Share

Chapter 4 Calon Suami

Penulis: Lilia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-20 12:00:06

Pria itu begitu mempesona sampai-sampai Rosaline tidak dapat mengatur jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Keduanya terdiam sampai akhirnya bibir dari sang duke bergerak dan sebuah kalimat keluar dari mulutnya. 

“Rose, apa kamu baik-baik saja?” 

Seketika Rosaline bergerak melepaskan diri dari sang Duke dan dengan canggung ia mundur beberapa langkah. 

“Maafkan saya, tuan Cal atas kecerobohan yang telah saya perbuat. Permisi!” 

Karena rasa malunya, Rosaline sampai lupa jika posisinya dalam hierarki kerajaan lebih tinggi dari pria itu.

Rosaline bahkan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan. Langkahnya baru terhenti ketika ia melihat seorang pria lain yang tengah berdiri menatap keluar jendela membelakangi sang putri.

Postur tubuh yang nyaris sempurna dan rambut perak panjang yang berkilauan, membuat siapapun terpesona hanya dengan melihat dari sisi belakang saja.

Seakan menyadari kehadiran Rosaline, sosok itu pun berbalik badan dengan seulas senyum hangat terukir di wajahnya yang tampan dan sempurna. 

“Tuan Putri,” sapa pria itu sambil membungkuk memberi hormat pada Rosaline. 

“Siapa dia? Tapi, jika dilihat dari sikapnya, sepertinya dia adalah tunangan dari sang putri yang dimaksud oleh Linette. Kali ini, bagaimana cara menyapa seorang marques?” 

“Tuan Ralli. Apa Anda telah menunggu dengan lama?” 

Raut wajah dari Sylveryn Ralli menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar sapaan yang dilontarkan oleh sang putri. 

“A-Astaga! Apa aku telah salah memanggil lagi?”  Rosaline mulai panik.

Terlebih, pria itu berjalan menghampiri Rosaline lalu berlutut. Dengan lembut, tangannya meraih tangan sang putri kemudian mendaratkan sebuah kecupan lembut pada punggung tangan gadis itu.

Ketika bibir lembut dari pria itu bersentuhan dengan kulitnya, rona merah merekah pada pipi sang putri dan semakin memerah.

Sang marques mendongak sambil tersenyum hangat. Sebuah tawa kecil terdengar dari bibir sang marques. “Apa Anda masih malu saat bertemu dengan calon suami Anda?” 

Rosaline sontak menggelengkan kepalanya.

Pria yang ada di hadapannya adalah tunangannya--calon suami dari sang putri. Jadi, mengapa ia masih merasa malu jika sang marques menunjukkan rasa cinta padanya? 

“Tidak, tuan Ralli.” 

“Putri, Anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan tuan. Saya tahu perbedaan umur kita tidaklah sedikit. Delapan tahun. Akan tetapi, saya ingin terlihat tidak setua itu.” 

Ekspresi sedih terlihat di wajah Sylveryn Ralli dan hal itu membuat Rosaline merasa bersalah. 

“Bagaimana dengan panggilan ‘Sylveryn’?” tawar Rosaline pada akhirnya.

“Itu lebih baik, putri.” 

“Sylveryn, mengenai janji yang—” 

“Putri, mari?” 

Ucapan Rosaline tiba-tiba dipotong oleh sang marques dan di hadapannya. Tangan pria itu terulur seolah mengundang Rosaline untuk menautkannya di sana.

Dengan ragu, Rosaline meraih tangan itu, hingga Sylveryn menggenggam tangan sang putri dengan lembut sebelum ia memimpin jalan keluar dari perpustakaan. 

Di luar perpustakaan, Linette terlihat begitu senang ketika nonanya berjalan keluar bersama tuan marques.

Bagi gadis itu, kebahagiaan nonanya dan bisa melihat nonanya berjalan bersama pasangan hidupnya sudah membuat Linette merasa sangat senang. 

“Nonaku… sudah dewasa! Akhirnya, aku akan melihat nona memakai gaun pengantin! Sebuah momen yang sudah kutunggu sejak lama dan nanti….”

Linette mengeluarkan sebuah sapu tangan putih dari saku roknya untuk menyeka air mata yang menetes dari matanya.

Rosaline yang melihat itu memutar matanya. Sungguh drama! Rosaline tidak melihat alasan bagi Linette untuk menangis hanya karena melihatnya dan tuan marques berjalan keluar dari perpustakaan. Keduanya berjalan melewati Linette yang sedang sibuk menyeka air matanya. 

Pandangan Rosaline pun diarahkan ke sekelilingnya. Sontak, dia menyadari jika Linette hanya sendirian dan tidak ada tanda-tanda keberadaan dari sang Duke. 

“Ke mana perginya Duke Seibert? Apa seharusnya aku tadi tidak bertingkah seperti itu? Tapi… mau bagaimana lagi? Aku tidak sanggup menunjukkan wajahku yang merah bagaikan tomat padanya!” 

Sang putri berusaha menghilangkan pikiran akan Duke Seibert dan berfokus pada tunangannya yang ada di sebelahnya. Keduanya berjalan keluar dari area perpustakaan. 

Setelah kedua orang itu berjalan menjauh, Linette memutuskan untuk mengikuti mereka dari kejauhan untuk berjaga-jaga. Jangan sampai nonanya berada dalam bahaya atau nonanya membutuhkan sesuatu.!

“Putri, ada yang ingin saya tunjukkan,” ucap Sylveryn selagi berjalan bersebelahan dengan Rosaline. 

“Apa itu?” 

Sylveryn mengeluarkan sebuah kain dan digunakannya kain itu untuk menutup mata sang putri. Dengan lembut, kedua tangan Sylveryn memegang pinggang Rosaline dan mengarahkannya ke sebuah tempat. 

“Apakah masih jauh?” 

“Tidak, sebentar lagi dan… tunggu sebentar.” 

Keduanya terus berjalan, hingga Rosaline merasakan tangan Sylveryn melepaskan kain penutup mata yang menghalangi penglihatannya.

Dia begitu terkejut begitu melihat di hadapannya, ada sebuah meja dengan berbagai macam hidangan penutup yang tertata rapi di atasnya. Tak hanya itu, ada sebuah teko berisi teh yang masih mengeluarkan uap panas. 

“Wah… Apa ini semua tuan Ralli—maksudku Sylveryn yang menyiapkannya?” 

“Tentu saja, putri. Semua saya yang siapkan dari mencari makanan manis, teh, sampai nuansa seperti apa yang sepertinya nona suka." 

Rosaline lalu menatap ke arah sang marques dengan mata yang berbinar. Sudah menjadi keinginan terdalamnya untuk makan makanan manis tanpa ada yang mengomelinya. Saat hidup sebagai Kazuha dulu, dia tidak memiliki banyak waktu untuk menikmati "kemewahan" seperti ini.  

"Bolehkah aku memakan makanan ini sekarang juga?" tanya Rosaline dengan ragu. 

Sebuah jawaban berupa anggukan diberikan oleh pria itu dan seketika Rosaline duduk di kursi yang ada. Dia melihat-lihat makanan mana yang akan ia makan terlebih dulu. Di depan matanya, ada sebuah kue cokelat yang sangat menggiurkan. Rosaline pun mengambil sebuah garpu kecil yang ada di sisi kanannya lalu memotong sedikit bagian dari kue cokelat itu sebelum memasukkan potongan kue itu ke dalam mulutnya. 

"Astaga! Ini adalah kue terbaik yang pernah aku makan!" 

Senyuman kebahagiaan terlukis di wajah sang putri. Tanpa disadari, di hadapannya, Sylveryn memperhatikan tunangannya yang sedang sibuk melahap kue sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.

Pria itu beranjak dari kursinya lalu dengan jarinya, ia mengelap krim cokelat yang tersisa di ujung bibir dari sang putri dan hal itu meninggalkan rona merah di pipi Rosaline. 

"Pelan-pelan saja." 

Rosaline yang malu tidak menjawab sang marques. Ia bahkan tidak berani menatap pria itu.

Tatapannya masih saja melekat pada kue cokelat yang sudah tersisa sedikit di hadapannya. Rosaline yang canggung, kemudian melirik ke arah cangkir teh kosong yang ada di dekatnya, lalu mencicipi teh itu. 

“Earl Grey?” tebak gadis itu. 

“Benar sekali.” 

Tiba-tiba, Sylveryn mengeluarkan sesuatu dari balik meja. Dan, ada sebuah kado yang dibungkus sedemikian rupa dengan sebuah pita merah di atasnya. 

“Sebuah hadiah untukmu, calon istriku.” 

Rosaline lalu menggapai hadiah itu dan tersenyum hangat pada sang marques. “Terima kasih, apa aku boleh membukanya?” 

“Silahkan.” 

“Sebuah buku? Terima kasih banyak.” 

“Apa Anda sudah melihat judulnya?” 

Tangan sang putri membalik buku yang dipegangnya dan seketika matanya terbelalak ketika ia melihat judul dari buku itu. 

[ Cara Menjadi Seorang Istri yang Layak ]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 20 Trauma

    “Bukan apa-apa, Yang Mulia. Sebagai teman dari Putri Rosaline, saya hanya mengkhawatirkannya. Itu saja.” “Tenang saja, Duke Seibert. Keluarga Ronchessac tidak mungkin mencelakai anggota keluarga mereka sendiri. Segalanya yang terbaik akan diberikan bagi Rosaline.” Ada rasa lega pada diri Callyx setelah mendengar pernyataan dari Kane. Namun ada berbagai pertanyaan lain yang ada pada benaknya akan tetapi Duke Seibert memutuskan untuk diam dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan itu untuk dirinya sendiri. “Terima kasih banyak, Yang Mulia. Sudah sangat larut malam dan mungkin sebaiknya kita berdua beristirahat. Saya juga akan kembali besok.” Callyx menyimpan cangkirnya yang sudah kosong ke atas meja lalu beranjak berdiri dan memberi hormat kepada Sang Pangeran. “Selamat malam, Yang Mulia.” “Selamat malam, Duke Seibert.” Setelah sang Duke pergi meninggalkan tempat itu, Kane membunyikan loncengnya dan seorang pelayan datang menghampirinya. “Yang Mulia.” “Tolong bereskan semuanya.” “Ba

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 19 Kejadian

    Di depan kamar itu, Callyx tengah berdiri sambil melihat ke arah Kane yang berjalan keluar. Menyadari keberadaan Callyx, Kane menghampiri Callyx sambil menghela nafas. “Yang Mulia. Bagaimana keadaan Putri Rosaline?” sapa Callyx sambil memberi hormat. “Callyx. Dia sudah tertidur. Terima kasih banyak untuk segalanya.” “Sungguh kehormatan bagi saya, Yang Mulia. Maafkan saya jika saya memiliki rasa penasaran yang begitu tinggi namun bolehkah saya tahu apa yang terjadi?” Kane tersenyum, “Bagaimana kalau kita bicarakan itu sambil minum teh?” Mendengar ajakan itu, Callyx menganggukkan kepalanya dan ikut bersama Kane menuju ke ruang tamu. Sepanjang perjalanan, Callyx terdiam memikirkan keadaan Rosaline dan juga apa yang sebenarnya terjadi. Kane membuka pintu ruang tamu dan masuk ke dalam diikuti oleh Callyx. Keduanya berjalan menuju sofa yang berada di dekat jendela besar yang menghadap ke arah tebing dan juga lautan biru yang begitu indah. Bulan bersinar dengan begitu terang di mal

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 18 Pemandangan Mengerikan

    Ruangan kerja Kane dipenuhi dengan cipratan darah yang memenuhi ruangan dan di depan meja kerja Kane, berdiri seorang gadis dengan rambut hitam panjang. “S-Siapa kamu?!”Sosok tersebut menoleh dan mata Rosaline terbelalak dibuatnya. “L-Linette?” “N-Nona?!” Linette terlihat sedang mengenakan gaun hitam dengan sedikit corak putih pada gaun tersebut dan setelah dilihat lebih teliti, pakaian yang dikenakan Linette merupakan baju pelayannya yang telah tercabik-cabik dan juga corak putih merupakan celemek yang sudah disobek. Pakaiannya dipenuhi dengan cairan berwarna merah yang merupakan darah. “A-Apa yang terjadi?!” teriak Rosaline. Sang putri jatuh terduduk di lantai, terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Callyx yang berada di belakangnya dengan sigap menangkap tubuh sang gadis. Kedua matanya terbelalak dengan penuh ketidakpercayaan. “Tuan, tolong bawa nona pergi dari sini.” pinta Linette. Mendengar permintaan Linette, Callyx menggendong tubuh mungil Rosaline dan mem

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 17 Kabar

    Sebuah senyuman hangat, rambut pirang dan juga mata hijau bak permata. Itulah yang dilihat oleh sang putri. Lengan sang pangeran melingkar pinggang mungil sang gadis. “K-Kane?!” “Ada apa, Rosaline? Kenapa kamu terlihat begitu marah? Apa kamu tahu suaramu terdengar sampai ke ruang kerjaku?” “M-Maafkan aku…” Kane melirik ke belakang tubuh adiknya dan mendapati gadis yang tengah terduduk di lantai sambil menangis. “Itu…” Rosaline menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. “Linette menghilang.” “Menghilang? Kemana? Bukankah seharusnya dia yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk mengurusmu?” “Iya, aku dibuat kesal olehnya dan aku memintanya untuk pergi beristirahat saja… Namun pagi tadi, aku diberitahu bahwa ia tidak pernah kembali ke kamarnya untuk beristirahat dan tidak ada yang tahu dimana keberadaannya. Namun aku melihat dia dan dari gerak-geriknya, aku sangat yakin bahwa gadis itu mengetahui sesuatu mengenai hilangnya Linette akan tetapi ia tidak mau berbicara.”

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 16 Menghilang

    Anak pertama dari raja dan ratu? Dirinya? Sepertinya ada yang salah dengan pelayannya. Sudah sangat jelas bahwa Kane adalah kakak dari Rosaline yang berarti Kane adalah anak pertama dari sang pemimpin kerajaan. Tidak mungkin dirinya adalah anak pertama. Jika memang benar seharusnya Kane yang memanggilnya kakak. Semua ini terlalu tidak masuk akal bagi sang putri. “Linette, sebaiknya kamu beristirahat.” “N-Nona?” “Mungkin kamu kelelahan, omonganmu tidaklah masuk akal sama sekali.” Raut wajah terkejut bercampur dengan kecewa terlihat di wajah sang pelayan. Linette menatap ke arah sang nona tanpa mengatakan apapun lalu ia membungkukkan badannya sebelum berjalan keluar dari kamar itu. Di sisi lain, Rosaline meragukan perkataan Linette namun jika ia mengingat ekspresi wajah dari sang pelayan, ia terlihat sangat yakin dan hal itu membuat sang putri mempertanyakan pernyataan Linette. Ia berjalan menuju lemari yang berada di kamarnya dan matanya menyusuri judul-judul buku yang ada di dal

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 15 Pewaris Tahta

    “Rosaline…”Wajah sang putri terlihat begitu cantik di malam itu. Jemari sang duke bergerak menyusuri garis wajah dari gadis itu dan berakhir di bibir ranum milik sang dara. Rosaline mematung dengan wajah semerah tomat.“Terima kasih.” ucap sang pria secara tiba-tiba.“Untuk apa?”“Karena kamu mau membantuku untuk mengungkapkan kebenaran. Sejujurnya, aku tidak menyangka kamu akan berkata seperti itu. Maafkan aku, Rose tetapi belakangan ini aku merasa kamu berbeda… Seakan-akan kamu bukanlah Rosaline yang aku kenal.”Perkataan dari Callyx mengejutkan Rosaline. Apakah s

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 14 Masa Lalu Sang Duke

    Mendengar pertanyaan dari sang gadis, Callyx terlihat tidak terkejut maupun menunjukkan kesedihan. Ekspresi wajahnya terlihat datar dan ia langsung memberikan jawaban atas pertanyaan Rosaline.“Kecelakaan yang disengaja.”“Kecelakaan…. disengaja?“Callyx menganggukkan kepalanya, “Benar. Kejadian itu terjadi ketika mereka hendak pergi ke negara tetangga untuk urusan bisnis. Selagi mereka dalam perjalanan pulang, kereta mereka tergelincir dan… mereka terjatuh.”“Siapa yang tega melakukan itu? Apakah orang itu telah ditangkap dan dihukum dengan layak?”Callyx menggeleng

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 13 Danau

    “Linette, ambilkan aku pakaian yang hangat.”“N-Nona? Anda akan menemuinya?”“Tentu saja! Aku tidak akan membiarkannya menunggu lebih lama.”Linette mengambilkan sebuah gaun yang berbahan tebal untuk sang gadis dan membantunya mengenakan gaun itu. Setelah memakai pakaian yang cukup hangat, Rosaline berjalan keluar dari kamarnya menuju ke tempat yang tertera pada kertas itu. Sang putri berjalan menyusuri jalan yang ditunjukkan sampai akhirnya ia bisa melihat danau itu sudah tidak jauh lagi. Rosaline mempercepat langkahnya dan ia pun tiba di tepi danau. Gadis itu melihat ke kanan dan ke kiri berusaha mencari sosok orang yang dikatakan Linette tengah menunggunya namun gadis itu tidak melihat siapa pun.

  • Pesona Memikat sang Tokoh Antagonis   Chapter 12 Kedudukan

    Rosaline melindungi dirinya dengan kedua tangannya akan tetapi ia dapat mendengar suara yang begitu keras dari hadapannya. Ketika ia menurukan tangannya, ia melihat Ophelia yang sangat terkejut. Tangan dari sang gadis ditahan oleh sebuah tangan yang begitu kuat dan kekar. “Ingat kedudukanmu, Ralli.” Suara itu, suara yang sangat familiar dan wangi yang sangat Rosaline kenal. Rosaline mendongak dan di sebelahnya berdiri sang Duke dengan ekspresi dingin dan penuh kemarahan. “D-Duke Callyx!” Ophelia terlihat ketakutan, badannya gemetaran. Di belakangnya, Sylveryn sontak berdiri dan beberapa saat kemudian, ia terlihat mengurungkan niatnya. Callyx melepaskan tangan Ophelia dan menatapnya dengan dingin. “Nona Ophelia. Saya tidak menyangka seorang gadis seperti anda tidak dapat menahan emosi anda dan bermain fisik.” “T-Tuan Duke, saya bisa jelaskan!” “Anda lupa dengan kedudukan anda di kerajaan ini?” Ophelia mundur selangkah sambil menundukkan kepalanya. Sambil menahan tangis,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status