Felicia tidak tahu apa yang dibicarakan orang tuanya. Dia kembali ke kamarnya dan mengirimkan pesan kepada Pak Vandi melalui ponselnya, memberi tahu pria itu bahwa ibunya mengetahui kunjungannya ke Mambera.Pak Vandi membalasnya dengan cepat, “Non Felicia, maaf, aku nggak melakukan pekerjaanku dengan baik.”Felicia menjawabnya, “Asisten mamaku yang turun tangan menyelidikinya, jadi wajar saja kalau dia tahu. Pak Vandi nggak perlu menyalahkan diri sendiri. Semuanya hanya struk-struk belanja atau kuitansi kecil yang bisa membuktikan bahwa aku ada belanja atau beli barang di Mambera. Hasil yang seperti ini sudah sangat bagus.”Pak Vandi masih menyalahkan dirinya sendiri. Dia berkata kepada Felicia, “Non, aku nggak melakukan pekerjaanku dengan baik. Non Felicia bisa memotong gaji dan bonusku bulan ini.”Felicia tahu sifat Pak Vandi. Dia menjawab, “Bulan ini semua bonus Pak Vandi dipotong, tapi gajinya nggak dipotong. Pak Vandi tetap harus hidup. Nggak mungkin aku yang membiayai Pak Vandi,
Seperti kata nenek mereka, jarang-jarang mereka bisa makan makanan yang dimasak oleh Kak Stefan. Hanya Nenek yang berani meminta Kak Stefan untuk memasak, mereka tidak punya nyali sebesar itu.Setelah punya istri, Kak Stefan jadi sering memasak. Berkat Kak Olivia, semua orang bisa merasakan masakan Kak Stefan.Kalau semua orang lagi pulang ke Vila Permai, asalkan Kak Olivia bilang mau makan apa, Kak Stefan pasti akan langsung menyiapkannya, berusaha mungkin untuk membuat Kak Olivia senang. Kak Stefan bilang dia akan membuat semua wanita iri pada Kak Olivia, dan dia benar-benar melakukannya.Stefan memasuki dapur. Samuel berdiri diam selama dua menit sebelum akhirnya berjalan keluar dari rumah dan pergi ke halaman belakang untuk mencari Nenek.Neneknya benar-benar berada di halaman belakang, tidak sedang berlatih Tai Chi, tapi sedang menari dengan ditemani suara speaker.Samuel terdiam. Dia tidak suka menari. Dulu ketika dia pertama kali bekerja, dia menggunakan uang yang dia hasilkan s
Samuel mengerutkan kening. Setelah melihat gambarnya itu, Yuna mengembalikannya pada Samuel.“Nenek.”Yuna mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar Samuel tidak mengatakan apa pun. Dia kemudian berkata, “Kamu yang memimpikannya. Kamu yang mempertanyakannya. Kamulah yang justru harus memahami penyebabnya dengan jelas. Apa gunanya tanya Nenek? Nenek bukan dewa yang tahu segalanya.”Samuel berkata dengan ekspresi muram, “Tetapi, Nenek sudah memilihkan calon istri padaku dan bahkan sudah memberikan foto wanita itu padaku. Aku bisa mulai mengejar wanita itu kapan saja. Tapi, orang yang Nenek pilihkan dengan wanita yang aku mimpikan itu malah berbeda.”“Para pria dari keluarga Adhitama nggak akan bercerai dan nggak akan punya simpanan. Aku nggak mau jadi pria pertama di keluarga Adhitama yang melakukan sesuatu yang mengecewakan istri sendiri.”Yuna masih memasang ekspresi seolah hal itu tidak ada hubungannya dengan dirinya, lalu berkata, “Sudah dibilang, itu urusanmu. Kamu yang harus
Yuna masih tidak luluh dan berkata, “Samuel, kamu bisa tanya Ricky. Jadikan situasinya sebagai referensi.” Samuel berkata, “Nek, aku benar-benar bukan mau melarikan diri. Nenek sudah dengan sepenuh hati memikirkan kami. Bagaimana mungkin aku melarikan diri? Aku benar-benar sudah memimpikan hal itu untuk beberapa waktu, dan setiap malam selalu nggak bisa lepas dari wanita itu.”Dia berani bersumpah dia mengatakan yang sebenarnya. Dia memang bermimpi, dan dia memang ingin neneknya melepaskannya.“Pemikiran Nenek masih sama. Sebelum memutuskan calon istri untukmu, Nenek sudah melakukan banyak penyelidikan. Wanita itu cocok untukmu, makanya Nenek memilihnya. Kamu bahkan belum pernah bertemu langsung dengan orangnya, nggak pernah mengenalnya. Bagaimana kamu bisa tahu dia nggak cocok denganmu?”“Begini saja, kalau kamu bisa menemukan wanita yang ada dalam mimpimu, kamu boleh melepaskan wanita yang Nenek pilihkan untukmu. Nenek nggak akan menyalahkanmu.”Samuel berkata, “Di dunia ini ada ban
Beberapa saat kemudian, Samuel berkata, “Nek, Nenek pasti lapar, ‘kan? Kita masuk untuk sarapan, yuk. Kak Stefan sedang memasak dan menyiapkan sarapan sendiri.”“Kak Stefan sangat baik pada Kak Oliv. Kita jarang-jarang bisa memiliki kesempatan untuk memakan masakan Kak Stefan, tapi Kak Oliv bisa memakannya setiap hari.”Samuel terdengar sangat iri pada kakak iparnya. Stefan sangat peduli pada Olivia.Yuna berdiri dengan bantuan Samuel. Dia memberi isyarat kepada Samuel untuk membantunya membawa speaker kembali masuk ke dalam rumah.Dia berkata, “Kamu iri dengan hubungan antara Stefan dan Olivia, ‘kan? Kamu juga bisa membuat orang lain iri.”Samuel membantu neneknya membawa speaker dan mengikuti neneknya kembali ke rumah. Dia berkata, “Aku bahkan belum pernah bertemu orang yang nenek pilih. Siapa yang bisa tahu aku cocok atau nggak dengannya? Terlebih lagi, masih ada wanita lain di mimpiku.”“Sekarang aku nggak tahu siapa yang akan kunikahi pada akhirnya. Kalau aku menikahi wanita yang
Namun, ibu-ibu dari keluarga lain tidak sesehat nenek mereka. Nenek mereka sudah tua, tapi masih sering terbang naik pesawat ke sana kemari demi mencarikan calon istri untuk mereka beberapa bersaudara ini. Mereka yang tidak berbakti, masih suka mengeluh.Samuel menggerutu dalam hati. Kalau bukan karena Nenek sudah memberinya tugas, dia tidak akan mau menikah cepat. Dia kalau mau menikah juga tidak akan menikah di umur 28 tahun, mungkin akan menunggu sampai dirinya berumur 35 tahun.Meskipun dia merasa iri saat melihat kakak dan kakak iparnya memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia, dia lebih memilih untuk bebas, tidak ada yang mengatur hidupnya.Nenek mungkin tahu apa yang mereka pikirkan, tahu bahwa kalau dibiarkan memilih sendiri, mereka baru akan menikah di umur 35 tahun. Makanya nenek mereka memberikan tugas pada mereka.“Nenek juga bisa berolahraga dengan menari. Menari di rumah nggak akan mempengaruhi orang lain.”Stefan sudah tahu neneknya pergi keluar untuk belajar menari da
“Nenek bilang seperti itu?” tanya Stefan.“Nenek bilang, aku saja yang memastikannya sendiri. Pokoknya Nenek nggak peduli.”Samuel bergumam, “Nggak tahu aku cucu kandung Nenek atau bukan. Dia ingin aku menjadi lelaki pertama yang cerai di keluarga Adhitama.”“Nenek pasti lagi ingin memukul orang. Kita terlalu dewasa dan berbakti. Sehingga dia nggak ada alasan untuk memukul kita. Makanya Nenek sengaja membuat aku terkesan seperti lelaki nggak bertanggung jawab. Dengan begitu, dia sudah ada alasan untuk menghajarku.”Stefan menyemburkan tawanya dan berkata, “Kalau sampai Nenek dengar ucapanmu, dia bisa menghajarmu sekarang juga.”“Memang benar.”“Kamu nggak bisa menggabungkan target yang Nenek tentukan untukmu dan juga gadis impianmu itu?”“Bagaimana cara menggabungkannya? Mereka juga nggak mirip. Bukan di zaman dahulu kala yang bisa disamarkan,” cicit Samuel.“Juga bukan nggak mungkin. Kamu bisa menjadikan kemampuannya Nyonya Kedua di keluarga Junaidi sebagai referensi. Kamu juga bisa c
Stefan naik ke lantai dua. Dia membuka pintu kamar dan langsung mendengar suara mual milik Olivia dari kamar mandi. Setiap harinya setiap terbangung, perempuan itu pasti akan berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan muntahannya.“Olivia.”Stefan mempercepat langkah kakinya ke arah kamar mandi. Dia melangkah ke belakang punggung perempuan itu dan menepuknya dengan perlahan sembari berkata, “Setiap hari selalu muntah setiap bangun. Bocah ini suka sekali menyiksa orang.”Mungkin dia anak yang bandel.“Reaksi dari ibu hamil itu berbeda-beda. Belum tentu ibu hamil tersiksa karena anaknya.”Stefan menarik selembar tisu dan dan mengusap bagian mulut Olivia yang tengah membela bayi di perutnya.“Aku ingin sekali menggantikanmu merasa mual.”“Kalau kamu bisa menggantikanku, berarti kamu sudah bisa hamil dan melahirkan anak. Kamu bisa menolong kaum perempuan seperti kami dari kehamilan.”Stefan terdiam. Dia menggandeng Olivia keluar dari kamar mandi dan duduk sejenak di sofa. Setelah itu, dia men
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke
Yohanna mencubit gemas pipi adiknya dan berkata, “Kamu kangen sama aku atau kangen sama Ronny? Aku baru turun dari mobil tapi kamu langsung tanya di mana Ronny.” Saat itu Ronny baru saja turun dari mobil yang ada di paling belakang. Kebetulan sekali dia juga mendengar Tommy yang bertanya di mana dia kepada kakaknya. Seketika Ronny pun tersenyum dan memanggil Tommy, “Hey, Tommy, aku di sini.” Tommy dan Christian spontan langsung menoleh ke asal suara itu. Saat mereka memastikan itu benar adalah suaranya Ronny, mereka langsung meninggalkan Yohanna dan berlari ke mendatangi Ronny. Hanya saja karena masih belum terlalu dekat, mereka masih tidak enak hati meminta Ronny memeluk. Namun Ronny seakan bisa membaca pikiran, tanpa berlama-lama langsung menggendong Tommy dan berputar-putar. Setelah Ronny menurunkan Tommy, kini giliran Christian yang digendong dan diajak berputar juga. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu lagi dan bermain dengan Ronny. Dari kejauhan Yohanna menyaksikan intera
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua