Pria itu begitu mempesona sampai-sampai Rosaline tidak dapat mengatur jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang. Keduanya terdiam sampai akhirnya bibir dari sang duke bergerak dan sebuah kalimat keluar dari mulutnya.
“Rose, apa kamu baik-baik saja?”
Seketika Rosaline bergerak melepaskan diri dari sang Duke dan dengan canggung ia mundur beberapa langkah.
“Maafkan saya, tuan Cal atas kecerobohan yang telah saya perbuat. Permisi!”
Karena rasa malunya, Rosaline sampai lupa jika posisinya dalam hierarki kerajaan lebih tinggi dari pria itu.
Rosaline bahkan langsung berlari masuk ke dalam perpustakaan. Langkahnya baru terhenti ketika ia melihat seorang pria lain yang tengah berdiri menatap keluar jendela membelakangi sang putri.
Postur tubuh yang nyaris sempurna dan rambut perak panjang yang berkilauan, membuat siapapun terpesona hanya dengan melihat dari sisi belakang saja.
Seakan menyadari kehadiran Rosaline, sosok itu pun berbalik badan dengan seulas senyum hangat terukir di wajahnya yang tampan dan sempurna.
“Tuan Putri,” sapa pria itu sambil membungkuk memberi hormat pada Rosaline.
“Siapa dia? Tapi, jika dilihat dari sikapnya, sepertinya dia adalah tunangan dari sang putri yang dimaksud oleh Linette. Kali ini, bagaimana cara menyapa seorang marques?”
“Tuan Ralli. Apa Anda telah menunggu dengan lama?”
Raut wajah dari Sylveryn Ralli menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar sapaan yang dilontarkan oleh sang putri.
“A-Astaga! Apa aku telah salah memanggil lagi?” Rosaline mulai panik.
Terlebih, pria itu berjalan menghampiri Rosaline lalu berlutut. Dengan lembut, tangannya meraih tangan sang putri kemudian mendaratkan sebuah kecupan lembut pada punggung tangan gadis itu.
Ketika bibir lembut dari pria itu bersentuhan dengan kulitnya, rona merah merekah pada pipi sang putri dan semakin memerah.
Sang marques mendongak sambil tersenyum hangat. Sebuah tawa kecil terdengar dari bibir sang marques. “Apa Anda masih malu saat bertemu dengan calon suami Anda?”
Rosaline sontak menggelengkan kepalanya.
Pria yang ada di hadapannya adalah tunangannya--calon suami dari sang putri. Jadi, mengapa ia masih merasa malu jika sang marques menunjukkan rasa cinta padanya?
“Tidak, tuan Ralli.”
“Putri, Anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan tuan. Saya tahu perbedaan umur kita tidaklah sedikit. Delapan tahun. Akan tetapi, saya ingin terlihat tidak setua itu.”
Ekspresi sedih terlihat di wajah Sylveryn Ralli dan hal itu membuat Rosaline merasa bersalah.
“Bagaimana dengan panggilan ‘Sylveryn’?” tawar Rosaline pada akhirnya.
“Itu lebih baik, putri.”
“Sylveryn, mengenai janji yang—”
“Putri, mari?”
Ucapan Rosaline tiba-tiba dipotong oleh sang marques dan di hadapannya. Tangan pria itu terulur seolah mengundang Rosaline untuk menautkannya di sana.
Dengan ragu, Rosaline meraih tangan itu, hingga Sylveryn menggenggam tangan sang putri dengan lembut sebelum ia memimpin jalan keluar dari perpustakaan.
Di luar perpustakaan, Linette terlihat begitu senang ketika nonanya berjalan keluar bersama tuan marques.
Bagi gadis itu, kebahagiaan nonanya dan bisa melihat nonanya berjalan bersama pasangan hidupnya sudah membuat Linette merasa sangat senang.
“Nonaku… sudah dewasa! Akhirnya, aku akan melihat nona memakai gaun pengantin! Sebuah momen yang sudah kutunggu sejak lama dan nanti….”
Linette mengeluarkan sebuah sapu tangan putih dari saku roknya untuk menyeka air mata yang menetes dari matanya.
Rosaline yang melihat itu memutar matanya. Sungguh drama! Rosaline tidak melihat alasan bagi Linette untuk menangis hanya karena melihatnya dan tuan marques berjalan keluar dari perpustakaan. Keduanya berjalan melewati Linette yang sedang sibuk menyeka air matanya.
Pandangan Rosaline pun diarahkan ke sekelilingnya. Sontak, dia menyadari jika Linette hanya sendirian dan tidak ada tanda-tanda keberadaan dari sang Duke.
“Ke mana perginya Duke Seibert? Apa seharusnya aku tadi tidak bertingkah seperti itu? Tapi… mau bagaimana lagi? Aku tidak sanggup menunjukkan wajahku yang merah bagaikan tomat padanya!”
Sang putri berusaha menghilangkan pikiran akan Duke Seibert dan berfokus pada tunangannya yang ada di sebelahnya. Keduanya berjalan keluar dari area perpustakaan.
Setelah kedua orang itu berjalan menjauh, Linette memutuskan untuk mengikuti mereka dari kejauhan untuk berjaga-jaga. Jangan sampai nonanya berada dalam bahaya atau nonanya membutuhkan sesuatu.!
“Putri, ada yang ingin saya tunjukkan,” ucap Sylveryn selagi berjalan bersebelahan dengan Rosaline.
“Apa itu?”
Sylveryn mengeluarkan sebuah kain dan digunakannya kain itu untuk menutup mata sang putri. Dengan lembut, kedua tangan Sylveryn memegang pinggang Rosaline dan mengarahkannya ke sebuah tempat.
“Apakah masih jauh?”
“Tidak, sebentar lagi dan… tunggu sebentar.”
Keduanya terus berjalan, hingga Rosaline merasakan tangan Sylveryn melepaskan kain penutup mata yang menghalangi penglihatannya.
Dia begitu terkejut begitu melihat di hadapannya, ada sebuah meja dengan berbagai macam hidangan penutup yang tertata rapi di atasnya. Tak hanya itu, ada sebuah teko berisi teh yang masih mengeluarkan uap panas.
“Wah… Apa ini semua tuan Ralli—maksudku Sylveryn yang menyiapkannya?”
“Tentu saja, putri. Semua saya yang siapkan dari mencari makanan manis, teh, sampai nuansa seperti apa yang sepertinya nona suka."
Rosaline lalu menatap ke arah sang marques dengan mata yang berbinar. Sudah menjadi keinginan terdalamnya untuk makan makanan manis tanpa ada yang mengomelinya. Saat hidup sebagai Kazuha dulu, dia tidak memiliki banyak waktu untuk menikmati "kemewahan" seperti ini.
"Bolehkah aku memakan makanan ini sekarang juga?" tanya Rosaline dengan ragu.
Sebuah jawaban berupa anggukan diberikan oleh pria itu dan seketika Rosaline duduk di kursi yang ada. Dia melihat-lihat makanan mana yang akan ia makan terlebih dulu. Di depan matanya, ada sebuah kue cokelat yang sangat menggiurkan. Rosaline pun mengambil sebuah garpu kecil yang ada di sisi kanannya lalu memotong sedikit bagian dari kue cokelat itu sebelum memasukkan potongan kue itu ke dalam mulutnya.
"Astaga! Ini adalah kue terbaik yang pernah aku makan!"
Senyuman kebahagiaan terlukis di wajah sang putri. Tanpa disadari, di hadapannya, Sylveryn memperhatikan tunangannya yang sedang sibuk melahap kue sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.
Pria itu beranjak dari kursinya lalu dengan jarinya, ia mengelap krim cokelat yang tersisa di ujung bibir dari sang putri dan hal itu meninggalkan rona merah di pipi Rosaline.
"Pelan-pelan saja."
Rosaline yang malu tidak menjawab sang marques. Ia bahkan tidak berani menatap pria itu.
Tatapannya masih saja melekat pada kue cokelat yang sudah tersisa sedikit di hadapannya. Rosaline yang canggung, kemudian melirik ke arah cangkir teh kosong yang ada di dekatnya, lalu mencicipi teh itu.
“Earl Grey?” tebak gadis itu.
“Benar sekali.”
Tiba-tiba, Sylveryn mengeluarkan sesuatu dari balik meja. Dan, ada sebuah kado yang dibungkus sedemikian rupa dengan sebuah pita merah di atasnya.
“Sebuah hadiah untukmu, calon istriku.”
Rosaline lalu menggapai hadiah itu dan tersenyum hangat pada sang marques. “Terima kasih, apa aku boleh membukanya?”
“Silahkan.”
“Sebuah buku? Terima kasih banyak.”
“Apa Anda sudah melihat judulnya?”
Tangan sang putri membalik buku yang dipegangnya dan seketika matanya terbelalak ketika ia melihat judul dari buku itu.
[ Cara Menjadi Seorang Istri yang Layak ]
Melihat sang tunangan yang terbelalak karena hadiah itu, Sylveryn menyunggingkan senyuman ramah sebelum melontarkan sebuah pertanyaan pada gadis itu. “Yang Mulia, ada apa? Anda tidak menyukai hadiah yang telah saya persiapkan?” Gadis itu terdiam dan tangan mungilnya membuka halaman pertama buku itu. Sebuah tulisan tangan nan rapi menyambutnya dan ia membaca tulisan itu. Kepada calon nyonya Ralli. Saya hadiahkan buku ini bagi Anda supaya Anda bisa mengerti bagaimana menjadi seorang istri yang layak dan mau melayani suaminya. “A-Apa ini…” “Oh, Rosaline! Statusmu sekarang adalah calon istriku dan sebagai calon istriku, kamu harus bisa mengerti cara menjadi seorang istri. Kamu harus bisa melepaskan diri dari kekuasaanmu dan juga semua kemegahan yang kamu punya. Kamu akan menjadi istriku dan juga … Pelayanku.” Pria itu lalu tersenyum miring.“Apa? Apa kamu bilang?” Rosaline terkejut setengah mati. Semua image baik milik tunangannya itu luntur dalam sekejap! “Putri, apa Anda tidak
Setelah membersihkan balkon kamar sang putri, Linette kembali untuk membawa nonanya yang tengah berdiri memandangi langit malam masuk ke dalam kamarnya. “Nona, ayo masuk ke dalam. Sudah saatnya untuk tidur.” “Linette.” panggil sang putri. “Ada apa, nona?” “Apa yang akan terjadi jika aku memilih untuk tidak menikahi tuan marques?” “Apa? Apa saya tidak salah dengar, nona?” Gadis itu berbalik badan dan menghadap pelayannya. Salah satu tangannya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Angin malam yang berhembus menyibakkan rambut panjangnya yang cantik dan pemandangan itu mampu membuat siapa pun terpesona. “Kamu tidak salah dengar, Linette.” “Nona! Apa yang anda lakukan?” “Aku? Tentu saja membatalkan pertunangan ini.” Linette mundur selangkah setelah mendengar ucapan dari sang putri. Dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan dan ia meragukan apakah sang putri kini sedang berada dalam akal sehatnya. Bagaimana bisa gadis itu tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pertu
“Tentu saja, nona. Kenapa anda bertanya ketika anda sudah tahu jawabannya?” “Hanya memastikan.” Pintu ruangan itu terbuka dan di hadapannya, berdiri seorang wanita paruh baya yang memakai pakaian yang sama dengan Linette. Rosaline menyadari bahwa wanita itu terlihat mirip dengan Linette. “Putri Rosaline. Yang Mulia telah menanti anda di dalam. Silahkan masuk.” Rosaline mengangguk dan melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar sang ratu. Kamar itu jauh lebih luas dari kamarnya dan seorang wanita yang sangat elegan terlihat tengah duduk di sofa mewah yang ada di tengah ruangan sambil membaca sebuah buku. “Yang Mulia, putri anda telah tiba.” “Oh anakku, akhirnya kamu selesai juga! Nyaris aku tertidur karena menunggu.” Linette yang berada di belakang Rosaline membungkuk memberi hormat pada sang ratu. “Ratu Lavinia.” “Linette.” Ratu Lavinia beranjak dari sofa dan berjalan ke arah putri kesayangannya. Tangannya merangkul sang gadis dengan lembut. “Apa kamu sudah siap?” Ro
Sang putri terkejut melihat seorang gadis yang tengah berdiri di hadapan Ratu Lavinia dan tengah berbincang dengan sang ratu. "K-Kamu…" Kedua orang itu menoleh dan gadis yang dilihat oleh sang putri membungkuk memberi hormat sambil melontarkan sebuah senyuman ramah pada Rosaline. "Putri Rosaline. Senang bertemu dengan anda di sini." "Ophelia…" Dalam cerita yang dulu sering dibacakan oleh sang nenek, ada seorang gadis muda yang juga merupakan adik dari Marques Ralli, Ophelia Ralli. Menurut cerita, gadis itu merupakan seseorang yang begitu dibenci oleh Rosaline karena orang yang dicintai sang putri lebih memilih seseorang yang memiliki kedudukan lebih rendah darinya. "Ophelia Ralli, apa kamu sedang mencari gaun juga?" tanya sang ratu. "Benar sekali, Yang Mulia." “Apa kamu datang sendiri?” “Benar, Yang Mulia. Kakak saya sedang sangat sibuk mempersiapkan pernikahannya tetapi ia pasti akan datang ke acara malam ini.” “Putriku sangat tidak sabar untuk acara makan malam na
Semua orang menoleh dan alangkah terkejutnya mereka semua ketika melihat penampilan dari sang putri terlebih lagi ibunya, Ratu Lavinia. “R-Rosaline!” pekik sang ratu. Sang ratu berjalan mendekati Rosaline dan menariknya ke ujung ruangan. “Apa yang terjadi, putriku? Kenapa kamu mengenakan gaun hitam? Apa Linette yang memberikanmu gaun hitam ini? Mana dia?” “Ibu, ini adalah keinginanku sendiri.” “Tapi kenapa? Bukankah tadi siang kamu membeli gaun dengan warna lain?” “Tidak, ibu. Maafkan jika aku berbohong tetapi memang aku yang memilih gaun ini dan ada alasannya.” “Apa alasannya? Tapi ini acara makan malam, sayang. Tidak bisakah kamu ganti terlebih dulu?” “Maafkan aku, ibu. Aku tidak akan menggantinya.” Rosaline berjalan menuju salah satu kursi kosong yang berada di sebelah kakaknya lalu duduk di sana. Kedua mata kakaknya tertuju padanya dan terlihat bahwa ia sangat terpesona dengan penampilan adiknya. Kane bergerak mendekati telinga adiknya lalu membisikkan sesuatu pada
“Astaga!” Rosaline menoleh dan mendapati sosok Callyx yang tengah berdiri sambil menatapnya. Tangannya meraih sesuatu yang menyentuh pundaknya dan ia menyadari bahwa itu adalah jas yang dipakai sang duke ketika ia makan malam. “Apa yang kamu lakukan di sini sendirian?” “Mencari udara segar. Kamu sendiri? Bagaimana bisa kamu menemukanku disini?” Callyx Seibert duduk di sebelah sang putri sambil mengulurkan tangannya dan menyelipkan rambut panjang milik gadis itu ke belakang telinga. “Bukankah ini tempat yang selalu kamu datangi ketika kamu ingin menenangkan diri?” “Benar.” “Omong-omong, apa yang kamu lakukan tadi…” “Pembatalan pertunangan?” Callyx mengangguk, “Benar. Aku tidak menyangka kamu akan melakukan itu.” Rosaline terdiam sambil kembali memandangi pantulan dirinya di air. Di sebelahnya, Callyx terlihat ragu untuk melakukan sesuatu. “Apakah menurutmu itu hal yang tepat?” tanya sang duke. “Tentu saja. Aku sudah memikirkannya dengan matang. Apa yang membuatmu
Callyx terdiam sambil menatap ke arah Rosaline setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis itu. “Wanita seperti…” “Rosaline!!!” Teriakan seseorang mengagetkan keduanya dan membuat Callyx tidak melanjutkan kalimatnya. Sekali lagi terdengar suara seseorang yang terus memanggil sang gadis. “Itu suara raja…” gumam Callyx. Mendengar itu Rosaline beranjak dari duduknya. “Sampai nanti, Callyx. Kamu berhutang jawaban atas pertanyaan tadi. Selamat malam!” Rosaline berlari menuju ke arah sumber suara meninggalkan Callyx sendirian yang duduk sambil menatap ke arah sang gadis yang semakin lama semakin jauh hingga akhirnya menghilang. Callyx melihat ke arah langit malam lalu tangannya menutupi wajahnya yang sedikit merona. “Hampir saja… Rose…” Callyx berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu. Di sisi lain, Rosaline berjalan menghampiri sumber suara dan dari kejauhan, ia melihat sang raja, ratu dan juga kakaknya, Kane sedang berdiri menunggu kedatangannya. Rosaline s
Rosaline melindungi dirinya dengan kedua tangannya akan tetapi ia dapat mendengar suara yang begitu keras dari hadapannya. Ketika ia menurukan tangannya, ia melihat Ophelia yang sangat terkejut. Tangan dari sang gadis ditahan oleh sebuah tangan yang begitu kuat dan kekar. “Ingat kedudukanmu, Ralli.” Suara itu, suara yang sangat familiar dan wangi yang sangat Rosaline kenal. Rosaline mendongak dan di sebelahnya berdiri sang Duke dengan ekspresi dingin dan penuh kemarahan. “D-Duke Callyx!” Ophelia terlihat ketakutan, badannya gemetaran. Di belakangnya, Sylveryn sontak berdiri dan beberapa saat kemudian, ia terlihat mengurungkan niatnya. Callyx melepaskan tangan Ophelia dan menatapnya dengan dingin. “Nona Ophelia. Saya tidak menyangka seorang gadis seperti anda tidak dapat menahan emosi anda dan bermain fisik.” “T-Tuan Duke, saya bisa jelaskan!” “Anda lupa dengan kedudukan anda di kerajaan ini?” Ophelia mundur selangkah sambil menundukkan kepalanya. Sambil menahan tangis,