Share

4

Della merasa bosan berada didalam kamar yang ukurannya tak lebih besar dari kamar kos miliknya. Ruangan yang hanya terdiri dari ranjang berukuran queen size dengan dua buah nakas disisinya serta sebuah lemari dua pintu itu memang sedianya hanyalah sebuah kamar tamu yang berada dilantai dua didalam rumah mewah ini. Sambil mengoyang-goyangkan kakinya, ia duduk di pinggir ranjang memainkan ponsel keluaran terbaru miliknya yang baru saja dibelikan oleh Cakra seminggu yang lalu. Meski matanya tertuju pada ponsel pintar itu namun dalam hatinya ia menggerutu kesal menunggu Cakra yang tak kunjung datang. Beruntung masa masa morning sickness yang biasa diderita ibu hamil sudah ia lewati. Setidaknya ia tak kesulitan melewati pagi ini seorang diri.Sepuluh menit berlalu, suara derit pintu membuatnya mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Maaf ya sayang, kamu lama nunggu ya?" Lelaki berbadan tegap dengan paras rupawan itu menghampirinya dan memeluknya sambil bergelut manja di bahunya. "Mas Cakra ngapain aja sih, aku bosan tau sendirian disini." keluh Della. Paham suasana hati kekasih gelapnya itu sedang merajuk, Cakra merogoh kantong celananya dan mengambil sesuatu dari dalamnya.

"Nih supaya kamu ga ngambek terus, mas punya sesuatu buat kamu." Della yang semula bermuka masam seketika menjadi senang kala Cakra menunjukan sebuah cincin berlian yang indah yang ia yakin harganya mahal. "Serius mas ini buat Della?" Berlagak tak percaya namun tetap mengambil cincin dari tangan Cakra, Della terkesima dengan kecantikan cincin berlian itu. Cincin yang tak pernah ia miliki seumur hidupnya. "Iya dong sayang, mas serius ngasih ini buat kamu. Masa mas bercanda. Nah sekarang kamu pakai cincin itu dan tunggu di bawah. Mas mau membereskan semuanya sebelum Imas balik dari pasar." Ucap Cakra. Della sudah paham maksud dari perkataan Cakra. Tanpa disuruh dua kali, ia mengambil tas dan ponselnya lalu menuju ke lantai dasar. Sedangkan Cakra menyusul lima menit kemudian.

Turun dari tangga, Della disuguhkan pemandangan seorang wanita tergeletak didepan meja makan. 'Sekarang aku yang menjadi nyonya dirumah ini dan bersiaplah menghadapi neraka yang akan menjadi tempat tinggalmu' batin Della sambil melangkahi Kania, sang pemilik rumah.

Imas hanya bisa tertunduk lemas kala majikannya mengancam dirinya. Satu hal yang paling ia takuti didunia ini adalah kehilangan anak lelaki satu-satunya. Ia sudah bekerja untuk Tuan Cakra dan Nyonya Kania sejak lima tahun lalu. Selama ini tak pernah ada masalah dalam pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga, pun dengan kedua majikannya itu. Bahkan Kania sebagai nyonya di rumah itu selalu berlaku baik padanya bahkan sudah menolong dirinya saat anaknya yang baru berusia tujuh tahun tiba-tiba didiagnosis menderita sakit kanker otak. Kania tanpa pamrih membiayai seluruh pengobatan anaknya.

Namun sekarang dihadapannya, tuan Cakra mengancam akan meminta Imas mengembalikan seluruh biaya yang telah dikeluarkan istrinya itu jika ia tak menuruti semua perintah tuan Cakra. Sesungguhnya ia ingin sekali menolak karena ia berhutang budi pada nyonya Kania, namun dari mana ia bisa mendapatkan uang sebesar tiga ratus juta. Bahkan jika ia bekerja dua puluh empat jam setiap harinya di berbagai tempat, ia tetap tak akan mampu melunasi hutang-hutangnya.

Dan tak hanya itu saja, bahkan tuan Cakra mengancam akan membuat Yogi, mantan suaminya yang merupakan seorang narapidana dan seorang pecandu narkoba itu, mengambil anak mereka. Bagaimana bisa ia mengalahkan kekuasaan tuan Cakra yang begitu besar jika ia menolak perintah dan menolong nyonya Kania.

Imas kini hanya bisa merasa bersalah pada nyonya Kania. Ia juga merasa kasian bagaimana bisa nasib buruk menimpa orang sebaik nyonya Kania. Namun ia hanyalah orang kecil, seorang. rakyat jelata yang miskin. Ia tak bisa berbuat banyak selain tetap bekerja dan mungkin ia bisa memberi bantuan sedikit bagi nyonya Kania.

Sementara itu, setelah beres membungkam Imas Cakra menghampiri Della yang sedang sarapan. "Sayang, habis ini mas berangkat kerja ya. Mulai sekarang kamu santai dirumah aja, ga usah kerja lagi. Kamu fokus jagain si jabang bayi aja ya." Cakra mengelus lembut rambut Della yang di cat berwarna kemerahan. "Mas yakin sudah beresin semuanya? Terus masalah pernikahan kita gimana mas? Sebentar lagi perut aku bakalan keliatan dan orang tuaku pasti akan tahu." Sebenarnya orang tua Della sudah tahu bahwa ia sedang hamil. Bahkan mereka sudah tahu niat busuk Della sejak awal. Kehidupan mereka yang miskin membuat mereka menghalalkan segala cara supaya anak perempuan tertua dikeluarga mereka bisa menjerat seorang pria kaya raya demi menaikkan derajat mereka.

"Kamu tenang aja, aku bakal urus semuanya. minggu depan bisa dipastikan kamu sudah menyandang gelar nyonya Cakra Wibisono." Mendengar penuturan Cakra yang penuh keyakinan, Della pun tersenyum sumringah terlebih ketika mendengar gelar nyonya Cakra Wibisono yang akan disematkan untuk dirinya. Bye bye kemiskinan batin Della.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status