Share

Chapter 4 Calon Suami

Pria itu begitu mempesona sampai-sampai Rosaline tidak dapat mengatur jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Keduanya terdiam sampai akhirnya bibir dari sang duke bergerak dan sebuah kalimat keluar dari mulutnya. 

“Rose, apa kamu baik-baik saja?” 

Seketika Rosaline bergerak melepaskan diri dari sang Duke dan dengan canggung ia mundur beberapa langkah. 

“Maafkan saya, tuan Cal atas kecerobohan yang telah saya perbuat. Permisi!” 

Karena rasa malunya, Rosaline sampai lupa jika posisinya dalam hierarki kerajaan lebih tinggi dari pria itu.

Rosaline bahkan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan. Langkahnya baru terhenti ketika ia melihat seorang pria lain yang tengah berdiri menatap keluar jendela membelakangi sang putri.

Postur tubuh yang nyaris sempurna dan rambut perak panjang yang berkilauan, membuat siapapun terpesona hanya dengan melihat dari sisi belakang saja.

Seakan menyadari kehadiran Rosaline, sosok itu pun berbalik badan dengan seulas senyum hangat terukir di wajahnya yang tampan dan sempurna. 

“Tuan Putri,” sapa pria itu sambil membungkuk memberi hormat pada Rosaline. 

“Siapa dia? Tapi, jika dilihat dari sikapnya, sepertinya dia adalah tunangan dari sang putri yang dimaksud oleh Linette. Kali ini, bagaimana cara menyapa seorang marques?” 

“Tuan Ralli. Apa Anda telah menunggu dengan lama?” 

Raut wajah dari Sylveryn Ralli menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar sapaan yang dilontarkan oleh sang putri. 

“A-Astaga! Apa aku telah salah memanggil lagi?”  Rosaline mulai panik.

Terlebih, pria itu berjalan menghampiri Rosaline lalu berlutut. Dengan lembut, tangannya meraih tangan sang putri kemudian mendaratkan sebuah kecupan lembut pada punggung tangan gadis itu.

Ketika bibir lembut dari pria itu bersentuhan dengan kulitnya, rona merah merekah pada pipi sang putri dan semakin memerah.

Sang marques mendongak sambil tersenyum hangat. Sebuah tawa kecil terdengar dari bibir sang marques. “Apa Anda masih malu saat bertemu dengan calon suami Anda?” 

Rosaline sontak menggelengkan kepalanya.

Pria yang ada di hadapannya adalah tunangannya--calon suami dari sang putri. Jadi, mengapa ia masih merasa malu jika sang marques menunjukkan rasa cinta padanya? 

“Tidak, tuan Ralli.” 

“Putri, Anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan tuan. Saya tahu perbedaan umur kita tidaklah sedikit. Delapan tahun. Akan tetapi, saya ingin terlihat tidak setua itu.” 

Ekspresi sedih terlihat di wajah Sylveryn Ralli dan hal itu membuat Rosaline merasa bersalah. 

“Bagaimana dengan panggilan ‘Sylveryn’?” tawar Rosaline pada akhirnya.

“Itu lebih baik, putri.” 

“Sylveryn, mengenai janji yang—” 

“Putri, mari?” 

Ucapan Rosaline tiba-tiba dipotong oleh sang marques dan di hadapannya. Tangan pria itu terulur seolah mengundang Rosaline untuk menautkannya di sana.

Dengan ragu, Rosaline meraih tangan itu, hingga Sylveryn menggenggam tangan sang putri dengan lembut sebelum ia memimpin jalan keluar dari perpustakaan. 

Di luar perpustakaan, Linette terlihat begitu senang ketika nonanya berjalan keluar bersama tuan marques.

Bagi gadis itu, kebahagiaan nonanya dan bisa melihat nonanya berjalan bersama pasangan hidupnya sudah membuat Linette merasa sangat senang. 

“Nonaku… sudah dewasa! Akhirnya, aku akan melihat nona memakai gaun pengantin! Sebuah momen yang sudah kutunggu sejak lama dan nanti….”

Linette mengeluarkan sebuah sapu tangan putih dari saku roknya untuk menyeka air mata yang menetes dari matanya.

Rosaline yang melihat itu memutar matanya. Sungguh drama! Rosaline tidak melihat alasan bagi Linette untuk menangis hanya karena melihatnya dan tuan marques berjalan keluar dari perpustakaan. Keduanya berjalan melewati Linette yang sedang sibuk menyeka air matanya. 

Pandangan Rosaline pun diarahkan ke sekelilingnya. Sontak, dia menyadari jika Linette hanya sendirian dan tidak ada tanda-tanda keberadaan dari sang Duke. 

“Ke mana perginya Duke Seibert? Apa seharusnya aku tadi tidak bertingkah seperti itu? Tapi… mau bagaimana lagi? Aku tidak sanggup menunjukkan wajahku yang merah bagaikan tomat padanya!” 

Sang putri berusaha menghilangkan pikiran akan Duke Seibert dan berfokus pada tunangannya yang ada di sebelahnya. Keduanya berjalan keluar dari area perpustakaan. 

Setelah kedua orang itu berjalan menjauh, Linette memutuskan untuk mengikuti mereka dari kejauhan untuk berjaga-jaga. Jangan sampai nonanya berada dalam bahaya atau nonanya membutuhkan sesuatu.!

“Putri, ada yang ingin saya tunjukkan,” ucap Sylveryn selagi berjalan bersebelahan dengan Rosaline. 

“Apa itu?” 

Sylveryn mengeluarkan sebuah kain dan digunakannya kain itu untuk menutup mata sang putri. Dengan lembut, kedua tangan Sylveryn memegang pinggang Rosaline dan mengarahkannya ke sebuah tempat. 

“Apakah masih jauh?” 

“Tidak, sebentar lagi dan… tunggu sebentar.” 

Keduanya terus berjalan, hingga Rosaline merasakan tangan Sylveryn melepaskan kain penutup mata yang menghalangi penglihatannya.

Dia begitu terkejut begitu melihat di hadapannya, ada sebuah meja dengan berbagai macam hidangan penutup yang tertata rapi di atasnya. Tak hanya itu, ada sebuah teko berisi teh yang masih mengeluarkan uap panas. 

“Wah… Apa ini semua tuan Ralli—maksudku Sylveryn yang menyiapkannya?” 

“Tentu saja, putri. Semua saya yang siapkan dari mencari makanan manis, teh, sampai nuansa seperti apa yang sepertinya nona suka." 

Rosaline lalu menatap ke arah sang marques dengan mata yang berbinar. Sudah menjadi keinginan terdalamnya untuk makan makanan manis tanpa ada yang mengomelinya. Saat hidup sebagai Kazuha dulu, dia tidak memiliki banyak waktu untuk menikmati "kemewahan" seperti ini.  

"Bolehkah aku memakan makanan ini sekarang juga?" tanya Rosaline dengan ragu. 

Sebuah jawaban berupa anggukan diberikan oleh pria itu dan seketika Rosaline duduk di kursi yang ada. Dia melihat-lihat makanan mana yang akan ia makan terlebih dulu. Di depan matanya, ada sebuah kue cokelat yang sangat menggiurkan. Rosaline pun mengambil sebuah garpu kecil yang ada di sisi kanannya lalu memotong sedikit bagian dari kue cokelat itu sebelum memasukkan potongan kue itu ke dalam mulutnya. 

"Astaga! Ini adalah kue terbaik yang pernah aku makan!" 

Senyuman kebahagiaan terlukis di wajah sang putri. Tanpa disadari, di hadapannya, Sylveryn memperhatikan tunangannya yang sedang sibuk melahap kue sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.

Pria itu beranjak dari kursinya lalu dengan jarinya, ia mengelap krim cokelat yang tersisa di ujung bibir dari sang putri dan hal itu meninggalkan rona merah di pipi Rosaline. 

"Pelan-pelan saja." 

Rosaline yang malu tidak menjawab sang marques. Ia bahkan tidak berani menatap pria itu.

Tatapannya masih saja melekat pada kue cokelat yang sudah tersisa sedikit di hadapannya. Rosaline yang canggung, kemudian melirik ke arah cangkir teh kosong yang ada di dekatnya, lalu mencicipi teh itu. 

“Earl Grey?” tebak gadis itu. 

“Benar sekali.” 

Tiba-tiba, Sylveryn mengeluarkan sesuatu dari balik meja. Dan, ada sebuah kado yang dibungkus sedemikian rupa dengan sebuah pita merah di atasnya. 

“Sebuah hadiah untukmu, calon istriku.” 

Rosaline lalu menggapai hadiah itu dan tersenyum hangat pada sang marques. “Terima kasih, apa aku boleh membukanya?” 

“Silahkan.” 

“Sebuah buku? Terima kasih banyak.” 

“Apa Anda sudah melihat judulnya?” 

Tangan sang putri membalik buku yang dipegangnya dan seketika matanya terbelalak ketika ia melihat judul dari buku itu. 

[ Cara Menjadi Seorang Istri yang Layak ]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status