共有

Perpisahan yang Kutandatangani
Perpisahan yang Kutandatangani
作者: Jahe Imut

Bab 1

作者: Jahe Imut
"Sania, bantu aku nyusun surat cerai."

Begitu suara Yasmin terdengar, Sania di seberang telepon langsung melongo.

"Yasmin, Petro itu sayang banget sama kamu. Kalian sudah susah payah bertahan sampai hari ini, kenapa tiba-tiba mau cerai? Jangan-jangan cuma salah paham?"

"Lagian kalian sudah bareng 11 tahun, Haris juga sudah tujuh tahun. Kamu rela ninggalin semua itu?"

Yasmin menatap keluar jendela mobil, melihat tiga orang yang sedang jalan bareng di trotoar sambil bergandengan. Sudut bibirnya terangkat sinis.

"Petro selingkuh sama model."

"Sudah tiga tahun."

Perempuan itu wajahnya 60% mirip dengannya. Sekarang lakukan pekerjaan yang dulu dilarang keras sama Petro.

Petro membiayai hidup wanita itu di seberang rumah mereka, itu sudah berlangsung selama tiga tahun.

Sementara Yasmin sendiri baru tahu kemarin.

Telepon di seberang hening. Yasmin memalingkan wajah, kembali memandang keluar.

Di luar jendela, model peliharaan Petro, Yara, sedang menggandeng tangan Haris. Keduanya terlihat bahagia, senyum mereka begitu ringan. Sedangkan Petro, berjalan mengikuti mereka dari belakang.

Dia mengangguk, membayar, lalu menerima kantong belanjaan dan menyerahkannya ke pengawal. Gerak-geriknya tenang, bahkan tanpa sadar terlihat penuh pengertian dan sayang, membuat dada Yasmin terasa sesak.

Air mata panas jatuh satu per satu. Yasmin cepat-cepat mengusapnya. Dia baru menelepon lagi setelah tangisnya mereda dan suaranya kembali tenang.

"Nggak usah cari kepala baru buat panti asuhan. Yang lain pasti nggak tenang, biar aku aja."

"Bulan depan, aku mulai kerja."

Setelah bicara, dia menaikkan kaca jendela, menutup telepon, lalu menancap gas dan pulang.

Begitu sampai di rumah, tubuh Yasmin gemetar hebat. Dia terus menggigil, lalu menaikkan suhu ruangan dan bersembunyi di balik selimut. Tapi, dia tetap saja menggigil karena dingin.

Saat kesadarannya mulai kabur, Petro pulang.

Begitu masuk kamar, dia mengangkat Yasmin dari balik selimut, menyentuh dahinya dengan alis mengerut. "Kok tidur cepet banget, muka kamu juga pucat."

"Nggak enak badan ya?"

Dia memeluk kepala Yasmin, menyentuhkan dahinya untuk cek suhu.

Gerakan itu sudah jadi kebiasaan. Selama empat tahun pacaran dan tujuh tahun menikah, Petro selalu tahu saat Yasmin merasa nggak enak badan. Dia juga sudah sering menunjukkan perhatian begini.

Tapi, kali ini, saat tubuh hangat Petro dengan aroma yang tersisa mendekatinya, Yasmin spontan menghindar.

Begitu Yasmin sadar dan hendak bereaksi, Petro sudah terdiam kaku dengan tangan menggantung di udara. Ekspresinya penuh tanda tanya.

"Nggak apa-apa," suara Yasmin serak dan terhenti di tenggorokan. "Cuma lagi capek saja."

Petro mengangguk, tampak mengerti dan nggak terlalu mikir. "Kalau gitu makan dulu baru tidur, aku bawain makanan kesukaan kamu."

Dia berjalan ke meja lebih dulu. Yasmin menyusul dan melihat semua kotak makan sudah dibuka satu per satu oleh Petro.

Karena baju yang dipakai Yasmin agak longgar, saat dia berpapasan dan hendak mengambil sumpit, tangannya nggak sengaja menyenggol jas Petro yang disampirkan di sandaran kursi.

Dengan bunyi jatuh yang cukup keras, jas itu terlempar ke lantai. Bersamanya ikut terjatuh sebuah kondom.

Udara di ruangan langsung membeku.

Gerakan Petro yang awalnya santai langsung terhenti. Dalam sekejap, amarahnya meledak.

"Yasmin! Siapa suruh kamu pegang-pegang barang aku?"

"Kamu ngerti nggak sih yang namanya menghargai orang lain?! Meski kita suami istri, tetap ada batas dan sopan santun!"

Wajah Yasmin seputih dinding di belakangnya. Dia belum sempat bicara saat Petro sudah membungkuk marah, mengambil benda itu dari lantai. Karena gerakannya terlalu kasar, sikunya nggak sengaja menumpahkan sup panas yang langsung menyiram tangan Yasmin.

Suasana menjadi senyap seperti es pecah. Yang terdengar hanya napas memburu Petro, dan desahan pelan Yasmin menahan perih.

Entah sudah berapa lama, mungkin dia sadar reaksinya terlalu berlebihan, Petro akhirnya bicara dengan suara rendah.

"Itu cuma iseng teman. Dia masukin ke jasku buat lucu-lucuan. Aku cuma takut kamu salah paham, makanya tadi sempat emosi."

"Tangan kamu kena ya? Sini aku lihat."

Sup yang tadi panas sekarang sudah dingin. Yang tersisa cuma lapisan minyak di tangan Yasmin yang memerah.

Petro hanya melihat sebentar, lalu buru-buru ambil kotak P3K dari lemari. Seperti biasa saat Yasmin terluka, dia membalutnya pelan-pelan dengan penuh perhatian.

Tapi, kali ini, belum selesai membalut, ponsel Petro tiba-tiba berdering. Nada deringnya khas, hanya muncul kalau dari nomor tertentu.

Notifikasi masuk bertubi-tubi, seolah menuntut balasan segera.

Yasmin bisa merasakan tubuh Petro makin tegang, lalu dia menurunkan pandangannya sambil menelan getir.

"Angkat saja. Siapa tahu memang penting."

Baru aja dia selesai bicara, Petro langsung menghela napas lega dan mengambil ponselnya.

Matanya terpaku di satu layar cukup lama. Pandangannya makin gelap. Dia menghela napas panjang dan menatap Yasmin dengan tatapan penuh rasa bersalah.

"Yasmin, kayaknya ada masalah soal hadiah ulang tahun kamu. Aku harus ke sana malam ini buat diskusi lagi. Kamu tahu 'kan, aku cuma mau kasih kamu hadiah paling istimewa."

"Supnya juga udah dingin, lukanya nggak parah. Kamu beresin sendiri ya. Aku bakal cepet balik."

Setelah berkata begitu, dia menyelipkan kembali kapas pembersih itu ke tangan Yasmin, lalu membalikkan badan dan pergi.

Sebelum keluar rumah, dia sempat membawa jas panjang yang tadi terjatuh.

Yasmin memandangi punggungnya yang menjauh. Kedua tangannya masih terasa perih. Tapi, rasa sakit itu bahkan nggak sebanding dengan tusukan tajam yang menusuk-nusuk di dadanya.

Setelah 11 tahun hidup bersama Petro, dia tahu betul seperti apa pria itu.

Bahkan mungkin Petro sendiri nggak sadar, kalau dia sedang bohong, bicaranya pasti jadi jauh lebih cepat.

Alasan yang sama, dia baru pakai kemarin. Memang benar, orang jatuh cinta sering kehilangan akal sehat.

Yasmin membersihkan lukanya seadanya. Selera makannya hilang. Dia memutuskan buat lihat Haris sudah tidur belum.

Tapi, baru mendekat ke pintu kamar, dia sudah dengar suara semangat dari dalam, "Kak Yara, Ayah sudah datang belum?"

"Kak Yara tenang saja! Aku ini penjaga cinta kalian. Aku yang bakal jagain Ayah dan Kakak, biar Ibu yang nggak berguna itu pergi."

Kata-kata polos Haris membuat Yara tertawa. Tawa itu menyelinap lewat celah pintu dan sampai ke telinga Yasmin, membuat hatinya kembali nyeri dan menegang.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 21

    Saat Petro tahu, semuanya sudah terlambat untuk ditangani.Yara kembali menyebarkan sebuah video.Dalam video itu, dia dengan jelas mengatakan bahwa Petro demi mendapatkan kembali Yasmin, memaksanya menggugurkan anaknya.Lalu, dia juga merilis sebuah rekaman.Rekaman suara ibu Petro yang menyuruhnya pergi dengan tenang, sekaligus memberinya kartu bank.Sekali lagi, bukti perselingkuhan dan tindakannya memperlakukan orang lain dengan kejam membuat nama Petro melesat ke trending teratas.Dalam waktu singkat, mendominasi trending teratas.Petro memang mengeluarkan uang untuk menurunkan berita itu. Tapi, baru hilang sebentar, topik itu kembali naik. Sama sekali tak bisa dikendalikan.Berdiri di depan jendela kaca kantornya, Petro menghancurkan vas kedua dengan brutal, lalu kembali menelpon Yara.Panggilan kelima, tetap tidak ada jawaban.Sakit kepala karena marah, Petro segera memanggil sekretaris.Tatapannya penuh kebencian, giginya terkatup rapat. "Cari dia, secepat mungkin. Aku harus ke

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 20

    Jeritan pilu menggema keras di tangga rumah sakit.Perawat panik mendorong Yara masuk ke ruang operasi. Kandungannya memang kembar dan sudah rapuh. Terjatuh dari delapan anak tangga membuat janin langsung gugur tanpa perlu tindakan.Saat dokter keluar, Petro hanya mendengar satu kalimat, "Anak itu sudah tiada."Wajahnya tetap datar tanpa emosi. Dia hanya mengangguk, lalu berbalik untuk pergi.Namun, ketika baru saja melangkah, dari dalam kamar terdengar lagi teriakan parau yang penuh kebencian."Yang membiayai aku itu kamu! Yang berkali-kali meninggalkan Yasmin demi datang ke aku juga kamu! Sekarang Yasmin jijik sama kamu, mau cerai, bukannya itu memang pantas kamu terima?""Kamu kira dengan membunuh anakku, mengusirku, Yasmin bakal balik ke pelukanmu? Aku kasih tahu, nggak mungkin! Kamu sudah kotor, dia sudah lama buang kamu!""Petro, orang sepertimu, Yasmin melihat sekali saja sudah jijik! Masih berani mimpi mau rujuk? Mimpi!"Koridor rumah sakit langsung hening. Petro berhenti di te

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 19

    Suara Yasmin memang tidak keras, tapi cukup jelas terdengar oleh semua orang di sekitar.Begitu tahu bahwa dia bukan perebut suami orang, beberapa yang tadi paling ribut buru-buru melangkah pergi meninggalkan tempat itu.Kerumunan bubar, Yasmin pun tidak ingin berlama-lama.Utamanya, dia tidak ingin berlama-lama dengan Petro.Tatapan penuh perasaan di mata Petro dia anggap tidak ada. Di hadapannya, Yasmin melangkah mundur, lalu menutup gerbang panti.Untuk terakhir kalinya, dia menegaskan dengan sungguh-sungguh. "Petro, jangan datang lagi mencariku.""Kamu tahu, kalau aku sudah memutuskan sesuatu, aku nggak akan pernah berubah pikiran."Sekali memilih, Yasmin tidak akan menyesal.Petro selalu tahu itu.Tubuh Petro sempat goyah, matanya penuh penolakan dan duka.Dia ingin bicara lagi, tapi, Yasmin sudah menghilang dari pandangannya. Tak peduli seberapa keras Petro memanggil, Yasmin tetap tidak menoleh.Petro kembali ke mobil dengan jiwa kosong. Sebelum dia sempat menuntut Yara, perempua

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 18

    Setelah menolak Petro, Yasmin kembali ke panti.Dia menghubungi calon orang tua angkat, mengawasi persediaan makanan, memperhatikan kondisi anak-anak, memastikan semua pekerjaan berjalan.Rutinitas yang sederhana tapi penting terus dia selesaikan setiap hari.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dua hari kemudian, tiba-tiba terdengar keributan di depan gerbang panti.Yasmin sempat bingung, sampai rekannya, Felly, berlari panik masuk sambil menunjuk ke arah luar, napasnya terengah. "Kak Yasmin, ada orang cari kamu di depan.""Seorang perempuan hamil, sambil nangis katanya kamu sudah hancurkan keluarganya. Dia bahkan mau sujud di depanmu. Cepat lihat sendiri!"Perempuan hamil, tuduhan menghancurkan keluarga.Begitu mendengar itu, Yasmin langsung punya firasat.Dia mengangguk, membereskan dokumen, lalu melangkah cepat keluar.Bahkan sebelum Yasmin mendekat, orang itu sudah melihatnya dan menangis lebih keras. Sambil berlari ke arahnya, seakan hendak menubruk.Begitu jelas wajah Yara

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 17

    Turun dari mobil, Yasmin meregangkan pergelangan tangannya yang membiru bekas cengkraman. Dia segera menarik lengan baju ke bawah untuk menutupi luka itu, agar tidak membuat calon orang tua angkat khawatir.Setelah meminta maaf dan memberi penjelasan singkat, mereka pun berpisah.Yasmin tidak menghiraukan mobil Petro yang masih terparkir di depan pintu. Dia melambaikan tangan pada taksi dan pulang langsung ke rumah.Malam itu, Petro sempat muncul di depan rumahnya, mengetuk dua kali, tapi buru-buru pergi sebelum Yasmin sempat membuka pintu.Saat Yasmin keluar, dia hanya menemukan hadiah, obat-obatan, dan seikat bunga di lantai. Di atas bunga ada sebuah kartu.Isinya tetap sama. Permintaan maaf, penyesalan, permohonan untuk dimaafkan, dan ajakan rujuk.Yasmin hanya melirik sekilas, lalu meletakkannya kembali di tempat semula. Tidak dia sentuh, tidak dia hiraukan. Pintu kembali tertutup, dia memilih istirahat.Tidur semalam penuh membuat tubuhnya pulih. Setelah sarapan sederhana, Yasmin

  • Perpisahan yang Kutandatangani   Bab 16

    Restoran.Calon orang tua angkat itu seorang pria muda.Karena istrinya tidak bisa hamil, mereka memutuskan untuk mengadopsi anak. Setelah menyiapkan segalanya, sang istri justru jatuh sakit mendadak sehingga tidak bisa hadir.Untuk mengurangi rasa kecewa, pria itu menelpon istrinya lewat video, memberi kabar bahwa semua berjalan lancar dan meminta dia tidak khawatir. Besok mereka sudah bisa membawa anak itu pulang.Sebagai ayah baru, dia agak gugup, lalu meminta Yasmin banyak membimbingnya.Yasmin selalu sabar menghadapi orang tua angkat yang tulus. Dia menjelaskan banyak hal, semua detail dan teori, apa pun yang dia tahu, semuanya dia bagikan tanpa ragu.Tanpa terasa, dua jam sudah berlalu.Melihat anak kecil itu terus menguap, Yasmin baru sadar waktu sudah sangat larut.Saat hendak pamit, tiba-tiba lengannya ditarik kuat membuatnya terhempas keluar.Begitu menoleh, dia melihat wajah Petro yang muram dengan mata merah."Petro, kamu ngapain?"Yasmin langsung kesal, reaksi pertamanya a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status