Share

Bab 4

Author: AliceLin
last update Huling Na-update: 2025-06-25 19:10:18

“Selamat ya. Dengan ini, kalian sudah resmi menjadi pasangan suami-istri.”

Senyum lega merekah di wajah Sherin saat menerima sertifikat pernikahan dari petugas catatan sipil yang duduk di hadapannya. Ia segera bangkit dari kursinya, hendak menyusul Arnold yang telah lebih dulu keluar ruangan.

Namun, langkahnya terhenti karena sang petugas memanggilnya kembali. Ia pun menoleh.

Dengan nada penuh keraguan, petugas itu berkata, “Nona, apakah suami Anda…?”

Dahi Sherin berkerut. “Ada apa dengan suami saya?”

Wanita paruh baya itu malah menggeleng. “Ah, tidak. Lupakan saja. Mungkin saya yang keliru.”

Meski merasa aneh, tetapi Sherin tidak ingin membuang waktu untuk bertanya lebih jauh. 

Begitu Sherin keluar dari ruangan, petugas tersebut menatap salinan identitas yang tadi diberikan Arnold. Bibirnya menggumam pelan, “Nama mereka memang sama. Tapi … Arnold Windsor yang itu tidak mungkin berpenampilan seperti tadi, kan?”

Petugas itu pun menepis pikirannya dan kembali melanjutkan tugasnya.

***

Di luar gedung, Sherin menemukan Arnold berdiri di samping mobil. Pria itu terlihat sedang mengamati sertifikat pernikahan yang baru diterimanya. Wajahnya tampak serius seakan sedang menilai sesuatu hal.

“Kamu belum pergi?” tanya Sherin, menghampiri pria yang telah resmi menjadi suaminya tersebut..

Alih-alih menjawab, Arnold hanya melemparkan tatapan datar, lalu memalingkan wajahnya dengan acuh tak acuh.

Sherin hanya bisa menghela napas frustrasi. Sejak mereka memasuki gedung catatan sipil, Arnold terus bersikap dingin padanya. Namun, Sherin menyadari kesalahannya.

Siapa yang tidak marah, dipaksa menikah demi kepentingan gadis gila yang telah mempermalukannya di depan umum?

“Aku tahu kamu masih kesal,” ujar Sherin dengan hati-hati. “Tapi, kamu sendiri juga setuju untuk menikah. Aku─”

Tatapan tajam Arnold langsung membungkamnya. Dengan penuh keengganan, gadis itu pun terpaksa mengalah. “Oke. Aku minta maaf. Tapi, aku punya alasan!” cetusnya.

Arnold malah berdecih. “Apa maaf saja cukup?” cibirnya.

Sherin langsung menelan ludah ketika melihat goresan panjang pada spion mobil yang ditunjuk oleh Arnold. Saat melakukan pelarian diri tadi, Sherin akui jika ia tidak berpikir panjang. Ia tidak menyadari bahwa mobil yang “dicurinya” ini adalah mobil mewah edisi terbatas!

'Mampus! Pasti biaya perbaikannya sangat mahal,' batin Sherin, panik.

"Kenapa diam?" Satu alis Arnold terangkat. Seulas senyuman yang tampak remeh, tetapi juga terkesan angkuh tersungging di bibir pria itu.

"Jangan-jangan ... kamu ingin lepas tanggung jawab dan berpura-pura amnesia?" ejek Arnold.

“Aku bukan orang seperti itu!” sergah Sherin.

"Oh ya?" Pria itu masih meragukannya.

Amarah Sherin pun tersulut. "Aku akan bayar semuanya! Kompensasi, perbaikan mobil, biaya sewa, atau bahkan kalau kamu mau, aku bisa langsung bicara ke atasanmu!”

Alih-alih merasa puas, Arnold justru terkekeh pelan. 

Dan Sherin sadar—lelaki itu benar-benar menikmati setiap detik penderitaannya. Meskipun kesal, tetapi Sherin tidak dapat berkata apa pun karena mobil itu memang rusak akibat ulahnya. Selain itu, ia masih membutuhkan pria itu─setidaknya untuk sekarang.

Merasa tidak ada hal yang dibicarakan lagi, Sherin memutuskan pergi. Ia ingin segera menyelesaikan urusannya yang lebih penting. Namun, baru ia hendak berbalik badan, pergelangan tangannya dicekal.

“Mau ke mana?” tanya Arnold. Matanya menyipit penuh curiga.

“Bukan urusanmu," jawab Sherin dengan ketus.

“Kamu mau kabur?” sindir pria itu lagi.

Sherin pun membelalak. “Siapa bilang aku mau kabur? Aku─”

“Tapi, wajahmu mengatakan hal sebaliknya,” potong Arnold, cepat.

Sherin memejamkan mata, mencoba menahan emosi. “Baiklah. Kalau kamu takut aku kabur, antar saja aku pulang.”

Arnold menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya melepaskan cekalannya dan mengangguk setuju dengan sarannya.

“Dasar menyebalkan,” gerutu Sherin sambil membuka pintu mobil dengan kasar, lalu duduk di kursi penumpang tanpa menatap pria itu sedikit pun.

Sementara, Arnold masih berdiri diam di luar. Tatapannya jatuh pada salinan sertifikat pernikahan di tangannya. “Sherin... Scarlet?” gumamnya pelan. 

Sebelum pikirannya larut terlalu jauh, suara nyaring klakson mobil mengagetkannya.

"Apa kamu mau nunggu sampai tahun depan baru mau masuk?" omel Sherin dengan nada tidak sabar.

Arnold akhirnya masuk ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa, lalu melajukan kendaraan meninggalkan kantor catatan sipil.

Selang beberapa waktu kemudian, mereka tiba di kediaman keluarga Scarlet. Sherin turun lebih dulu. Ia tidak menunggu Arnold dan membiarkannya memarkir mobil sendiri.

Tidak ada pelayan yang menyambut gadis berstatus nona besar itu. Perlakuan asing seperti ini sudah biasa diterima oleh Sherin.

Selama sepuluh tahun terakhir, tempat itu sudah tidak pernah terasa seperti rumah baginya. Begitu ia menginjakkan kaki di ruang keluarga, atmosfer udara langsung terasa berat.

Penelope Smith, ibu tirinya, langsung menyambutnya dengan cibiran sinis. “Kamu masih punya muka untuk pulang ke rumah ini, Sherin?”

Sherin menyeringai. “Yang tidur dengan tunangan orang bukan aku, tapi putrimu. Kenapa harus aku yang malu?”

Penelope tersentak. Sebelum ia sempat membalas, tiba-tiba Paula menangis di sampingnya dan berseru dengan suara terisak, “Kak Sherin jahat. Gara-gara video editanmu, sekarang semua orang menghinaku. Aku … aku … mau mati saja!”

“Editan?” Sherin nyaris tertawa. “Siapa bilang video itu editan? Jelas-jelas kamu─”

“Paula-ku yang malang," Penelope menyela dengan cepat. Ia memeluk putrinya dan ikut menangis tersedu-sedu. "Sekarang nama baiknya jadi hancur karena ulah gadis tak tahu diri ini," lirihnya.

Sherin memutar bola matanya dengan malas. Ia sudah familiar dengan sandiwara Penelope dan Paula. Keduanya sudah sering melakukannya demi mendapatkan simpati dari orang-orang sekitarnya, terutama ayahnya.

Namun, Sherin tidak menyangka mereka masih tidak jera dan berusaha memutarbalikkan keadaan dengan menimpakan kesalahan padanya. Padahal jelas terbukti Paula telah bermain gila dengan tunangannya.

‘Benar-benar tidak masuk akal,’ batin Sherin seraya mengembuskan napasnya dengan kasar.

“Akuilah kesalahanmu, Sherin,” ujar sang ayah, yang kini telah berdiri di hadapannya.

Seperti biasa, David Scarlet selalu berada di pihak Penelope dan Paula. Biasanya Sherin sama sekali tidak peduli. Hanya saja, kali ini ia merasa sangat kecewa. Tatapan tajam ayahnya memperjelas bahwa apa pun pembelaannya tidak akan ada gunanya.

Kedua tangan Sherin terkepal erat. Amarah di dalam dadanya semakin bergejolak saat melihat Penelope dan Paula tersenyum penuh kemenangan di balik tangis pura-pura mereka.

Sherin mengatupkan rahangnya, lalu ia membalas dengan suara yang bergetar, tetapi tetap terlihat tegar, “Aku tidak bersalah.”

“Terlepas apakah video itu hasil editan atau bukan, perbuatanmu tadi bukan hanya merusak reputasi kita, tetapi juga keluarga Langdon, Sherin,” lanjut David, sama sekali tidak peduli dengan ucapan putrinya. “Tapi mereka bersedia mengampunimu, asal kamu mau minta maaf dan tetap menikah dengan Marco. Jadi─”

Sherin tertawa getir. “Wah, hati mereka benar-benar mulia, ya,” ejeknya.

Rahang David mengeras. Namun, ia masih mencoba untuk tidak mempedulikan ucapan putrinya dan berkata, “Telepon Marco sekarang. Katakan padanya kalau kamu bersedia menikah dengannya. Papa akan menjadwalkan pendaftaran pernikahan kalian di kantor catatan sipil besok.”

“Itu tidak mungkin,” timpal Sherin dengan suara dingin sekaligus tegas.

Matanya memicing tajam, menatap sang ayah dengan penuh kebencian. "Selama ini aku sudah cukup bersabar menjadi alat untuk mewujudkan ambisi dan keserakahan Papa. Kali ini aku tidak akan pernah membiarkan Papa mengatur hidupku lagi."

Rahang David mengatup rapat. “Dasar anak durhaka …,” geramnya.

Kesabarannya sudah habis. Pria paruh baya itu pun mengangkat tangannya, lalu─

PLAK!

Satu tamparan telak mendarat tepat di wajah Sherin. Rasa panas menyengat pipinya, tetapi rasa kecewa di dalam dadanya jauh lebih menyakitkan.

Keheningan menggantung sesaat, hingga suara dalam yang tenang memecah suasana. “Apa yang Anda lakukan?”

Semua mata menoleh ke arah pintu.

Arnold berdiri di sudut ruangan. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, lalu terhenti pada wajah Sherin  yang memerah. Namun, ekspresinya tetap datar.

“Siapa kamu?!” bentak David.

Arnold tidak menggubrisnya dan melangkah mendekati Sherin. Dengan penuh kehati-hatian, ia menyentuh bekas kemerahan pada pipi Sherin. Sikap tak terduganya itu membius semua orang di dalam ruangan tersebut, termasuk Sherin.

'Dia ...apa yang dia lakukan?' batin Sherin, tak percaya dengan tatapan lembut yang tertuju padanya.

Sementara itu, David kembali membentak, kesal karena diabaikan, “Saya tanya, siapa kamu?! Apa hubunganmu dengan putri saya?!”

Arnold pun menoleh. Tatapan tajamnya yang menusuk, membuat nyali David perlahan menciut.

Sebelum Arnold sempat menjawab pertanyaan ayahnya, Sherin yang telah menguasai rasa kagetnya, sudah angkat suara lebih dulu, “Dia adalah suamiku, Papa.”

Seisi ruangan seakan membeku dalam keheningan dengan pengakuan tersebut.

David terhenyak, sedangkan Penelope dan Paula saling berpandangan dengan syok.

Namun, di tengah kekagetan semua orang, seulas senyuman samar yang misterius terbit di bibir Arnold. Pria itu terlihat menikmati drama yang tengah berlangsung di tengah ruangan tersebut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
LuckyStar
bapak kalau sudah tergil⁴-gil4 sama wanita dan harta ya gini tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah
goodnovel comment avatar
Vha Candra
papanya Sherin bener2 sudah di hasut smaa tuh Medusa dua , lebih membela istri ke dua di banding anak nya sendiri , pdhal jelas2 itu vidio nyata pake bilng editan ...
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
kamu lebih membela istri muda mu dan anaknya. nanti kamu akan menyesal
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 33

    “Seperti dugaanmu, Bernard Murray memang orang yang cukup licik dan serakah. Sudah banyak beredar rumor buruk tentangnya, tetapi berkat seseorang, semua isu itu berhasil dialihkan. Dan kamu pasti tahu siapa orangnya,” imbuh Sophia lebih lanjut.Arnold memutar pelan gelas whiskey di tangannya. Jelas siapa yang Sophia maksud, kemungkinan besar Frans Langdon-lah yang yang berada di balik pergerakan calon politisi itu.Arnold menatap cairan keemasan di dalam gelasnya, seolah bisa membaca jejak langkah lawannya di sana. Alih-alih menggali informasi lebih lanjut, ia menyoroti Alvin yang tengah asyik bersenang-senang dengan para bawahannya yang lain.“Apa bocah itu masih sering memberikan masalah untukmu selama aku pergi, Madam Nolan?” tanya Arnold seraya menunjuk pemuda itu dengan dagunya.Sophia mengikuti arah pandang Arnold, lalu mendengus kecil. “Tiada hari dia tidak berulah. Bukannya bekerja, dia malah sibuk menggoda semua wanita yang ditemuinya. Entah mau jadi apa dia nanti.”“Walaupun

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 32

    Musik hingar bingar memenuhi ruangan VIP Diamond. Terdengar suara tawa dari beberapa pria dan wanita yang sedang menikmati minuman berkelas, ditemani alunan musik live yang memekakkan telinga.Lampu kristal berpendar lembut, memantulkan kilau dari botol-botol champagne yang berjajar di atas meja marmer. Asap cerutu tipis menari di udara, bercampur dengan aroma alkohol yang menusuk.Tampak Alvin yang tengah memasang wajah serius, tangannya menggenggam stik biliar dengan penuh konsentrasi. Ia membungkuk, menatap bola putih seolah ingin menembusnya dengan sorot matanya. Satu kali pukulan, bola meluncur cepat namun berhenti beberapa sentimeter sebelum mengenai target.“Ah, sial!” gerutunya sambil mengumpat kecil, membuat pria-pria lain di sekitar meja tertawa.King, yang sejak tadi hanya berdiri santai dengan tangan terlipat di dada, melangkah maju dengan tenang. Ia mengambil stik biliarnya tanpa banyak bicara.Dengan gerakan sederhana, bola putih melesat mulus, memantulkan sisi meja, dan

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 31

    Sherin masih terpaku di depan pintu hingga salah satu pria mengisyaratkannya untuk masuk. “Kemarilah, Kucing Manis. Ayo temani Kakak minum.”Tamu pria itu menepuk tempat kosong di sampingnya. Senyum lebarnya memperlihatkan deretan gigi yang sudah tak lagi rapi dan menguning.Mendengar tawaran itu, satu alis Sherin menukik naik. ‘Dasar tua bangka tidak tahu diri. Dia bilang apa? Kakak? Apa dia tidak berkaca dulu sebelum keluar rumah tadi?’Ia menahan lidahnya agar tidak menyemburkan umpatannya. Demi pekerjaannya, ia memilih diam. Dengan penuh keengganan, gadis itu mendorong trolinya dan berdiri di tengah ruangan.Ketiga tamu paruh baya itu tidak mengenakan topeng mereka sesuai aturan kelab sehingga Sherin bisa melihat jelas wajah mereka. Kening Sherin langsung mengernyit saat tatapannya tertuju pada salah seorang tamu.Pria berperut buncit itu duduk sambil memeluk pinggang dua wanita pendamping kelab berpakaian seksi di kedua sisinya. Terlihat beberapa bekas lipstik di wajah gempalnya

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 30

    “Jack! Apa yang kamu lakukan di sana? Kemarilah!” Sophia Nolan tiba-tiba berteriak lantang padanya.Alvin mendengus kesal karena kesenangannya lagi-lagi diusik. “Dasar tante-tante cerewet,” gerutunya. Namun, ia tetap berjalan ke arah wanita itu.Sementara, Sherin masih terpaku di tempat, menatap King yang kini berdiri tegak di tengah ruangan dengan dikerumuni oleh para pengagumnya. Ia tidak dapat melepaskan tatapannya dari pria bertopeng perak itu.Aura yang terpancar dari sosok itu begitu kuat, hampir terasa seperti magnet yang memaksa semua mata menatap ke arahnya. Ketika tatapan dingin King tiba-tiba beradu dengan matanya, bulu kuduk Sherin meremang seketika.Napasnya nyaris tercekat saat melihat pria itu tersenyum tipis. Senyuman samar yang nyaris tidak terlihat, tetapi cukup untuk menimbulkan ribuan tafsir bagi siapa pun yang melihatnya.Ucapan Alvin sebelumnya bergema di dalam kepalanya, memunculkan ketakutannya. Namun, di sisi lain, Sherin merasa tatapan dingin pria itu sangat

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 29

    Sherin mendorong troli minuman keluar dari ruang ganti, melangkah pelan menyusuri koridor. Setiap langkah terasa berat—bukan hanya karena pakaian yang membuatnya tidak nyaman, tetapi juga nyeri yang masih menusuk di kaki kanannya.Ia berhenti sejenak di depan pintu besar yang memisahkan area internal karyawan dengan ruang hiburan utama kelab. “Hei, Kucing Seksi,” goda penjaga yang berdiri di dekat pintu tersebut sembari bersiul. Namun, Sherin tidak menggubrisnya.“Pulang kerja nanti ikut denganku, bagaimana?” Pria berotot kekar tinggi itu masih mencoba merayunya.Sherin hanya melototinya dari balik topengnya dan segera mendorong pintu di depannya dengan punggungnya.Begitu pintu terbuka, dunia di hadapannya seakan berubah seratus delapan puluh derajat. Cahaya lampu berwarna-warni menari liar di langit-langit, musik berdentum keras hingga terasa mengguncang dadanya, dan riuh tawa para tamu langsung menyergap telinganya.Jantung Sherin berdegup kencang, telinganya berdengung karena kebi

  • Pesona Berbahaya Suami Dadakanku   Bab 28

    “Apa kamu belum selesai? Lama sekali!”Ketukan keras menggema dari balik pintu ruang ganti, disusul suara bentakan bernada kesal.Sherin hanya bisa menghela napas panjang, mengabaikan kemarahan Clara─hostess senior yang akan ia gantikan malam ini. Saat ini perhatiannya tersita sepenuhnya pada penampilannya sendiri.Keningnya mengernyit. Matanya menelusuri pantulan dirinya di depan cermin. Ia hampir tak percaya, gadis seksi di hadapannya ini adalah dirinya.Balutan kostum kucing serba hitam yang menempel ketat di tubuhnya, stoking jaring yang menutupi kaki jenjangnya, ekor panjang buatan yang menjuntai di belakang, serta telinga kucing yang bertengger manis di atas kepalanya membuatnya merasa ... tidak mengenal dirinya sendiri.Sherin meremas ujung rok mini ketat yang menempel di pinggangnya, berusaha menutupi rasa canggung yang kian menyesakkan. Napasnya terasa berat, seakan ruangan sempit itu menutup seluruh jalan keluar untuk bernapas.Gadis itu meneguk salivanya dengan bersusah paya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status