Home / Zaman Kuno / Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga / CHAPTER 2 : Permintaan sang Kaisar

Share

CHAPTER 2 : Permintaan sang Kaisar

Author: soareii
last update Last Updated: 2025-08-11 10:45:36

“Hohoho! Ini sudah seperti reuni keluarga!”

Suara tawa ringan namun menggema memenuhi ruang tamu megah kediaman keluarga Valor. Di ambang pintu, seorang pria berdiri dengan jubah panjang berbordir lambang kekaisaran, kainnya berkilau seperti langit saat fajar menyingsing. Rambut panjang keemasannya jatuh ke bahu, begitu terang hingga hampir menyilaukan seolah cahaya mentari sengaja memantul darinya. 

Yang Mulia Kaisar Aurelian Emanon Valor. Kaisar yang saat ini berkuasa di Kekaisaran Valory dan kembaran dari Winona.

“Sudah, cepat katakan. Kau datang kemari untuk apa?” suara Winona terdengar dingin, nyaris tak menyembunyikan kekesalannya. Di seluruh Kekaisaran Valory, hanya Winona yang berani berperilaku tidak sopan kepada sang Kaisar.

Kaisar Aurelian tersenyum lebar lalu melangkah disertai angin lembut yang tak berasal dari jendela manapun. Langit yang tadinya cerah di luar tiba-tiba mendung dalam sekejap —awan menggulung pelan di atas kediaman Keluarga Valor, seolah menyesuaikan suasana hati penguasa Kekaisaran.

“Hei, sudah seminggu kita tidak bertemu, dan begini perlakuanmu pada adik kesayanganmu?” balas sang Kaisar ringan sambil mendudukan dirinya di sofa empuk.

“Maaf saja. Aku tidak punya adik semenyebalkan dirimu,” Winona membalas dengan nada tajam, kedua tangannya terlipat di dada. Rambut emasnya yang tak kalah terang berkilau. Di ujung-ujung helaian rambutnya, semburat biru pucat tampak samar seperti riak di permukaan danau yang tenang, menandakan kemampuannya mengendalikan elemen tersebut.

“Hahaha.. kau sekejam biasanya, kak.”

Winona menghela napas entah sudah berapa kali hari ini. "Jadi.. kau mau apa kemari?" tanya Winona sambil mendekat dan duduk di hadapan Aurelian diikuti Caleb dari belakang beserta Rhanora.

“Kau tahu alasanku kemari, dan kebetulan juga ada Rhanora disini.”

Mendengar namanya disebut membuat Rhanora mengernyit bingung namun ia tidak langsung menanyakan maksud dari sang paman.

“Aurelian—”

“Aku datang sebagai seorang Kaisar hari ini,” potong sang Kaisar Valory tanpa segan. Ia menatap lurus kearah manik mata biru laut milik kakak kembarannya ini. “Aku tahu jawabanmu, kak. Tapi setidaknya biarkan Rhanora mengetahui hal ini.”

Suasana pun terasa mencekik, Rhanora dapat merasakan ketegangan antara ibunya dan pamannya. Seolah mereka sedang beradu siasat.

“Apa ini soal pertunangan Rhanora yang batal?” tanya Caleb memastikan, karena ia sendiri juga tidak yakin maksud kedatangan Aurelian. Ia melirik kearah wajah istrinya yang datar, mencoba memahami keadaan.

“Ah, rupanya kakakku tercinta tidak memberitahumu ya. Yah tidak masalah, ini sangat sejalan dengan cara pikirannya berjalan.”

Winona menghela napas. “Kalau kau ingin mengatakan sesuatu, lebih baik kau katakan sekarang sebelum aku mengusirmu.”

Aurelian tersenyum, lalu ia mengalihkan padangannya kearah Rhanora dan senyuman diwajahnya berubah serius. 

“Rhanora, aku mendengar kau baru saja memutuskan pertunangan jadi kupikir ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengatakannya.”

Sang Kaisar terdiam sejenak, lalu dengan nada serius ia akhirnya membuka mulut lagi. “Aku ingin kau menikah dengan Kaisar Thagon yang baru naik takhta, Shang Liwei.”

“Apa?” 

Mendengar perkataan dari sang paman membuat Rhanora terkejut bukan main. Menikah dengan.. siapa? pikir Rhanora linglung.

“Yang mulia Kaisar—” belum sempat Caleb mengatakan opininya dengan wajah tertekuk, Aurelian sudah lebih dahulu memotong sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan Caleb berbicara.

“Aku mengerti tapi ini bukan permintaan dariku sebagai seorang paman melainkan permintaanku sebagai seorang Kaisar.”

Artinya ini merupakan hal mutlak yang tidak dapat diganggu gugat.

Winona diam seribu bahasa, tangannya terkepal erat dengan wajah datar tanpa ekspresi, entah apa yang sedang ia pikirkan.

“Apa ini pernikahan yang memang ditentukan untukku atau untuk Alicia?” tanya Rhanora hati-hati berusaha untuk mengetahui lebih jelas mengenai hal ini.

“Untuk Alicia. Tapi seperti yang kau tahu ia bahkan belum tujuh belas tahun dan hukum negara kita adalah pernikahan untuk anak laki-laki dan perempuan minimal adalah delapan belas tahun. Tentu aku tidak bisa melawan hukum yang telah berlaku.” 

“Aurelian, aku sudah bilang padamu aku tidak setuju.” Kata Winona tegas.

“Aku juga tidak setuju.” Caleb berkata dengan wajah muram. “Kalau memang untuk Alicia, kau selalu bisa menundanya ketika ia sudah cukup umur.”

Aurelian kembali merekahkan senyum walau matanya tidak terlihat bahagia. “Tentunya aku mau melakukan hal itu, namun sayangnya, Shang Liwei tidak menyetujuinya. Ia meminta perjanjian itu secepatnya karena ia butuh seorang Permaisuri.”

“Tidak.” Winona akhirnya membuka suara, suaranya datar namun tegas. “Aku tidak akan menyerahkan putriku untuk menjadi alat politik, apalagi ke negara sejauh Thagon.”

“Kau kira aku tidak mencoba? Aku sudah berunding, namun Shang Liwei tetap menolak. Ia ingin perjanjian ini ditepati segera.” Ada kekesalan dalam ekspresi Aurelian namun senyumannya masih terukir apik diwajahnya. “Rhanora, kuharap kau tahu betapa pentingnya hal ini untuk kekaisaran kita.”

Rhanora terdiam cukup lama, jantungnya berdetak begitu keras seolah ingin meledak. Tatapan semua orang akhirnya tertuju padanya, menunggu ia membuka suara.

“Jadi… apa artinya aku harus pergi ke Thagon sekarang juga?” tanya Rhanora pelan, hampir berbisik. Namun ketenangan suaranya jelas hanya topeng untuk kecemasan dibaliknya.

“Tidak. Kau punya waktu selama satu minggu,” jawab Aurelian. “Gunakan sebaik-baiknya untuk bersiap. Setelah itu, kau akan berangkat menuju ibu kota Thagon.”

“Seminggu?” Rhanora membeo matanya melebar. Baginya, itu bukanlah waktu untuk bersiap melainkan hitungan mundur menuju akhir kebebasannya.

Aurelian mengangguk, nada suaranya tenang seakan hal ini bukan apa-apa. “Ya. Satu minggu. Gunakan untuk merapikan urusanmu, berpamitan dengan siapa pun yang kau mau. Setelah itu, kau harus berangkat ke Thagon. Aku hanya bisa memberikan waktu segini.”

Dunia seakan berhenti berputar bagi Rhanora. Tangannya gemetar halus di pangkuannya, tapi ia berusaha menyembunyikannya dengan meremas kain gaunnya.

Kepalanya tertunduk, pikirannya berputar tanpa arah. Ia bahkan tidak menyadari kapan pamannya pergi, sampai suara langkah berat ayahnya terdengar di dekatnya. Saat Rhanora mengangkat wajahnya, ia mendapati Caleb sudah berlutut di hadapannya dengan tatapan penuh kekhawatiran.

“Rhanora…” kata sang ayah lembut sambil meraih tangan putrinya dan menggenggamnya erat, seolah tidak ingin melepaskan. “Kalau kau tidak ingin melakukan ini, ayah akan menemukan cara apa pun itu. Kau tidak perlu menjalani pernikahan ini kalau itu bukan keinginanmu.”

Caleb masih menggenggam tangan putrinya ketika Winona mendekat. Tanpa sepatah kata pun, ia menunduk dan ikut meraih tangan Rhanora dari sisi lain, menumpukkan jemarinya di atas genggaman suami dan putrinya. Hangat, berat, namun juga rapuh.

Tidak ada kata keluar dari bibir Winona, tapi tatapannya cukup jelas: ia akan selalu berdiri di samping putrinya, apa pun keputusan yang dibuatnya.

Rhanora menarik napas dalam. Bibirnya sempat terbuka, hampir mengiyakan kata-kata ayahnya. Ia ingin berkata “Ayah, tolong lindungi aku dari semua ini.” Namun suaranya tercekat. Sesuatu di dalam dirinya menahan, seolah menolak jalan keluar yang terlalu mudah.

Perlahan, ia menggeleng pelan. “Ayah, Ibu..” suaranya lirih, namun cukup jelas terdengar. Ia menatap kedua orang tuanya bergantian, lalu menggenggam balik tangan mereka. “Aku tidak bisa menjawab sekarang. Aku.. aku ingin bicara dengan Paman Aurelian terlebih dahulu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 11 : Pertemuan pt. 2

    “Yang mulia.”Suara Linlin membuat Rhanora yang melamun menatap ramainya ibukota Kekaisaran Thagon pun menoleh. Setelah pelajaran tata krama yang melelahkan itu, akhirnya Rhanora pun diizinkan untuk menapaki kaki ke Istana Dalam dan bersiap untuk pernikahannya yang hanya tinggal menghitung hari saja.Pernikahan yang tidak didasari cinta.Sungguh mahal sekali kata cinta itu di kehidupan Rhanora. “Sebentar lagi kita akan memasuki Istana.” Linlin mengingatkan dengan lembut meski wajahnya masih sedatar biasanya, ada kekhawatiran yang terpampang jelas di manik mata segelap tinta itu. Rhanora tersenyum kecil. Senyum yang lebih seperti pengakuan pahit daripada ketenangan, ia menarik napas dan membuangnya perlahan. Ia mengangguk. “Aku tahu Linlin.”Rhanora mengerti dengan jelas begitu melewati gerbang utama itu, kebebasannya akan berakhir. Ia tidak akan bisa keluar lagi tanpa izin dari sang Kaisar—lelaki yang bahkan belum benar-benar ia kenal.Kekaisaran Thagon jauh berbeda dari Valory. Di

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 10 : Pertemuan

    Pada malam hari ketika semua orang tidur terlelap, beberapa hari setelah pelatihan tata krama yang dilakukan Rhanora. Di istana dalam Kekaisaran Thagon. Seorang pria duduk di kursi dengan pakaian berwarna hitam bersulam naga emas, sementara itu dihadapan meja kerjanya seorang wanita paruh baya menunduk dalam memberi laporan.“Hamba sudah melatih Yang Mulia kekasih jiwa Kaisar Naga mengenai tata krama, namun hamba belum yakin beliau sudah bisa masuk ke istana atau belum.”“Dayang Chu, kau adalah dayang senior istana dan juga dayang yang telah mengikuti mendiang ibunda semasa ia masih hidup, tapi bahkan kau tidak bisa melatih seseorang yang merupakan Putri Kekaisaran Valory dalam satu minggu?” Dayang Chu segera berkowtow, tubuhnya gemetar hebat. “Hamba memohon maaf Paduka Kaisar. Bukan karena hamba tidak berusaha, tetapi Yang Mulia Rhanora memiliki kebiasaan yang berbeda. Beliau tidak terbiasa dengan cara membungkuk sedalam yang dilakukan di Thagon, dan terkadang ia terlalu berani men

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 9 : Pelajaran Tata Krama

    Beberapa jam setelah pertemuan dengan pria bertopeng rubah itu, suasana kediaman Rhanora berubah hening. Udara sore terasa berat ketika pintu geser terbuka perlahan dan beberapa dayang melangkah masuk dengan langkah serempak. Mereka mengenakan jubah sutra warna pucat dengan sabuk biru langit. Di antara mereka, seorang wanita berusia sekitar tiga puluh tahun berjalan paling depan. Langkahnya tenang, penuh wibawa, namun gerakannya menunjukkan penghormatan yang sangat ketat terhadap tata krama. Begitu ia sampai di hadapan Rhanora, sang dayang segera berkowtow menyentuhkan dahinya ke lantai sebelum bersuara dengan lembut namun tegas.“Hamba Dayang Chu, diperintahkan untuk melatih Yang Mulia dalam tata krama dan perilaku keluarga kekaisaran sesuai aturan bangsa Thagon.”Rhanora yang semula duduk santai di kursi kayu berukir sederhana itu spontan menegakkan punggungnya. Ia sempat menatap dayang-dayang di belakang Chu, semuanya menunduk dalam-dalam, tidak berani menatap langsung.“Melatihku

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 8 : Prajurit Bayangan

    “Apakah kau bisa mempertemukanku dengan orang yang telah menyelamatkanku?” Tanya Rhanora sehari setelah penyergapan yang jelas-jelas tujuannya adalah untuk membunuh Rhanora.Sehari telah berlalu sejak penyergapan itu—serangan mendadak yang jelas ditujukan untuk menghabisinya. Kini, ia dan rombongannya sudah tiba di ibu kota Thagon. Dengan pertimbangan keamanan, Rhanora setuju untuk memasuki kota secara diam-diam tanpa arak-arakan, tanpa dentuman genderang penyambutan yang seharusnya menggema di jalan utama. Mereka kini beristirahat di kediaman sementara yang telah disiapkan sebelum ia resmi masuk ke istana.Namun, dalam hati Rhanora ada keraguan yang sulit diabaikan. Ia merasa penyergapan itu bukan sekadar upaya pembunuhan. Mungkin seseorang menginginkan agar ia tiba di ibu kota tanpa kemegahan, tanpa sorak rakyat yang menyambut calon permaisuri mereka agar kedatangannya terlihat seperti aib, bukan kehormatan.Bai Heng terdiam cukup lama, ia tampak berhati-hati memilih kata yang palin

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 7 : Orang Misterius

    Empat hari perjalanan terasa panjang dan melelahkan meski rombongan iring-iringan Rhanora sering berhenti untuk istirahat demi kenyamanan perjalanan Rhanora. Iring-iringan mereka bergerak melewati lembah berselimut kabut dan jembatan batu yang membelah sungai-sungai besar. Langit mulai gelap ketika iring-iringan kereta Rhanora melewati lembah terakhir sebelum gerbang utama ibu kota Thagon. Senja sudah padam, hanya nyala obor dan suara langkah kuda yang memecah keheningan. Di kejauhan, siluet tembok kota mulai tampak samar.Di dalam kereta, Rhanora membuka tirai jendela, menatap rembulan yang menggantung di langit kelabu.Jenderal Bai yang menunggang kudanya di samping kereta kuda tempat menoleh. “Kita akan tiba sebelum malam, Yang Mulia. Kaisar telah men—”Ledakan keras mengguncang tanah. Kereta berguncang hebat hingga hampir terbalik. Teriakan para pengawal terdengar di luar, disusul suara logam beradu dan deru panah melesat.“Lindungi Yang Mulia!” teriak salah satu pengawal.“Yang

  • Perjanjian Nikah dengan Kaisar Naga   CHAPTER 6 : Wilayah Netral Adendum pt. 1

    Keesokan paginya ketika Rhanora sedang sarapan pagi, ia jadi teringat akan suatu hal sehingga ia memanggil Linlin dan membuat Linlin memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan mereka.“Beritahu aku tentang hubungan para wanita harem yang kau ketahui, aku yakin kau sudah mencari tahu sebelum kita pergi kesini kan?” Tanya Rhanora sambil mengangkat cangkir teh untuk meminumnya.Linlin terkejut Rhanora akan menanyakan hal ini. “Apa anda ingin mengetahuinya sekarang juga Nona?” Rhanora tersenyum lalu menaruh cangkir teh diatas piring kecil, ia pun menatap Linlin dengan wajah serius walaupun senyuman masih menghias wajah rupawan miliknya. “Tentu, tahu lebih banyak tidak akan melukaiku, malah.. akan sangat membantuku.”Di tempat asing yang memiliki aturan dan kebiasaan yang berbeda, informasi adalah hal yang akan sangat menguntungkan Rhanora yang pendatang baru.“Baik..” Linlin pada akhirnya mengangguk melihat keseriusan Rhanora, yang membuat Linlin jadi teringat dengan Winona. “S

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status