Share

Bab 3 Aku adalah Nona Pertama Su!

“Oh ya ampun!”

Pekikan nyaring itu membuat lamunan Su Li buyar. Dia menoleh dan mendapati sosok Xiaolan telah kembali dengan sebuah nampan berisi teko panas di tangannya.

“Nona, apa yang kau lakukan!?” seru gadis pelayan itu seraya meletakkan nampan ke atas meja dan menghampiri Su Li dengan wajah khawatir. “Kenapa kau mematahkan bukti perjodohanmu dengan Tuan Muda Pertama Wang!?”

Mendengar kalimat Xiaolan, Su Li pun menoleh ke bawah, pada tangannya yang sedang mengepal. Dia membuka kepalan itu dan baru menyadari bahwa konde kayu dalam genggamannya telah patah menjadi dua keping.

Melihat hal tersebut, Su Li tersenyum sinis. Andai itu adalah tulang Wang Jing.

Senyuman Su Li membuat Xiaolan agak bergidik ngeri. Tidak pernah sekali pun dia melihat nonanya yang pendiam dan lembut menampakkan wajah seperti itu.

“N-Nona, kau baik-baik saja?” tanya Xiaolan lagi dengan agak takut.

Pertanyaan Xiaolan membuat wajah Su Li kembali datar. Dia melemparkan konde tersebut kepada sang pelayan dan berkata, “Buang. Aku tidak ingin melihatnya lagi.”

Xiaolan yang dengan panik menerima konde tersebut langsung kebingungan. “T-tapi Nona, benda ini pasti akan ditanyakan di pertemuan pertunangan!”

Su Li mendengus, lalu berkata, “Bagus … dengan begitu aku tidak perlu basa-basi ketika ingin membatalkan pertunangan itu.”

Mata Xiaolan membola, merasa dirinya salah dengar. Akan tetapi, Su Li mengabaikan kekagetan pelayan pendampingnya itu dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

Langit telah memberikanku kesempatan kembali ke masa lalu, jadi … tidak akan aku ulangi kesalahan yang sama!’ Mata wanita itu diselimuti dendam mendalam. ‘Aku harus memutuskan pertunanganku dengan Wang Jing!

Berpikir demikian, Su Li langsung menatap Xiaolan.

“Di mana Ayah?”

Xiaolan pun cepat-cepat menjawab, “Tuan berada di aula besar. Dia sedang menunggu kedatangan rombongan keluarga Wang.”

Akhirnya, Su Li pun melewati Xiaolan dan berjalan meninggalkan kamar.

“N-Nona! N-Nona mau ke mana!?” Xiaolan langsung mengejar dengan tergesa-gesa.

Tanpa menoleh, Su Li menjawab, “Ke mana lagi? Aku ingin menemui Ayah.”

Mata Xiaolan mendelik. “Tapi aku belum meriasmu kembali, Nona. Kau bahkan tidak mengenakan cadarmu. Bukankah Tuan akan marah?”

Mendengarkan ucapan Xiaolan, Su Li mendengus dingin. Benar juga, dia lupa dirinya tidak sedang mengenakan cadarnya.

Dulu, di kediaman Su ada satu peraturan utama yang paling tidak boleh Su Li langgar, yakni berkeliaran di kediaman tanpa menggunakan cadarnya. Hal itu karena kalau dirinya bertemu dengan sang ayah, pria itu akan marah besar.

Mungkin, pria itu akan kembali teringat bahwa dia kehilangan istri tercintanya untuk seorang anak cacat tidak berguna,’ batin Su Li menertawakan betapa lemah ayahnya, mengendalikan emosi saja tidak bisa.

Namun, apa mengetahui hal itu akan membuat Su Li mengenakan cadarnya lagi?

Tidak! Sudah cukup di kehidupan lalu dia mengais kasih sayang sang ayah, yang pada akhirnya tidak mendapatkan balasan sampai akhir hayatnya. Demikian, di kehidupan ini, Su Li tidak akan lagi berusaha untuk hal yang sia-sia!

Oleh karena itu, Su Li berkata pada Xiaolan, “Cepat atau lambat, mereka akan tahu mengenai parasku. Jadi, untuk apa menyembunyikannya?” Dia tidak lupa menambahkan, “Lagi pula, tujuanku adalah untuk membatalkan pertunangan. Lebih tidak suka keluarga Wang padaku, maka semakin baik!”

Mata Xiaolan membesar. Ternyata, tadi dia tidak salah dengar. Sang nona sungguh ingin membatalkan pertunangannya!

“T-tapi kenapa, Nona!? Bukankah kau begitu mencintai Tuan Muda Wang? Kenapa mendadak ingin membatalkan pertunangan!?” tanya Xiaolan.

“Aku bahkan tidak mengenalnya, atas dasar apa aku mencintainya?” balas Su Li tanpa menghentikan langkah.

Selain reputasi dan parasnya, Su Li bahkan tak pernah bertemu maupun memahami sifat Wang Jing. Cinta apanya? Konyol!

Memaki kebodohan dirinya sendiri di masa lalu, Su Li menegaskan, “Di kehidupan ini, aku tidak akan pernah bersedia menikah dengan Wang Jing!”

“Kau bilang apa?”

Suara yang mendadak menyela percakapan Su Li dan Xiaolan membuat langkah keduanya terhenti. Mereka menoleh cepat, menatap seorang pemuda tampan dengan jubah putih yang datang dari arah samping. Mata hitamnya yang cerah dan penuh semangat tampak menatap Su Li dengan saksama.

“T-Tuan Muda Kedua …,” sapa Xiaolan dengan hormat.

Ya, pemuda itu adalah Su Hao, adik tiri laki-laki Su Li dan kembaran Su Mei. Pemuda yang berdasarkan cerita Xiaolan tadi telah mendorong Su Li ke kolam karena kesal melihatnya bahagia.

Sejauh Su Li bisa mengingat, Su Hao dikenal sebagai individu yang ramah dan memiliki reputasi yang cukup baik di publik. Dia dikelilingi banyak gadis yang menginginkan perhatiannya, juga kawan pria yang mengaguminya.

Akan tetapi, entah kenapa … hanya kepada Su Li adik tiri laki-lakinya itu bersikap begitu buruk. Su Hao bukan hanya sering menjahilinya, tapi juga mempermalukannya di depan publik dengan sengaja.

Merasa diabaikan oleh Su Li yang hanya terdiam, Su Hao pun menghampiri kakak tirinya itu sembari mengentakkan kaki, sengaja ingin mengintimidasi. “Apa kau tuli!? Aku bertanya padamu tadi kau bilang apa!?”

Namun, bahkan setelah dia berdiri menjulang di hadapan kakak tirinya tersebut, Su Li masih diam. Hal tersebut membuat Su Hao naik pitam.

“Aku berbicara pada—”

“Berhenti berteriak, apa kau tidak diajarkan tata krama?” balas Su Li dengan dingin, membuat bukan hanya Su Hao, tapi Xiaolan dan pelayan lain yang ada di tempat terkejut.

Apa Su Li … baru saja menyindir Su Hao?!

Tangan Su Hao mengepal. “Kau! Beraninya kau—”

“Su Hao.” Su Li memotong ucapan Su Hao. “Apa tata kramamu hanya digunakan di depan orang luar?”

Kening Su Hao berkerut. Dia tidak percaya kakak tirinya yang selalu pendiam itu berakhir memakinya di depan orang banyak!

Su Hao pun berujar, “Su Li, apa kau sungguh telah kehilangan kewarasan—”

PLAK!

Suara tamparan nyaring terdengar diikuti pekikan beberapa pelayan.

“Astaga! N-Nona Pertama, kenapa kau menampar Tuan Muda Kedua!?” seru salah seorang pelayan dengan mata terbelalak. “Apa kau tidak takut hal ini kami laporkan kepada Tuan!?” ancamnya.

Di saat mendengar pertanyaan tersebut, manik Su Li bergeser menatap sang pelayan, membuat pelayan tersebut terkesiap dan bungkam, ngeri dengan tatapan mematikan yang dilemparkan padanya.

“Aku adalah nona pertama di kediaman ini, juga kakak dari tuan muda keduamu ini.” Su Li menatap Su Hao yang sedang menyentuh pipi kanannya dengan wajah tidak percaya. “Saat seorang adik berperilaku seperti orang liar tanpa sopan santun, sudah seharusnya seorang kakak membantu mewakili orang tua untuk menyadarkannya, bukan begitu?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status