Share

|3|. Kandidat Ketiga

"Kasual yang ku maksud bukan dari caranya berpakaian"

Shahbaz yang mendengar pernyataan itu, tak tau harus tertawa atau menangis. Ini sungguh di luar perkiraannya. Awalnya ia mengira 'kasual' yang di maksudkan putranya adalah seorang gadis cantik yang berpenampilan kasual. Tapi siapa yang menduga ternyata bukan begitu?

"Lalu 'kasual' yang kau inginkan itu seperti apa?" Shahbaz jelas merasa frustasi. Ia hanya punya Pasha sebagai anak dan satu-satunya putra sebagai penerus. Tapi mengurus pernikahannya, serasa seperti mengurus pernikahan tiga orang anak.

"Kepribadiannya, mungkin?" Pasha terdengar ambigu.

"Baik, kalau begitu kita lanjut ke bunga yang kedua" Menolak untuk menyerah, Shahbaz langsung menggantikan foto itu dengan foto kandidat kedua. Ia masih berharap ada dari antara tiga kandidat itu, yang akan menarik minat putranya.

"Seperti yang terlihat, kandidat kedua ini cukup cantik dan feminim"

Di foto itu terlihat seorang gadis cantik dengan potongan rambut ikal sebahu. Mengenakan gaun merah muda selutut, ia tampak tersenyum menawan dengan sebuket lili putih di tangannya. Gadis itu berdiri manis, berlatarkan suasana taman di sore hari.

"Karakternya sangat berbeda dengan kandidat pertama. Ia hangat dan ceria. Masih bermain dalam seputaran bisnis, ia merintis toko kue besar di usia mudanya dan bisa terbilang hasilnya cukup maju dan sukses. Hanya saja ia agak boros, karena terlalu mengikuti mode. Jadi bagaimana menurutmu?"

Pasha menggelengkan kepalanya. Menolak.

"Sungguh—ti-dak?"

Pasha menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, kita akan melihat bunga yang terakhir" Kali ini Shahbaz sungguh pasrah. Ia mendorong foto kandidat yang terakhir kearah Pasha, dengan tatapan tanpa harapan.

"Ini adalah kandidat terakhir. Sepertinya kau tidak akan menyukainya"

Pasha melirik sekilas ke foto itu. Melihat seorang gadis bertubuh mungil, duduk di atas ayunan dengan buku di tangannya. Ia mengenakan baju terusan panjang yang sangat sederhana, bewarna hijau alpukat. Wajah tirus nya terbungkus cukup rapi dalam balutan pasmina coklat susu polos yang sangat simpel. Karena wajahnya yang menunduk menatap kearah buku itu, membuat Ia gagal menelusurinya lebih jauh.

"Katakan sesuatu tentangnya!"

Shahbaz yang mendengar hal itu, membulatkan kedua matanya terkejut. Ia tidak akan pernah menduga putranya itu akan berminat dengan gadis kecil yang ada di foto itu.  Jika putranya sudah bertanya begitu, bukankah berarti gadis kecil yang ada di foto itu berhasil meraih minatnya? Diam-diam Shahbaz tersenyum dalam hati. Ia masih memiliki harapan.

"Untuk kandidat terakhir ini, sangat lah kontras dari dua kandidat sebelumnya. Dia adalah si putri bungsu yang jarang mengungkapkan dirinya di hadapan publik. Gadis ini cukup misterius dan terlalu menutup diri. Akun media sosialnya saja ia tidak menggunakan fotonya sendiri, melainkan hanya tiga tangkai bunga chamomile. Tapi ia masih terlalu muda, usianya dua puluhan dan masih mengejar pendidikan S1 nya di sebuah universitas"

Setelah memaparkan semua itu, Shahbaz dengan ragu-ragu bertanya, "K-kau tidak tertarik padanya kan?" Walau sebenarnya ia sangat berharap dari tiga kandidat itu, ada satu yang terpilih.

Tapi Shahbaz tidak pernah berharap yang akan terpilih adalah kandidat terakhir. Karena menurutnya gadis itu masih terlalu muda untuk menikah dini. Ia pun masih dalam giatnya menuntut ilmu, mana mungkin tega Shahbaz menghancurkan semangat itu. Di samping itu umur gadis itu dengan putranya terpaut sepuluh tahun. Gadis kecil mana yang mau menikah dengan pria yang berjarak setua itu dengannya?

"Atur pertemuan ku dengannya" Kata Pasha begitu saja.

Sontak jawaban Pasha itu, membuat sepasang mata Shahbaz nyaris hampir melompat keluar, "Kau pikirkan lah baik-baik! Gadis ini masih terlalu muda untuk menikah, umur kalian pun terpaut sepuluh tahun jauhnya. Dengan dirimu yang setua itu untuknya, apa kau pikir ia mau menikah dengan mu?"

Shahbaz tidak tau harus menggambarkan perasaannya bagaimana saat ini. Di satu sisi, ia merasa sangat bahagia nyaris tidak tau bagaimana ingin mengungkapkannya. Setelah sekian lama bernegosiasi tentang pernikahan dengan putranya, ini adalah kali pertama ia memperoleh respon yang positif.

Tapi di sisi lain, ia tidak ingin menghancurkan gadis kecil yang ada di dalam foto itu. Sekilas dari potongan gambar kecil itu, ia langsung tau itu adalah tampilan gadis polos yang penurut dan begitu lembut. Dengan karakter dan watak putranya ini, apakah gadis kecil itu akan cukup mampu menanganinya?

"Dua kandidat teratas menurut ku adalah yang paling cocok untuk mu. Kandidat pertama tampilannya cukup kasual? Bukankah kau sangat menginginkan calon mempelai mu dengan ciri khusus seperti ini? Tapi kandidat ketiga ini, jelas dia sosok wanita anggun dan feminim"

Pasha hanya manggut-manggut dalam diam. Mata hitamnya yang gelap, itu tampak berkilat dingin tak ter-deskripsikan. Menarik kedua sudut bibirnya, ia tersenyum kaku, "Tapi hanya gadis kecil ini, yang memenuhi kriteria 'kasual' yang ku maksud"

Shahbaz ingin sekali memukul kepalanya ke dinding. Sampai saat ini ia sama sekali tidak mengerti kriteria 'kasual' yang seperti apa yang diinginkan putranya itu. Sesaat matanya melirik kearah foto kecil itu. Ia masih tidak rela jika gadis itu jatuh ke tangan putranya. Di samping itu logikanya menekannya cukup keras—

Bukankah ambisi mu sudah tercapai? Putramu akan segera menikah dan apa lagi yang perlu kau khawatirkan?

Tapi nuraninya kembali mengetuk hatinya dengan lirih—

Apa kau rela gadis kecil itu jatuh ke tangan putra mu yang tak berperasaan itu? Apa kau tega menghancurkan semangat mudanya yang tengah larut menuntut ilmu  dengan menikahi putra mu hanya untuk variabel bisnis?

"Lupakan saja kandidat kali ini! Berikan aku gambaran secara jelas tentang kriteria 'kasual' yang kau maksud. Aku akan berusaha mencarikannya lagi untuk mu"

"Boleh saja" Pasha menganggukkan kepalanya dengan santai. Lagipula yang sangat tidak sabar menginginkannya menikah itu adalah papanya bukan dirinya, "Tapi..."

"Tapi apa?" Shahbaz punya perasaan buruk dalam hal ini.

"Kriteria 'kasual' yang ku maksud— sayangnya itu tidak ter-deskripsikan"

"Apaa?" Sontak Shahbaz memekik kaget, "Pasha, berhenti main-main. Menikah itu adalah perkara yang serius. Apa kau akan terus hidup melajang sampai tua seperti ini? Jika begitu siapa yang akan meneruskan keturunan?"

"Tentunya aku"

"Kau tau? Lalu kenapa sesulit ini membahas pernikahan denganmu. Jika permintaan mu terus aneh-aneh seperti ini, sampai kulitmu keriput pun kau tak akan pernah mendapatkannya.."

"Itu, aku baru saja mendapatkannya" Pasha menunjuk foto kandidat ketiga yang masih ada di atas meja, "Papa saja yang tidak setuju dan bertekad mencari yang lain"

"Baik" Shahbaz menghela nafas kasar. Ia tidak punya pilihan lain. Dengan sangat terpaksa ia harus mengambil kandidat ketiga atau jika tidak...

Mungkin ia akan menua tanpa seorang cucu di sisinya.

"Papa, akan mendatangi keluarganya dan membahas perihal kau menginginkan gadis kecil ini sebagai istrimu.."

                                   —••—

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status