Share

Bab 19

Author: Lionel Lussy
last update Huling Na-update: 2025-05-03 07:03:47

Bab. 19

Di ruang gawat darurat, suasana terasa tegang. Dokter dan perawat bergerak cepat membawa Pak William ke dalam ruang tindakan.

Roura berdiri di luar, matanya tidak lepas dari pintu yang tertutup. Sion bersandar di dinding dengan ekspresi malas.

"Sudah ku bilang tadi, kita pergi saja. Untuk apa peduli pada pria tua itu. Ini membuang waktu kita!" Sion mengomel pada Roura.

Roura menatap pria itu dengan kesal. "Kau sudah kehilangan nuranimu, Tuan Sion."

Saat perdebatan itu, seorang dokter keluar dan menghampiri Roura. Dengan cepat Roura juga menghampiri Dokter.

"Pria tua itu mengalami masalah pada jantungnya. Kami akan melakukan tindakan segera. Tapi kami perlu seseorang untuk mengisi dokumen administrasi. Apa Anda keluarganya?" tanya Dokter.

Roura tergagap. "Tidak, saya hanya kebetulan ada di tempat, saat dia pingsan."

Resepsionis mendekat dengan formulir di tangannya. "Tapi salah satu orang yang menga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Pesona Hantu CEO   Bab 20

    Bab. 20Roura tidak terlalu peduli dengan peringatan Sion, gadis ini hanya mengangguk dan memenuhi ajakan Marco."Tentu saja, tuan Marco. Ini suatu kehormatan." "Kalau begitu mari kita ke runah sakit, aku harus melihat juga kondisi karyawan ku. Mari," ajak Marco.Mereka tiba di depan mobil Marco, Roura berhenti mendadak. Di depannya, bukan sebuah mobil biasa, melainkan limosin mewah berwarna hitam mengkilap, dengan dua penjaga berdiri tegak di setiap sudutnya. Mata Roura membesar.Seorang penjaga membuka pintu limosin dengan anggun, menundukkan kepala sedikit sebagai tanda hormat. Marco tersenyum santai, melambaikan tangan ke arah pintu. "Silakan naik, Nona."Dengan ragu, Roura melangkah masuk ke dalam limosin. Begitu duduk, mulutnya hampir terbuka lebar. Interiornya sangat mewah—kursi dari kulit halus, lampu kecil yang memberikan penerangan lembut, dan sebuah meja kecil yang dilengkapi dengan cangkir teh porselen indah, serta teko teh berwarna emas dengan ukiran klasik."Wow," mat

    Huling Na-update : 2025-05-03
  • Pesona Hantu CEO   Bab 21

    Bab 21Setelah melihat foto-foto di dinding, Sion menguatkan hati, melangkah lebih jauh ke dalam rumah yang seakan merangkulnya dengan kehampaan. Setiap sudut seperti menyimpan cerita sunyi. Sion memasuki ruang keluarga yang cukup luas dan terlihat perabotan antik berdiri di sana, seperti saksi bisu waktu yang membeku. Sebuah jam dinding besar berdetik pelan di sudut ruangan, menjadi satu-satunya yang mengisi keheningan.Perhatian Sion tertarik pada sebuah meja kayu dengan permukaan yang sudah retak. Di atasnya, terdapat foto keluarga dengan wajah-wajah yang tampak tidak asing. Sion memperhatikan bingkai foto itu dengan tatapan penuh tanya. Karena sosok kecil di foto itu adalah dirinya sendiri, bahkan ketika ia masih menjadi balita. "Foto ini? Aku mengenal foto ini," ucap Sion pada dirinya sendiri.Di sebelah kiri foto balita itu, berdiri pria dewasa yang merupakan ayahnya, tetapi di sisi kanan, ada seorang pria asing yang iku

    Huling Na-update : 2025-05-03
  • Pesona Hantu CEO   Bab 22

    Bab. 22Ketika Roura sedang berdiri dalam dilema, tatapannya terpaku pada punggung Pak Jansen yang perlahan menjauh, tiba-tiba suara seorang penumpang di bus memecah lamunannya."Hei, Nona! Apa kau mau berdiri saja di situ atau mau naik? Kami akan segera pergi!"Roura tersentak. Gadis ini refleks, ia melangkah ke dalam bus. Pintu langsung tertutup dengan suara mekanis yang tegas di belakangnya, menandai keputusan yang kini tak bisa diubah lagi. Roura menghela napasnya untuk menenangkan diri akan keputusan yang ia ambil, gadis ini memilih tempat duduk di dekat jendela, agar pandangannya bisa tetap terarah ke trotoar. Di mana Pak Jansen berjalan tertatih di sana, perlahan semakin jauh dari pandangan mata Roura.Roura berusaha memperhatikan pergelangan tangan kanan pria tua itu, mencoba mencari tanda yang sangat penting dalam misi ini— sebuah tato burung hantu juga bekas luka yang mungkin bisa terlihat.Tapi dari jarak ini, Roura t

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Pesona Hantu CEO   Bab 23

    Bab. 23Kakek hantu itu menoleh perlahan, matanya memandang Sion dengan senyum kecil. “Tentu saja, aku bisa menceritakan banyak hal tentang wanita itu.”Sion memiringkan kepalanya, menajamkan pendengarannya. “Baiklah, tolong ceritakan apa yang kau tahu.”Kakek itu tertawa kecil, suaranya seperti bisikan angin yang berputar lembut. “Aku ingin menceritakannya, tapi sayangnya, tidak bisa untuk saat ini.”Dahi Sion berkerut, rasa frustrasi mulai terasa lagi di benaknya. “Kenapa tidak bisa? Apa yang menahanmu?”“Karena pagi hampir tiba,” jawab kakek itu sambil melirik ke arah timur, tempat warna fajar mulai merayap di balik gedung.Sion mengikuti pandangannya, lalu menatap kembali kakek itu dengan alis terangkat tinggi. “Benarkah? Apakah kau takut pada matahari? Apa benar hantu akan terbakar jika terkena sinarnya?”Tawa kakek itu meledak, menggema seolah mengisi ruang kosong di antara mereka. “Tidak, tidak, bukan begitu, nak.

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Pesona Hantu CEO   Bab 24

    Bab. 24Roura duduk di dekat jendela, memandangi pemandangan yang berlalu di sisi jalan dengan tatapan kosong. Langit siang yang cerah, perlahan berubah menjadi kelabu saat awan menggantung berat di cakrawala."Lihatlah, waktu begitu cepat berlalu. Tapi hidupku belum juga ada perubahan," gumam Roura sambil menghela napasnya dengan berat.Beberapa penumpang turun satu per satu di halte-halte kecil, dan bus perlahan semakin sepi. Ketika akhirnya bus tiba di pinggiran kota Ravendale, matahari sudah mulai condong ke barat. Bus berhenti dengan suara decitan rem yang panjang, dan sopir yang sudah tua itu melirik Roura sekilas."Nona, kita sudah sampai di halte terakhir," ucap sopir itu singkat."Oh, iya, kah?" Roura berdiri dengan tergesa, memegangi tasnya erat-erat saat menuruni tangga. Sopir itu menggeleng kepala. "Dia cantik dan masih muda, tapi sepertinya beban pikirannya terlalu berat," ucap sang sopir, m

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Pesona Hantu CEO   Bab 25

    Bab. 25Suara bel itu, membuat Roura langsung beranjak dari tempat duduknya dengan penuh semangat. “Nyonya, biar aku saja yang membuka pintu. Mungkin itu suami Anda,” ujar Roura sambil tersenyum penuh harap.Nyonya Liana, yang duduk tenang di kursinya, tersenyum kecil dan mengangguk. “Baiklah, silakan, Roura.”Roura segera menuju pintu dan membukanya dengan cepat. Namun, ekspresi wajahnya berubah kecewa, ketika melihat siapa yang berdiri di depan. Bukan Pak Jansen, melainkan seorang wanita tua yang tampak seusia dengan Nyonya Liana.Wanita tua itu memicingkan matanya, tampak bingung. “Siapa Anda?” tanyanya dengan nada curiga.Roura sempat kebingungan, namun sebelum ia sempat menjawab, Nyonya Liana yang berada di ruang tamu mengenali suara itu. “Lisa? Apakah itu kamu?” Wanita tua yang ternyata bernama Lisa itu mengangguk. “Iya, ini aku, Liana. Aku melihat lampu depan rumahmu belum menyala. Apa suamimu belum pu

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Pesona Hantu CEO   Bab 26

    Bab. 26Mendengar pertanyaan itu, Roura menggenggam kedua tangannya erat, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Ia menatap pria tua di depannya yang kini sedang memperbaiki posisi topi kebunnya. "Pak Jansen, perkenalkan saya Roura. Saya datang membawa pesan dari Nyonya Liana. Beliau meminta saya memastikan bahwa Anda baik-baik saja, karena Anda tidak pulang ke rumah seperti biasanya."Pak Jansen menghela napas lega dan tersenyum kecil. "Ah, istri saya memang mudah cemas. Terima kasih sudah menyampaikan pesannya, Nona. Saya masih harus menyelesaikan pekerjaan ini. Jika tidak ada hal lain, mungkin Anda bisa kembali dan memberi tahu dia bahwa saya akan segera pulang."Namun, Roura tetap berdiri tegak. Ia tahu ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan jawaban tentang Sion. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara lagi."Sebenarnya, ada hal lain yang ingin saya tanyakan... sesuatu yang sangat penting. Tapi saya kh

    Huling Na-update : 2025-05-04
  • Pesona Hantu CEO   Bab 27

    Bab. 27Sementara ituRoura duduk di sofa ruangan itu, pandangannya menjelajahi ruangan yang tertata rapi. Meja kerja dengan berkas-berkas yang tersusun rapi, juga rak buku yang penuh dengan dokumen, serta hiasan dinding yang minimalis tetapi terlihat mahal. Gadis ini menghela napas panjang, merasa sedikit kosong di tengah keheningan itu."Entahlah, kenapa Sion tidak menemaniku sepanjang hari ini? Bukankah dia yang terus mendesakku untuk bertemu dengan Pak Jansen? Tapi sekarang, di saat aku membutuhkannya, dia malah tidak mau muncul. Dasar hantu menyebalkan."Mata Roura menatap jam dinding yang berdetak perlahan. Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10.00 malam. Roura memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan hatinya yang mulai gundah. "Aku belum kembali ke Mayro di jam segini. Aku pasti akan pulang telat lagi, dan Martha pasti akan marah padaku. Dia selalu bilang aku bodoh dan tidak bertanggung jawab."Namun,

    Huling Na-update : 2025-05-08

Pinakabagong kabanata

  • Pesona Hantu CEO   Bab 38

    Bab. 38 Roura menatap Andrew dengan tatapan tidak percaya. "Tapi... aku dengar tadi, jika kau ingin benar-benar melenyapkan Sion dan tidak ingin ia kembali lagi ke tubuhnya." Andrew mengangguk, senyum puas terlukis di bibirnya. "Kau memiliki pendengaran yang baik, Nona. Memang itu yang aku inginkan." "Tunggu sebentar. Bukankah Sion adalah keponakanmu, Tuan Andrew? Lalu kenapa kau menginginkan kematiannya? Seharusnya seorang keponakan memiliki kedudukan yang sama seperti seorang putra kandung," ucap Roura. Andrew tertawa renyah, suara tawanya menggema di dalam ruangan yang remang-remang itu. "Aku menginginkan kematiannya?" "Hey! Sepertinya kau masih belum mengerti, Nona. Sion itu sudah mati, jadi aku bukan menginginkan kematiannya. Aku justru ingin dia kembali ke alam baka dengan tenang." "Tapi... bukankah dia masih bisa hidup kembali jika dia bisa kembali ke tubuhnya," jawab Roura dengan suara

  • Pesona Hantu CEO   Bab 37

    Bab. 37Roura menghentikan langkah, matanya menatap tajam ke arah Andrew yang berdiri menjulang di hadapannya. Tawaran pria itu terlalu menggiurkan, tetapi juga mencurigakan."Apa yang Anda bilang tadi? Anda akan memberikan berapa pun yang aku minta?" tanya Roura.Andrew mengangguk dengan penuh keyakinan. "Tentu saja. Berapa pun yang kau butuhkan, tinggal kau sebut saja."Roura terkekeh kecil, ada nada geli dalam tawanya. "Oh ya ampun, ada apa ini? Biasanya Anda sangat galak dan tidak menyukaiku, tapi kenapa tiba-tiba berubah jadi baik?"Andrew melangkah lebih dekat, ekspresinya tetap tenang namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dibaca. "Karena ini adalah kesempatan yang saling menguntungkan, Nona. Jika kau menerima penawaranku, kita berdua akan mendapatkan apa yang kita inginkan."Roura menyipitkan mata, tatapannya penuh kewaspadaan. "Penawaran apa yang Anda tawarkan kepadaku?""Ikutlah denganku dulu. Aku akan me

  • Pesona Hantu CEO   Bab 36

    Bab. 36Roura mendekatkan telinganya ke mulut ayahnya. "Aku siap mendengarkannya, Ayah. Ada hubungan apa ibu dengan seseorang bernama Elisa itu?" "Ibumu... Dia..."Namun sebelum ayahnya sempat menyelesaikan ucapannya, napasnya kembali tersengal dan monitor jantung mulai berbunyi tak beraturan."Ayah! Ada apa, ayah?" Roura sangat panik.Melihat kondisi ayahnya, Roura langsung berlari ke luar untuk mencari bantuan. "Suster! Tolong ayahku!" teriak Roura.Beberapa petugas medis segera menuju ke arahnya, dan segera mengikuti langkah gadis ini. "Maaf, Nona, Anda harus keluar sekarang!" ucap Suster, ketika melihat kondisi pasiennya.Beberapa petugas medis lain menghampiri, memaksa Roura mundur dari sana. Sementara dokter-dokter itu segera melakukan tindakan darurat. Kini Roura hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan itu, ia tidak tahu harus berbuat apa kali ini, sungguh ia sudah sangat bi

  • Pesona Hantu CEO   Bab 35

    Bab. 35Roura terlihat gemetar mendengar ucapan Louisa, dan Sion bisa melihat bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Saat Roura akhirnya menutup telepon, wajahnya tampak pucat.Sion langsung bertanya dengan cepat, "Ada apa, Roura?"Roura menelan ludah, suaranya bergetar saat menjawab, "Ayahku... Louisa bilang dia sedang di rumah sakit sekarang... dan kondisinya kritis."Sion terkejut, "Apa? Jadi ayahmu sakit?"Roura mengangguk cepat, "Benar. Aku harus segera ke rumah sakit sekarang juga!"Sion menatapnya dengan ekspresi serius. "Baiklah, aku akan menemanimu. Kita harus segera pergi dari sini."Tanpa membuang waktu, Roura langsung berlari menuju halte bus dan pergi meninggalkan tempat itu.*Setelah melakukan perjalanan hampir dua jam, Roura akhirnya tiba di rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Ia segera menuju ruang ICU dengan langkah tergesa-gesa. Di ruang tunggu, ia melihat Louisa dan Martha sedang du

  • Pesona Hantu CEO   Bab 34

    Bab. 34Marco dan Andre saling bertukar pandang, terkejut mendengar ucapan itu.Namun, Andre segera bersuara lebih dulu."Apa lagi ini? Kau masih ingin menanyakan soal keberadaan tubuh Sion? Kenapa kau begitu penasaran? Dasar gadis aneh!" Matanya menatap tajam penuh kecurigaan. "Aku curiga kau adalah mata-mata dari pesaing kami."Roura langsung menggelengkan kepala. "Tidak! Bukan itu! Justru aku ke sini untuk memberitahu kalau tubuh Sion—"Tapi tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi.Mulut Roura terbungkam.Seolah ada sesuatu yang tak terlihat menghentikannya berbicara.Mata gadis itu membulat karena terkejut. Lalu, ia menyadari sesuatu…Sion muncul di belakangnya.Tangannya yang tak kasat mata menutupi mulut Roura, mencegah gadis itu mengatakan apapun."Tolong jangan katakan apapun pada mereka," bisik Sion, suara dinginnya bergema di kepala Roura."Aku akan melepaskan tanganku j

  • Pesona Hantu CEO   Bab 33

    Bab. 33Pak Jansen tersenyum getir mendengar pertanyaan Roura. Ia berkata dengan nada berat, "Mungkin jika memang Sion tidak ingin bertemu dengan arwah putriku, aku tidak perlu menjelaskan apa pun kepadamu atau kepada siapa pun. Karena aku bisa melihat, ikatan batin di antara Sion dan putriku ternyata memang tidak ada."Roura terdiam, mencoba mencerna jawaban pria tua itu. Ada sesuatu dalam kata-kata Pak Jansen yang mengusik pikirannya. "Tapi, Pak... kenapa di antara mereka harus ada ikatan batin? Apakah mereka memiliki hubungan darah?"Pak Jansen langsung terdiam, ia mendongak ke atas, mencoba menahan air matanya. Seluruh tubuhnya gemetar, dan Liana yang duduk di sampingnya bisa merasakan bahwa suaminya sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja."Jansen, apa kau baik-baik saja?" tanya Liana yang langsung berdiri dari duduknya.Pak Jansen hanya diam, wajahnya tampak menegang. Liana meraba-raba udara untuk meraih tangan suaminya, kemudian

  • Pesona Hantu CEO   Bab 32

    Bab. 32Sementara di sisi lain, Roura berjalan dengan langkah cepat menuju kantor Robin Group. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya, apalagi udara dingin dini hari mulai menusuk kulitnya. Langit masih gelap, hanya diterangi oleh rembulan yang bersinar redup di atas sana. Hari bahkan hampir pagi. Waktu di ponselnya menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tubuhnya sudah terlalu lelah, kedua kakinya terasa berat, dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Namun, ia tidak bisa berhenti sekarang."Aku benar-benar kehabisan tenaga," gumamnya sembari menghela napas panjang.Roura terus berjalan sambil menoleh ke kanan dan kiri. Jalanan semakin sunyi, rasa ngeri mulai merayap di pikirannya. Sementara perjalanan menuju kantor Robin Group masih cukup jauh.Angin malam bertiup dingin, menusuk kulitnya hingga membuatnya merapatkan jaket. Setiap bayangan yang bergerak karena hembusan angin terasa mencurigakan, membuatnya semakin waspada.Tiba-tiba, sua

  • Pesona Hantu CEO   Bab 30

    Bab. 30Sion dan Roura terdiam, bersiap mendengarkan apa yang akan Pak Jansen sampaikan. Pria tua itu menarik napas dalam sebelum akhirnya membuka suara.“Ada alasan kenapa Sion bisa terpisah dari tubuhnya,” ucapnya pelan.Roura mengerutkan kening. “Apa alasannya, Pak Jansen?”Pak Jansen tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke arah jendela, menatap rembulan yang menggantung di langit, seolah tengah mengingat sesuatu dari masa lalu. “Ada seseorang yang ingin bertemu dengannya, orang ini sangat ingin bertemu dengan Sion, tapi dia tidak bisa... karena mereka sudah berbeda alam,” jawab Pak Jansen lagi.Roura semakin bingung. “Apa maksud Anda? Siapa seseorang itu? Kenapa dia ingin bertemu dengan Sion? Apakah dia juga sudah meninggal sehingga mereka berada di alam yang berbeda?”Pak Jansen mengangguk perlahan. “Kurang lebih seperti itu, Roura.”Sion yang sejak tadi diam mulai bertanya, walaupun di sana hanya Roura ya

  • Pesona Hantu CEO   Bab 29

    Bab. 29Roura menghentikan langkahnya, lalu menatap dalam ke arah Pak Jansen. Pria tua itu hanya mengangkat bahu dan bertanya, “Apa yang kau pikirkan, Roura?”Gadis itu menggeleng. “Entahlah, Pak Jansen. Aku tidak bisa memikirkan apa pun. Terlalu banyak pertanyaan yang tidak bisa aku jawab sendiri.”Pak Jansen mengangguk pelan, memahami kebingungan gadis itu. “Aku tahu bagaimana rumitnya pertanyaan di dalam kepalamu. Kalau begitu, ikuti aku saja. Aku akan segera menunjukkan sesuatu. Tidak perlu banyak bertanya sekarang, nanti kau akan mengerti pelan-pelan.”Roura akhirnya mengangguk. Ia mengikuti pria tua itu melangkah melewati lorong rumah sakit yang tenang. Langkah kakinya bergema samar, berpadu dengan suara alat-alat medis yang berbunyi lembut dari berbagai ruangan.Hingga akhirnya, mereka berhenti di depan sebuah kamar bernomor 307.Pak Jansen membuka pintunya perlahan.Roura masih terdiam begitu melihat siapa yang t

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status