Share

Alasan

Penulis: Mystic-SJ
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 19:23:36

Morgan menghela napas panjang.

Bersama Ayra, dia keluar dari ruang sidang sekolah.

Pria itu sungguh lelah dan hanya ingin segera kembali ke apartemen yang ia tempati.

"Saya harus kembali ke rumah," ujar Morgan kepada Ayra tiba-tiba.

Bukannya menjawab, Ayra malah terduduk lemas karena harus menerima permasalahan serumit ini. Morgan yang semula ingin cepat kembali ke apartemennya, menjadi iba ketika melihat Ayra yang sepertinya sangat hancur.

"Kenapa semuanya terjadi sih? Kenapa malah jadi seperti ini?" gumam Ayra dengan tangisan yang sudah pecah.

Morgan kembali menghela napasnya. Diulurkan tangannya ke arah Ayra, sehingga membuat gadis itu menghentikan tangisnya.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Morgan.

Bukannya senang, Ayra menjadi kesal mendengarnya.

Perempuan itu lantas menepis tangan Morgan yang ada pada bahunya. "Apanya yang akan baik-baik aja, Pak? Kita mau dinikahin, atau Bapak akan masuk penjara. Apa itu yang namanya baik-baik aja? Gak ada yang akan baik-baik aja!" bentak Ayra dengan sinis, lalu segera pergi meninggalkan Morgan di sana.

Morgan memandang kepergian Ayra dengan sendu, karena ia tidak bisa berbuat apa pun. Karena hatinya yang masih tidak tenang, ia pun segera menghampiri Ayra yang berlarian ke arah asrama.

Sesampainya Ayra di kamar asramanya, ia segera mengunci pintu dengan rapat. Morgan juga baru saja tiba di sana, dan hanya bisa berdiri di depan ruangan kamar Ayra.

Rasa sakit hati yang Ayra rasakan sangatlah dalam. Ia tidak bisa mengorbankan masa depannya begitu saja, hanya karena permasalahan seperti ini. Ditambah lagi ia yang juga tidak tahu harus jujur seperti apa terhadap kekasihnya, mengenai permasalahan ini.

Saking sakitnya Ayra, ia pun bersandar pada pintu kamar asramanya sembari meringkuk takut.

Morgan mengetuk pintu kamar Ayra. "Buka pintunya sebentar. Saya mau bicara sama kamu," ucapnya.

"Gak ada yang perlu dibicarin lagi, Pak! Katanya mau pulang? Sana pulang! Jangan peduliin saya lagi!" teriak Ayra dengan tangis yang semakin pecah saja.

Morgan tertunduk sendu, kemudian duduk bersandar pada pintu kamar Ayra. Mereka sama-sama bersandar dan saling membelakangi dari kedua sisi.

Pada jarak ini, suara tangisan Ayra terdengar sangat jelas. Ia merasa sangat hancur, karena dirinya juga yang belum siap untuk melakukan hal ini.

Pilihannya adalah menyerahkan diri ke pihak berwajib, atau menikahi gadis yang sama sekali tidak pantas baginya.

"Argh!" Morgan hanya bisa berteriak dalam hatinya.

Sedikitnya Morgan juga ikut menangis, karena menyesali perbuatannya itu. Ia tidak menyangka, niat baik untuk menolong Ayra, ia malah masuk ke dalam permasalahan yang rumit seperti ini.

"Kenapa malah jadi seperti ini? Saya cuma mau bantu dia, kenapa saya malah terjebak dalam hal aneh begini?" batin Morgan yang menyesal dengan keadaan yang terjadi.

Kejadian itu bermula ketika guru olahraga yang mengajar di sekolahnya, meminta agar Ayra mengambil beberapa bola basket untuk pelajaran kali ini. Karena tidak ingin membantah, Ayra pun hanya mengiyakan permintaan gurunya itu.

Dengan rasa yang sangat takut, Ayra pun masuk ke dalam ruangan penyimpanan yang gelap itu.

"Permisi," ucap Ayra dengan rasa takut di hatinya.

Ruangannya terasa sangat gelap, karena tidak ada penerangan yang menerangi ruangan ini. Ditambah lagi hari yang sudah mulai sore, membuat ruangan ini tidak mendapatkan pencahayaan yang cukup.

Kakinya mulai gemetar, ketika ia tidak bisa menemukan benda yang ia cari.

"Di mana bolanya, sih? Ruangannya gelap banget, apa bisa dinyalahin lampunya?" gumam Ayra sembari perlahan berjalan ke arah depan.

Karena Ayra yang hendak mencari tombol lampu, ia pun segera merayap pada dinding. Ia berusaha mencari tombol, agar bisa menyalahkan lampu ruangan ini dengan segera.

"Di mana sih tombolnya?" gerutu Ayra, sembari tetap mencarinya.

Bukannya mendapatkan apa yang ia cari, Ayra malah memegang kecoa yang berada di sekitar tombol lampu. Menyadari benda aneh yang ia pegang, Ayra pun mendelik kaget karenanya.

"Aahhhhhh!!" teriak Ayra.

Seseorang yang berada di luar ruangan ini pun terkejut.

"Ada apa?" gumamnya, yang tak lain adalah Morgan.

Karena sudah terlalu khawatir, Morgan pun berlarian masuk ke dalam ruangan ini. Ia sampai meletakkan secara sembarangan sapu yang memang ia pegang.

Morgan berusaha masuk, dan akhirnya ia bisa menemukan Ayra di dalam ruangan ini.

"Ayra, kamu kenapa?" pekik Morgan dengan perasaan yang khawatir.

"Pak Morgan ... tolong ada kecoa!" teriak Ayra, yang langsung memeluk Morgan dengan sangat takut.

Morgan juga sedikit takut, karena ia tidak tahu di mana keberadaan kecoa yang Ayra katakan. Ruangan yang gelap, membuat keterbatasan pandangan mereka.

"Di mana kecoanya?" tanya Morgan, sembari berusaha melindungi Ayra, khawatir Ayra menginjak benda yang berbahaya di ruangan ini.

Merasakan ada yang bergerak di lehernya, Ayra pun berteriak dan spontan melompat hingga kepalanya tak sengaja mengenai rahang Morgan.

"Aww!" teriak Morgan, yang sangat kesakitan karena hal ini.

"Pak Morgan, ini kecoanya ada di sini," ucap Ayra sembari berusaha mengibaskan tangannya mengusir kecoa itu.

Karena mendengar ucapan Ayra, Morgan yang masih kesakitan pun berusaha berfokus pada Ayra. Ia berusaha membantu Ayra untuk mengusir kecoa itu dari leher Ayra.

"Sini!" ujar Morgan, sembari hendak mengambil kecoa itu.

Karena tidak fokus, Morgan malah mencubit leher Ayra dengan sedikit keras. Kecoanya pergi, sebelum Morgan sempat mengambilnya dari sana. Alhasil Ayra malah kesakitan karena tak sengaja Morgan mencubit lehernya, hingga meninggalkan bekas merah di sana.

"Aduh, sakit Pak Morgan! Aduh sakit, kenapa Pak Morgan begitu sih? Aduh, sakit Pak!" teriak Ayra, membuat Morgan terkejut karenanya.

"Ah, maaf Ayra! Tahan sedikit lagi, saya masih belum selesai!" ujar Morgan, sembari terus menerkam Ayra.

Mendengar suara bising dari dalam ruangan, seseorang yang tak lain adalah wakil kepala sekolah pun merasa terkejut. Ia tidak menyangka, mendengar perkataan itu langsung dari mulut Morgan.

"Apa-apaan itu?" gumam wakil kepala sekolah.

Dengan rasa penasaran dan kesalahpahamannya, kepala sekolah pun masuk ke dalam ruangan itu dan menyalakan lampu dengan segera.

Tombol lampu berada di sudut ruangan, yang berada di dinding belakang pintu ruangan tersebut. Tombol ini tersembunyi, sehingga siswa baru seperti Ayra tidak mengetahuinya.

Pandangannya tertuju pada Morgan, yang saat ini sedang berusaha menerkam Ayra. Hal itu membuat mereka terdiam sejenak, sambil memandang ke arah pintu masuk ruangan.

"Apa yang kalian lakukan di sini, hah?" pekiknya.

Menyadari posisi mereka yang tidak tepat, Morgan pun mendelik dan melepaskan tubuh Ayra dari cengkeramannya. Ia merasa terkejut, karena tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.

Itulah alasan mengapa mereka bisa dijatuhkan tuduhan yang tidak benar! Tapi, bagaimana cara membuktikannya?!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Gara-gara Bantal

    Sementara itu di dalam kamar mandi, Morgan membuka shower yang sengaja ia alirkan mengenai sekujur tubuhnya yang panas. Lekuk dada Ayra yang menggiurkan, ternyata cukup membuat pikiran Morgan berantakan sejenak.“Ah ... dia terlalu seksi untuk seukuran anak SMA,” batin Morgan, dengan tangan yang ia sibakkan pada rambutnya yang sudah basah terkena percikan air shower.Sebisa mungkin Morgan menahan dirinya untuk tidak melampiaskan hasratnya.Setelah beberapa saat, Morgan pun keluar dari kamar mandi. Dengan hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan pada pinggangnya, Morgan melangkah tanpa ragu.Sejak tadi, Ayra masih saja berpikir macam-macam dengan keadaan yang ada. Karena pikiran itu, ia masih saja berada di dalam selimut yang membungkus sekujur tubuhnya.Mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Ayra pun spontan menoleh, sehingga Morgan juga ikut menoleh ke arahnya.“Ah!” teriak Ayra, ketika ia sadar bahwa Morgan berdiri di hadapannya dengan tanpa mengenakan busana.Saking terkeju

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Perkara Dada

    Morgan berusaha menghindar dari serangan bantal dan guling yang Ayra lakukan. Namun, ternyata kekuatan Ayra cukup kuat, sehingga ia kewalahan sendiri menghadapinya.“Sudah cukup, Ayra!” ucap Morgan, yang terkena lemparan bantal tersebut.Lemparan kedua masih kena, tetapi Morgan berusaha menahan kesabarannya.“Ayra ....”“Ayra sudah cuk—” Morgan terdiam, karena lemparan keempat yang Ayra lakukan ternyata tepat mengenai wajahnya. “ ... kup,” sambungnya, setelah terkena lemparan tersebut.Ayra memandangnya dengan sinis, saking kesalnya ia dengan apa yang Morgan lakukan padanya. Setelah puas melempari Morgan, kini Ayra kembali menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut, menyisakan wajahnya saja.Karena merasa sudah terkena imbasnya, Morgan pun hanya bisa menggelengkan kecil kepalanya sambil menghela napasnya dengan panjang. Karena kejadian ini, ia malah berharap pernikahan ini tidak sampai terjadi.“Kenapa pernikahan ini terjadi, ya? Aku menyesal sekarang,” batin Morgan, yang baru mengawali

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Perkara Remot AC

    Morgan menuju ke arah kamar Ayra. Walau dengan berat hati, ia mencoba membuka pintu dan ternyata tidak terkunci. Hal itu membuatnya bingung, karena Ayra yang tidak mengunci pintu kamarnya setelah melarikan diri tadi.“Aku kira pintunya dikunci,” batin Morgan, yang mulai memasuki kamar Ayra yang bernuansa merah muda.Terlihat banyak sekali pajangan pada dinding, termasuk figura dan beberapa polaroid membentuk gambar hati. Banyak sekali foto kebersamaan Ayra dengan seorang pria, yang sepertinya sangat tidak asing bagi Morgan.Morgan menyipitkan matanya ketika memandangi foto tersebut. “Itu ... bukannya pria yang waktu itu menjemput Ayra di sekolah? Gak nyangka, ternyata mereka pacaran,” batinnya, yang tidak menyangka akan hal itu.Sama sekali tidak terlihat keberadaan Ayra, sampai membuat Morgan semakin penasaran dengan pajangan yang berada di dinding tersebut. Satu per satu polaroid ia pandangi, dengan berbagai gaya foto yang terlihat cukup bagus untuk photo genic.“Ternyata mereka san

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Bermalam

    Karena mengetahui Morgan yang mencium keningnya, sekujur tubuh Ayra pun bergetar. Ia merasa sangat takut, karena ternyata seperti inilah rasanya ketika Morgan mengecupnya dengan lembut. Sangat berbeda rasanya ketika ia mendapatkan sentuhan dari Ilham.“Dia ... beneran cium gue? Kita udah jadi suami istri sekarang?” batin Ayra dengan mata yang mendelik, masih kaget dengan keadaan mereka saat ini.Tepuk tangan dan sorakan para saksi membuat Morgan menghentikan kecupan lembutnya pada kening Ayra. Ia menatap dalam Ayra, sampai membuat Ayra berbinar karena apa yang ia lakukan.Ayra paham, tatapan Morgan seakan meminta izin padanya untuk mencium bibirnya. Namun, Morgan juga paham bahwa Ayra mungkin saja tidak akan mengizinkannya untuk melakukannya. Semua itu berlangsung cukup lama, sampai membuat pendeta berdeham karenanya.“Kalian boleh saling mencium, kok!” goda Ayah Ayra, membuat wajah keduanya seketika memerah karena malu.Karena sudah mendapatkan persetujuan dari Ayah Ayra, Morgan pun

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Resmi

    Jantungnya seketika berdetak dengan kencang, karena merasa sangat tidak percaya dengan keadaan ini.“Harusnya aku yang memersiapkan semuanya,” batin Morgan tak percaya, karena ternyata ia sudah lebih dulu melihat dekorasi pesta yang indah ini.Sayang sekali, ia harus menikah dengan orang yang tidak ia sukai. Terlebih lagi pernikahan ini karena terpaksa, dan juga karena sebuah insiden yang tidak menyenangkan. Morgan semakin bingung, karena ternyata ia benar-benar dihadapkan dengan keadaan seperti ini.“Aku ... benar-benar akan menikahi Ayra?” batin Morgan, yang masih tidak percaya dengan keadaan ini.Tak hanya Morgan, bahkan Ayra pun tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan merancang semua ini sedemikian rupa. Ia tidak mengira, bahwa semuanya akan jadi semewah ini.“Apa-apaan ini? Kenapa Mama Papa malah bikin pesta pernikahan meriah gini, sih? Mewah banget, buat ukuran gue yang sama sekali gak mau pernikahan ini terjadi!” gerutu Ayra dalam hati, tak terima dengan semua ini.“Kalian

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Momen Aneh

    Ayra mendelik, karena ia merasa Morgan sudah melakukan hal yang tidak perlu ia lakukan. Hal itu membuatnya menjerit, karena Morgan benar-benar melakukannya. “Pak Morgan, turunin saya!” teriak Ayra, tetapi Morgan sama sekali tidak menghiraukannya. Kini Morgan berhasil menggendong Ayra di dadanya. Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain, membuat keduanya terpaku untuk sejenak. Ayra merasa sangat malu, sehingga membuat wajahnya memerah tanpa ia sadari. “Saya ‘kan udah bilang, saya masih mampu gendong kamu! Gak ada rasa berat sama sekali, tubuh kamu kayak kapas! Lagian saya masih muda, masih 25 tahun! Saya masih sanggup gendong kamu!” gerutu Morgan, yang hanya bisa menyombongkan dirinya di hadapan Ayra. Menyadari wajah Ayra yang memerah, Morgan pun juga merasa demikian. Ia merasa malu, dan segera menuruni Ayra dari gendongannya. Kini mereka sama-sama merasa salah tingkah, dengan Morgan yang tidak ingin menatap wajah Ayra. Hal itu membuat Ayra merasa sangat gugup, dan ia juga e

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status