada makanan seenak ini di desa terpencil. Sekarang, ayo kita mulai pertarungannya! Aku sudah tidak sabar!"Wasita berdiri tegak, membusungkan dada. Aura seorang pendekar terpancar dari tubuhnya yang kekar. Dengan langkah mantap, ia melangkah maju, tangannya mencengkeram erat gagang pedangnya.Di belakangnya, para anak buahnya bersorak-sorai penuh semangat, mengelu-elukan nama Wasita, memberikan dukungan penuh kepada pemimpin mereka."Ayo, Senapati Wasita! Tunjukkan kekuatanmu! Hancurkan si sombong itu!""Jangan biarkan dia mempermalukan Kerajaan Widyaloka!"Sorakan mereka menggema di tengah hutan, memecah k

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Rencana Rajendra

    Tama dan yang lainnya, para pengikut setia Rajendra, merasa khawatir dengan keberanian sang pangeran. Mereka sadar akan posisi mereka saat ini.Di hadapannya adalah rombongan kecil, sementara di hadapan mereka ada pasukan pengawal Raja, ditambah Raja itu sendiri. Sebuah pertarungan terbuka pasti akan berakhir buruk."Yang Mulia," bisik Tama, suaranya dipenuhi urgensi, "di hadapan kita adalah rombongan raja. Apakah kita bisa mengatasinya? Mereka, pasti sangat kuat, dan tentu, tidak hanya segini saja penjagaan mereka. Pasti lebih banyak lagi, mungkin beberapa puluh meter dari sini ada pasukan lain yang tidak terlihat. Kita kurang pasukan, Yang Mulia."Tama melanjutkan, kekhawatirannya tergambar jelas di wajahnya. "Jangan sampai rencana besar kita ke depannya gagal hanya karena masalah kecil. Ini terlalu berisiko."Rajendra berpikir jika dikatakan oleh Tama memang benar. Ia percaya diri bisa mengatasi sepuluh atau dua puluh pasukan di depan mereka dengan kekuatannya sendiri, dibantu oleh

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kerajaan Widyaloka

    Kondisi di sana semakin panas saja. Cahaya api unggun yang berkedip-kedip menyorotkan bayangan-bayangan yang menari di antara pepohonan.Terlihat lebih jelas lagi jika mereka seperti sedang mengadakan pesta pora liar di tengah hutan. Ada guci-guci minuman keras berserakan, dan wanita-wanita dengan pakaian minim meliuk-liuk dalam tarian yang memprovokasi, dikelilingi oleh para pria yang tertawa-tawa dengan suara parau.Ketika Rajendra dan rombongannya sedang memperhatikan, bersembunyi di balik semak-semak lebat, tiba-tiba terdengar suara serak seorang pria yang menyadari kehadiran mereka. Sebuah suara yang menusuk keheningan malam."Hey, siapa di sana?! Keluar! Jangan bersembunyi seperti tikus got!" teriak pria itu, suaranya dipenuhi amarah dan sedikit kekacauan karena pengaruh minuman."Bagaimana ini, Yang Mulia? Kita ketahuan?" bisik Sarta, nadanya panik, matanya membelalak. Ia mencengkeram erat gagang pedangnya.Rajendra tetap tenang. Aura kepemimpinan yang kuat memancar dari diriny

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Suara Teriakan

    Surapati mengerutkan keningnya dalam-dalam, mendengar apa yang dikatakan oleh Layung. Sebuah kilasan informasi tiba-tiba muncul di benaknya, sebuah ingatan yang samar namun penting."Serbuk itu dari Kerajaan Lingga," kata Surapati, nadanya serius, matanya menyipit saat otaknya memproses informasi itu.Kerajaan Lingga terkenal dengan keahlian mereka dalam meracik ramuan, termasuk serbuk tidur yang sangat kuat."Tapi bagaimana bisa mereka masuk ke Kerajaan Angkara dan mencuri di wilayah kita?" tanya Surapati tanpa perlu jawaban."Oh iya, saya juga ingat, Paman!" seru Layung, mengangguk cepat, seolah ingatannya baru saja kembali sepenuhnya setelah efek serbuk itu sirna. "hanya mereka yang bisa membuat serbuk tidur seampuh itu. Jadi, ini pasti ulah orang-orang dari Kerajaan Lingga!"Kemarahan Surapati semakin membara. Bukan hanya sapi Rajendra yang hilang, tetapi ini juga merupakan pelanggaran batas wilayah dari kerajaan lain. Ia segera mengalihkan perhatiannya."Tidak ada waktu lagi untu

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Serbuk Tidur[?]

    Guntur, dengan mata terbelalak, segera menunduk dan mulai menghitung ulang dengan tergesa-gesa. "Satu, dua, tiga ... delapan," gumam Guntur, suaranya tercekat. Ia mengangkat wajahnya, menatap Rajendra dengan ekspresi tak percaya yang sama dengan Sarta. "Yang Mulia, benar-benar hanya delapan ekor! Bagaimana ini bisa terjadi?" Guntur panik. Sarta menggaruk kepalanya, kebingungan melukis jelas di wajahnya. "Oh iya, cuma delapan. Apakah sapinya lepas atau dicuri, Yang Mulia?" Rajendra mendengus, kesabarannya menipis. Cahaya rembulan yang samar-samar menerangi area itu memperlihatkan urat-urat menonjol di pelipisnya. "Jangan banyak berpikir! Cepat cari keburu pencurinya jauh!" serunya, suaranya tajam dan penuh perintah, memecah keheningan malam yang mencekam. Sarta dan Guntur tidak membuang waktu sedetik pun. Mereka langsung bergerak, berlari tergesa-gesa ke arah belakang rumah, tempat jalan setapak yang sempit membentang. Jalan itu adalah salah satu jalur yang bisa menghindar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status