Istri Dadakan Dosen Idaman

Istri Dadakan Dosen Idaman

last update最終更新日 : 2025-08-01
作家:  Sity Mariahたった今更新されました
言語: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
評価が足りません
7チャプター
13ビュー
読む
本棚に追加

共有:  

報告
あらすじ
カタログ
コードをスキャンしてアプリで読む

"Lalu kamu mau sampai kapan hidup seperti ini? Dikeluarkan dari kampus, dipanggil polisi karena tawuran, dilaporkan karena menabrak kendaraan dalam kondisi mabuk?" "Oma ... aku masih muda. Aku masih pengin hidup bebas, jalanin hidupku sendiri!" Regita merengek. Suaranya mulai pecah, tubuhnya gemetar menahan gejolak dalam dada. Menikah bukan keinginannya. Pernikahan orangtuanya yang berantakan, menyisakan trauma untuk Regita. "Cukup!" potong Oma dingin. "Semuanya sudah Oma bicarakan pada keluarga calon suamimu. Lamaran akan dilakukan hari Sabtu ini dan menikah secepatnya di Minggu depan." "Omaaaa—!" Regita menjerit frustasi, melempar bantal sofa ke lantai. Regita terdiam dalam tangis yang tertahan. Sekuat apa pun ia ingin melawan, ia tahu hidupnya masih bergantung pada sang Oma. Rumah tinggal, biaya hidup, bahkan nama keluarganya. "Kalau kamu tetap menolak." Suara Oma kembali terdengar, pelan tapi menusuk. "Mulai besok, kamu silakan cari tempat tinggal sendiri. Uang sakumu, makan, fasilitas, dan semua yang kamu gunakan, akan Oma cabut." Regita terdiam. Sang Oma sedang tidak main-main. "Bereskan dirimu. Jangan buat hal memalukan lebih besar lagi. Berhenti main-main dan kamu harus berubah!" Menikah? Satu hal yang tidak pernah masuk ke dalam harapan Regita, tapi justru akan menjadi kenyataan yang tidak bisa ia hindarkan.

もっと見る

第1話

IDDI - 1

"Drop out? Lagi?" Larissa memijat pelipis setelah menghempas bobotnya di sofa dan surat DO sang keponakan masih di tangan.

"Kalau bukan perintah Oma kamu, lebih baik Tante menetap di New Zealand, ngurus domba-domba berbulu cantik daripada ngurusin kamu yang bikin tensi naik!" hardiknya pada perempuan berusia dua puluh tiga tahun yang kemudian menjatuhkan bobotnya di hadapan Larissa.

"Ya elah, Tan. Aku gak minta diurusin juga kok. Aku bisa hidup sendiri, tahu!" seru Regita, menyandarkan tubuhnya dengan cuek, kedua lutut dilipat dan dagunya bertumpu di atasnya.

Larissa memutar bola mata, lalu berdiri hendak meninggalkan ruangan sebelum tensinya benar-benar meledak karena kenakalan sang keponakan.

Tapi belum sempat satu langkah pun ia ambil, suara langkah kaki berat dan dentingan ujung tongkat terdengar dari arah pintu utama.

Deg.

Keduanya menoleh bersamaan.

Seorang perempuan tua dengan sorot mata tajam dan rambut putih yang ditata rapi berdiri di ambang pintu. Wibawanya tak luntur sedikit pun meski usia telah membuat tubuhnya sedikit membungkuk. Dialah Nyonya Arlinda, sang Oma, kepala keluarga sekaligus pemegang kendali atas hidup Regita.

"Oma pikir sudah cukup melihatmu mempermalukan nama keluarga kita, Git," ucapnya datar namun dingin. "Hukuman apapun, tidak membuat kamu jera dan berubah." Sang Oma sudah melangkah masuk dan berdiri di hadapan putri serta cucunya.

Regita terdiam. Bahkan Larissa pun tak berani bersuara.

"Apalagi yang dia lakukan, Rissa?" tanya Oma pada Larissa, putri bungsu yang ia tugaskan menjaga Regita.

Larissa menghela napas berat. Menyerahkan surat DO yang baru saja didapatnya dari kampus ketiga tempat Regita kuliah.

"Dia berantem sama laki-laki, teman satu kelasnya, Ma. Tangan kanan laki-laki itu sampai patah. Untungnya pihak keluarga mau diajak berdamai, menerima uang kompensasi yang keluarga berikan, dan enggak sampai dibawa ke jalur hukum. Dan ya, putusan akhirnya Regita kembali di DO dari kampusnya," jelas Larissa pada sang mama.

Nyonya Arlinda tampak merenung. Tidak habis pikir dengan cucu perempuan satu-satunya itu yang lebih mirip preman. Senang berkelahi, senang tawuran dan juga pembuat onar.

"Baiklah. Oma sudah siapkan jalan keluar untukmu, Git," ucapnya tenang. "Kamu akan menikah. Minggu depan."

"Apa?!" Regita bangkit berdiri. "Oma nggak bisa asal—"

"Oma tentu bisa," potong Oma tegas. "Kamu akan menikah dengan anak dari sahabat lama keluarga kita. Laki-laki baik, disiplin, punya masa depan. Mungkin dia satu-satunya harapan terakhir untuk membuatmu jadi manusia dengan sikap normal."

Regita menatap Larissa, berharap ada pembelaan. Tapi yang ia dapati hanya anggukan pasrah.

"Siapkan dirimu, Git. Ini bukan tawaran. Ini perintah." Nyonya Arlinda berucap tegas. Jika Regita bisa menentang Larissa yang hanya adik kandung mendiang sang mama, tapi tidak pada sang Oma.

"Oma gila, ya?! Mana bisa aku nikah sama orang yang bahkan aku nggak kenal!" Regita membentak, suaranya gemetar antara marah dan panik.

"Apa Oma pikir aku ini barang lelang yang bisa dijodohin seenaknya?! Aku bukan anak kecil lagi, Oma!" lanjutnya berusaha protes, tapi suaranya terdengar menentang.

Nyonya Arlinda tetap tenang, hanya menatap cucu satu-satunya itu tanpa goyah sedikit pun.

"Lalu kamu mau sampai kapan hidup seperti ini? Dikeluarkan dari kampus, dipanggil polisi karena tawuran, dilaporkan karena menabrak kendaraan dalam kondisi mabuk?" Suaranya kini sedikit meninggi. "Kamu pernah memikirkan harga diri keluarga kita setelah semua yang kamu lakukan? Kamu kira hidup hanya untuk bersenang-senang dan main-main, hah?"

"Oma ... aku masih muda. Aku masih pengin hidup bebas, jalanin hidupku sendiri!" Regita merengek. Suaranya mulai pecah, tubuhnya gemetar menahan gejolak dalam dada.

Menikah bukan keinginannya. Pernikahan orangtuanya yang berantakan, menyisakan trauma untuk Regita.

"Cukup!" potong Oma dingin. "Semuanya sudah Oma bicarakan pada keluarga calon suamimu. Lamaran akan dilakukan hari Sabtu ini dan menikah secepatnya di Minggu depan."

"Omaaaa—!" Regita menjerit frustasi, melempar bantal sofa ke lantai.

Larissa hanya menghela napas panjang. Ia paham betul, saat ibunya sudah berkata seperti itu, maka tak ada yang bisa diubah.

Regita terdiam dalam tangis yang tertahan. Sekuat apa pun ia ingin melawan, ia tahu hidupnya masih bergantung pada sang Oma. Rumah tinggal, biaya hidup, bahkan nama keluarganya.

"Kalau kamu tetap menolak." Suara Oma kembali terdengar, pelan tapi menusuk. "Mulai besok, kamu silakan cari tempat tinggal sendiri. Uang sakumu, makan, fasilitas, dan semua yang kamu gunakan, akan Oma cabut."

Regita terdiam. Sang Oma sedang tidak main-main.

Di situlah, untuk pertama kalinya dalam hidup, Regita merasa benar-benar kalah.

"Bereskan dirimu. Jangan buat hal memalukan lebih besar lagi. Berhenti main-main dan kamu harus berubah!"

Nyonya Arlinda membalikkan badan dan meninggalkan ruang tamu, menyisakan keheningan dan tekanan yang mencekik. Sementara Regita hanya bisa terduduk di lantai, menunduk, dan meninju lantai dengan frustrasi.

Menikah? Satu hal yang tidak pernah masuk ke dalam harapan Regita, tapi justru akan menjadi kenyataan yang tidak bisa ia hindarkan.

もっと見る
次へ
ダウンロード

最新チャプター

続きを読む

読者の皆様へ

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

コメント

コメントはありません
7 チャプター
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status