Home / Urban / Pewaris Naga Majapahit / Bab 147. RASA PENASARAN MELATI SUGIRI

Share

Bab 147. RASA PENASARAN MELATI SUGIRI

Author: MN Rohmadi
last update Last Updated: 2025-04-17 08:52:30

Bab 147. RASA PENASARAN MELATI SUGIRI

Tubuh ketiga preman ini berputar seperti gasing setelah terkena tamparan tangan Jaka Kelud. Kemudian dari mulut ketiga preman ini menyembur darah segar, disertai gigi yang hancur.

Sebuah aura transparan segera melindungi tubuh Jaka Kelud dari semburan darah yang menyembur dari ketiga preman itu.

Setelah berputar beberapa saat, ketiga preman ini terjatuh mencium bumi dengan kepala penuhi bintang-bintang yang berputar.

Rasa sakit yang mereka rasakan, akibat tamparan Jaka Kelud, tertunda oleh rasa pusing yang melanda kepalanya setelah tubuh mereka berputar seperti gasing.

Jaka menatap ketiga preman ini dengan tatapan tajam, perlahan dia berjalan mendekat dan menginjak kaki salah satu preman.

Krak…!

“Argh….”

Kemudian saat ketiga preman itu masih dalam keadaan pusing akibat tubuh mereka berputar, tiba-tiba saja rasa pusing itu menghilang ketika salah satu kakinya berderak, memperdengarkan suara tulang yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 148. MAKAN MALAM SURPRISE

    Bab 148. MAKAN MALAM SURPRISE Intan Warsito segera balas melambai ke arah wanita yang melambaikan tangannya, Jaka Kelud mengikuti arah pandangan Intan dan dia juga melihat seorang wanita di dalam mobil MPV mewah berwarna putih itu. Setelah melihat keberadaan wanita paruh baya itu, sambil tetap memegang ponselnya, Intan segera mengajak Jaka Kelud untuk mendatangi wanita itu. “Jaka, temani aku menemui tante Melati,” ucap Intan Warsito sambil menggandengan tangan Jaka Kelud, sebagai tanda kalau dia tidak ingin ajakannya ditolak. Dengan tanpa daya Jaka kelud mengikuti langkah Intan Warsito menuju mobil MPV mewah yang terparkir di luar kampus. Wanita paruh baya yang ada di dalam mobil MPV mewah tampak senang melihat Intan Warsito datang ke arahnya bersama Jaka Kelud. “Tante, tidak biasanya tante bermain ke kampus Intan,” ucap Intan Warsito sambil sungkem menjabat tangan Melati Sugiri sambil mencium punggung tangannya. “Iya, kebetulan saja tante lewa

    Last Updated : 2025-04-17
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 149. KETERKEJUTAN INTAN WARSITO DAN MELATI SUGIRI

    Bab 149. KETERKEJUTAN INTAN WARSITO DAN MELATI SUGIRI Tentu saja perkataan Intan Warsito mengejutkan Melati Sugiri dan Rustam Buwono, mereka berdua sama sekali tidak menyangka kalau kedua pasangan muda yang mereka anggap sebagai pasangan kekasih, ternyata mempunyai kebiasaan aneh ketika berkencan. Intan hanya menunduk sambil tersenyum kecut mendengar perkataan Melati Sugiri, dia berdiri diam seperti orang bodoh, hingga Melati Sugiri mempersilahkannya untuk duduk. “Duduklah, mari kita tunggu Jaka kelud. Apa kamu mau memesan makanan terlebih dahulu?” kata Melati Sugiri sambil menatap kearah Intan Warsito dengan pandangan ramah. “Nanti saja tante, saya akan menunggu Jaka Kelud.” “Baiklah kalau begitu, sebentar lagi pasti Jaka Kelud akan datang,” kata Melati Sugiri sambil melihat waktu di ponselnya. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang berada di perjalanan menuju Cafe Bintang, berulang kali membunyikan klaksonnya untuk menyingkirkan kendaraan di depannya, a

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 150. RENCANA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN

    Bab 150. RENCANA YANG TIDAK SESUAI DENGAN HARAPAN Rustam Buwono hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tetap menatap kearah penolongnya. “Ternyata…. ternyata acara makan malam ini merupakan makan malam yang sangat membahagiakan bagi kita. Ternyata nak Jaka kelud adalah penolong suami saya, mari kita memesan makanan untuk merayakan pertemuan membahagiakan dan ucapan terimakasih kita kepada anda,” kata Melati Sugiri sambil berdiri dengan ekspresi bahagia menghiasi wajahnya. Kemudian Melati Sugiri melambaikan tangannya ke arah pelayan yang sedang berdiri di dekat meja resepsionis untuk melakukan pemesanan. “Pelayan siapakan makanan terenak di Cafe ini, apapun yang terenak hidangkan semuanya,” perintah Melati Sugiri kepada pelayan yang berdiri di depannya sambil membawa kertas nota dan pena. “Baik bu, mohon tunggu sebentar. Kami akan segera menyiapkan semua pesanan anda.” Pelayan Cafe segera pergi meninggalkan meja Melati Sugiri untuk menyiapka

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 151. PULANG KAMPUNG

    Bab 151. PULANG KAMPUNG “Tidak apa-apa, saya merasa senang ternyata acara makan malam ini membuatmu bahagia,” kata Melati Sugiri pada akhirnya sambil menelan kejengkelan kepada Rustam Buwono yang tidak peka dengan apa yang sedang dibicarakan. “Baguslah, kalau kamu merasa senang. Saya juga senang dengan makan malam ini. Eh…. ngomong-ngomong, ada hubungan apa antara Jaka kelud dengan Intan Warsito? Sepertinya mereka cukup dekat, apakah Rustam Warsito sudah tahu hubungan mereka?” Rustam Buwono tiba-tiba saja teringat dengan kedua anak muda yang sudah meninggalkan Cafe Bintang. “Entahlah, biarkan saja itu menjadi urusan kedua anak muda itu,” kata Melati Sugiri yang sudah tidak semangat lagi untuk menceritakan kecurigaannya pada Jaka kelud. Sementara itu Jaka Kelud yang sudah berada di perjalanan menuju rumahnya, juga merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya ketika dia berdekatan dengan kedua orang tua itu. “Kenapa ya? Perasaanku seperti berada di tengah-tengah

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 152. PULANG KAMPUNG 2

    Bab 152. PULANG KAMPUNG 2 Jaka menatap wajah tua di hadapannya yang dipenuhi dengan garis-garis kesusahan dengan tatapan penuh kasih sayang. Sebuah senyuman terlihat diwajah tua Suminten ketika mendengar perkataan anak kesayangannya ini. “Kamu pulang sama siapa? Tadi emak seperti mendengar suara mobil, apa kamu sewa taksi untuk sampai ke rumah?” kata Suminten sambil mengedarkan pandangannya ke halaman untuk melihat mobil siapa yang mengantar Jaka Kelud pulang. “Saya pulang sendiri Mak, oh iya Mak, Jaka bawa banyak oleh-oleh untuk Mamak. Tunggu sebentar biar Jaka turunkan oleh-olehnya.” Dengan senyum gembira, Jaka Kelud kembali keluar dari rumah untuk mengambil oleh-oleh yang dibeli dari Jakarta saat di perjalanan pulang. “Jaka…. ini mobil siapa? Bagaimana kamu bisa naik mobil sebagus ini? Mana sopirnya? Suruh dia masuk kerumah, biar Emak buatkan kopi,” dengan ekspresi gugup Suminten tampak panik melihat mobil yang begitu bagus terparkir di halaman ru

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 153. PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN

    Bab 153. PENGAKUAN YANG MENGEJUTKAN Dipan kayu tempat tidur Jaka kelud berderit begitu tubuh Jaka Kelud berbaring di atasnya. Sebuah senyuman mengembang di sudut bibir Jaka Kelud mendengar deritan tempat tidurnya yang terbuat dari kayu dan beralaskan pelupuh bambu, dilapisi kardus dan selembar kasur kapuk yang sudah sangat tipis saking lamanya dimakan usia. “Betapa nyamannya bisa tidur di kamar kesayanganku ini.” Tak berapa lama setelah tubuhnya di baringkan di atas tempat tidur yang sangat jelek, mata Jaka Kelud langsung terpejam dan dalam sekejap sudah berpindah alam, ke alam mimpi. Saking lelahnya mengemudi selama puluhan jam dari Jakarta hingga ke kota Kediri, dimana kampung halamannya berada, membuat mata Jaka Kelud tidak tahan lagi untuk segera memejamkan mata. “Jaka, kamu kini sudah benar-benar berubah. Kulitmu terlihat lebih bersih dan pakaian yang kamu pakai terlihat begitu bagus. Sepertinya kamu ini sebelumnya berasal dari keluarga kaya, kal

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 154. SUARA TANPA RUPA

    Bab 154. SUARA TANPA RUPA Suminten menatap tajam wajah anak muda ganteng yang telah dirawat nya dengan penuh kasih sayang sejak bayi yang ada di depannya. Sepasang mata tua suminten perlahan mulai digenangi air mata, setelah dia mengatakan kenyataan yang selama ini dirahasiakan. Sebenarnya Suminten ingin menyimpan rahasia ini selamanya hingga ke liang lahat. Akan tetapi ketika sekarang dia melihat penampilan Jaka Kelud yang seperti orang kaya, sebuah kesadaran langsung masuk ke relung hatinya yang paling dalam. “Jaka… sebenarnya emak dan bapak menemukanmu di sungai yang ada di Jakarta. Waktu itu emak dan bapak adalah seorang pemulung, kami sedang mencari botol bekas dan kardus di tepi sungai, ketika tiba-tiba bapak melihat ada sebuah benda hanyut yang di kira adalah sampah yang dibuang ke sungai. Alangkah terkejutnya emak dan bapak setelah mengambil sampah itu ternyata ada bayi kecil di dalamnya.” Sekali lagi Suminten menghentikan ceritanya, airmatan

    Last Updated : 2025-04-20
  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 155. BERTEMU GURU NAGA MAJAPAHIT

    Bab 155. BERTEMU GURU NAGA MAJAPAHIT Dalam gelapnya malam, tiba-tiba terlihat sepasang mata dari tebalnya kabut putih yang menyelimuti lereng gunung Kelud. Mata itu sangat tajam, seakan pemilik mata itu adalah penguasa gunung Kelud. Memang benar, pemilik mata itu adalah seekor siluman Naga yang bertapa di kedalaman gunung Kelud. “Siapa… siapa yang berbicara…?” Jaka kelud kembali bertanya kepada udara dingin yang menyelimuti sekitar rumahnya. “Jaka cucuku, datanglah ke pertapaanku,” suara itu terdengar lagi meninggalkan gema yang mendayu-dayu seakan pemilik suara sedang berbicara di dalam sebuah gua atau gedung yang besar. Pada saat Jaka Kelud sedang di penuhi rasa bingung, tiba-tiba saja ada seberkas cahaya putih yang menyelimuti tubuhnya. Sebelum Jaka Kelud sadar akan apa yang terjadi, sosoknya sudah menghilang dari tempat dia berdiri sebelumnya. Jaka Kelud merasa kalau dirinya di bawa ke sebuah tempat yang aneh, begitu dia tersadar dari ket

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER

    Bab 176. DI USIR DARI KANTOR DOKTER Petugas bagian Informasi itu tidak langsung menjawab pertanyaan Jaka Kelud, dia malah memandangi sosok Jaka Kelud dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. “Bapak ini apanya pak Rustam kalau boleh tahu?” “Saya kenalannya, kebetulan saya sedang menjenguk bersama teman saya di ruang VVIP nomor sepuluh.” “Oh, bapak beneran temannya pak Rustam?” Nada bicara karyawan bagian Informasi terdengar mulai ramah, setelah Jaka Kelud mengaku sebagai temannya Rustam Buwono. “Tentu saja benar, untuk apa saya berbohong tidak ada untungnya.” “Ha ha ha ha… maaf, saya hanya tidak ingin memberikan informasi kepada yang tidak berkepentingan saja. Tunggu sebentar biar saya cek dulu.” Kemudian petugas bagian informasi segera sibuk di depan komputernya dan terlihat sedang mengetik sesuatu di keyboardnya. Tak lama kemudian, petugas itu segera memandang kearah Jaka Kelud. kali ini tatapannya terlihat serius, sebelum akhirn

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO

    Bab 175. SUGENG BUWONO KEPALA KELUARGA KONGLOMERAT BUWONO “Bukan gadis itu, kalau gadis itu saya sudah tahu. Maksudku siapa anak muda itu,” kata kakek Sugeng Buwono sambil menatap kearah Jaka Kelud yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding Rumah Sakit. “Oh dia. Dia itu temannya Intan,” kata Melati Sugiri sambil tersenyum ke arah Jaka kelud kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke Sugeng Buwono atau ayah mertuanya. “Iya, saya juga tahu dia temannya nak Intan. Kan dia datang ke Rumah Sakit ini bersama nak Intan, yang saya ingin tanyakan adalah apakah kita pernah mengenal dia atau keluarganya?” Begitu mendengar perkataan Sugeng Buwono, semua orang seketika memusatkan pandangannya ke arah Jaka Kelud, dan memandangnya dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu Jaka Kelud yang sedang menjadi pusat perhatian semua orang tampak serba salah, dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal sambil tersipu malu. Melati Sugiri yang mendapat per

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN

    Bab 174. RUSTAM BUWONO KECELAKAAN Dan benar saja ketika teriakan itu baru saja berhenti, tiba-tiba saja. Blar….!!Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar di tengah jalanan, diikuti dengan terangkatnya mobil milik wanita cantik itu yang meledak seperti terkena bom mobil. Warga yang berdiri terlalu dekat dengan mobil yang meledak tersambar api yang menyambar, sehingga wajah mereka menghitam dengan rambut dan pakaian yang terbakar. Seketika itu juga kepanikan melanda di sekitar mobil yang meledak. Sementara itu Jaka Kelud tampak tersenyum senang, melihat kejahilannya membuahkan hasil. Dengan meledaknya mobil wanita cantik yang sok berkuasa dan tidak mau mengganti kerusakan mobil Intan Warsito yang ditabraknya, maka kekesalan Intan pasti akan terobati. Jaka segera menjalankan mobilnya meninggalkan tempat dia parkir, sementara itu Intan Warsito yang sudah melajukan mobilnya lebih dulu, sudah tidak terlihat. Sesampainya di kampus, tern

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK

    Bab 173. MEMBERI HUKUMAN WANITA CANTIK Intan warsito balas mengejek wanita cantik itu sambil melirik ke arah Jaka kelud dengan ekspresi penuh dengan kemenangan. Siapapun orangnya tentu saja sangat senang, jika dalam menghadapi suatu masalah kedatangan orang yang dikenalnya. Dengan kedatangan orang yang dikenalnya, maka urusan akan lebih mudah, karena akan ada yang mendukungnya. Demikian juga dengan Intan Warsito dalam pikirannya, keberaniannya untuk minta ganti rugi atas kerusakan mobilnya semakin menjadi-jadi saja. Brak…! “Cepat kamu ganti kerusakan mobilku, atau kita berurusan dengan pihak Polisi.”Dengan kuat Intan Warsito menggebrak kap mesin mobil wanita cantik itu, sambil memperlihatkan sikap serius kalau dia minta ganti rugi. “Ha ha ha ha… mau dibawa ke pihak Polisi? Baiklah, mari kita lapor Polisi dan lihat apakah Polisi akan membantumu? Hi hi hi hi….” Wanita cantik itu sama sekali tidak takut, saat diancam untuk dilaporkan ke piha

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 172. INTAN YANG APES

    Bab 172. INTAN YANG APES Tangan Jaka Kelud segera diangkat ke atas langit, sedangkan mulutnya terlihat sedang bergerak-gerak seperti sedang membaca mantra. Langit yang sebelumnya cerah, tiba-tiba saja dipenuhi awan hitam yang bergerak dari segala arah dan menumpuk di atas gedung PT Nusa Bangsa. Jegler…! Blarr…!Suara petir menggelegar dan saling bersahutan membuat penduduk bumi ketakutan, melihat fenomena aneh yang baru saja mereka lihat. Petir menyambar-nyambar di susul turunnya air hujan dari langit yang langsung deras begitu saja, tanpa didahului gerimis seperti biasanya. Petir yang bersahutan bahkan menghantam trafo listrik, sehingga alam seketika menjadi gelap gulita meskipun saat ini masih siang hari. Bahkan ada tiang listrik yang roboh terkena hantaman petir yang menyambar dari langit. Tubuh Jaka Kelud yang berdiri di atap gedung sudah basah kuyup, akan tetapi dia tidak memperdulikannya. Sekali lagi tangan Jaka Kelud mengibas k

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK

    Bab 171. MENGHILANGKAN JEJAK Dalam sekejap semua orangnya Raden Tukimin yang ada di ruang meeting menghilang, demikian juga dengan para mayat yang tergeletak diatas lantai. Bahkan Jaka Kelud juga ikut menghilang dari ruang meeting, kemudian muncul lagi di sebuah lembah yang sangat dalam yang bersuhu sangat dingin. “Dimana ini?” Terdengar suara orang berteriak kebingungan dengan tubuh menggigil dan gigi bergemeletuk saking dinginnya suhu udara di tempat mereka sekarang berada. “Di pintu neraka, ha ha ha ha….” “Bocah apa yang kamu lakukan kepada kami?” teriak seorang pria yang tidak asing bagi Jaka Kelud. Rombongan orang yang sedang berdiri dengan tubuh menggigil tentu saja Raden Tukimin dan anak buahnya yang masih hidup, yaitu para pengacara dan sekretarisnya. “Saya tidak bicara apa-apa, hanya berbicara apa adanya. Sekarang lihat apa yang ada di bawah kalian,” kata Jaka Kelud dengan nada santai. Begitu mendengar perkataan Jaka Kelud, me

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 170. AKHIR DARI AKI DAWIR

    Bab 170. AKHIR DARI AKI DAWIR “Ehem, Aki Dawir ya? Maaf Aki, permintaan saya juga sama dengan kalian. Kalau kalian ingin selamat, segera pergi dari gedung ini atau nasib kalian akan sama dengan mayat-mayat itu.” “Kurang ajar, sepertinya kamu tidak bisa melihat tingginya gunung di depanmu. Baiklah, terima ini.” Wusss….Tiba-tiba saja Aki Dawir mendorong telapak tangannya ke arah Jaka Kelud, dorongan tangan Aki Dawir memunculkan desisan angin yang sangat tajam. Pakaian semua orang berkibar, ketika Aki Dawir melancarkan serangannya. Akan tetapi apa yang ada dalam pikiran Aki Dawir sepertinya meleset, karena sosok pemuda kurus yang diremehkannya ternyata masih berdiri tegak di tempatnya, tanpa kurang apapun. Jaka Kelud yang sekarang tentu saja bukan seperti Jaka Kelud yang dulu, kini dia yang sudah menyadari kekuatan yang dimiliki, tentu saja menganggap remeh serangan Aki Dawir yang melancarkan pukulan jarak jauh. Padahal pukulan jarak jauh Aki Daw

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 169. BUKAN PRIA BIASA

    Bab 169. BUKAN PRIA BIASA “Apa? Mana mungkin saya salah tembak?” pikit pengawal yang menembak Jaka Kelud. Padahal Jarak antara dirinya dan Jaka Kelud hanya empat meter, jadi tidak mungkin tembakannya meleset, apalagi malah mengenai rekannya sendiri. Sementara itu Jaka Kelud tampak sangat santai, meskipun baru saja disasar peluru tajam oleh pengawal Raden Tukimin. Yang paling kesal dengan apa yang terjadi tentu saja Raden Tukimin, emosinya langsung meluap melihat kegagalan anak buahnya meringkus dan menghukum Jaka Kelud. “Goblok, dasar orang-orang yang bisanya hanya memakan gaji buta saja! Cepat habisi pemuda itu, jangan bikin malu!” Suara Raden Tukimin menggelegar memberi perintah semua anak buahnya untuk menghabisi Jaka Kelud. Seketika puluhan moncong pistol mengarah kepada Jaka Kelud, akan tetapi bukannya ketakutan, pemuda yang ditodong puluhan pistol tampak santai. Expresi Jaka kelud masih tetap datar, seakan dirinya sedang tidak dalam

  • Pewaris Naga Majapahit   Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN

    Bab 168. DITEMBAK PENGAWAL RADEN TUKIMIN “Apa yang kamu lakukan?” bentak Raden Tukimin sambil menunjuk ke arah Jaka Kelud dengan wajah memerah saking emosinya. “Bukankah matamu masih normal, masa tidak tahu dengan apa yang saya lakukan. Sepertinya kamu perlu memeriksakan kedua matamu ke Rumah Sakit, ha ha ha ha…” Jaka tertawa terbahak-bahak setelah mengata-ngatai Raden Tukimin. “Kurang ajar, dasar bocah sableng. Kalian, cepat beri pelajaran pada orang gila ini,” perintah Raden Tukimin kepada pengawalnya yang berdiri paling dekat dengan Jaka Kelud. Sementara itu Aki Dawir yang berdiri di belakang Raden Tukimin, menatap sosok pemuda kurus di depannya sambil mengedarkan indra spiritualnya. Tiba-tiba saja pandangan indra spiritual yang dipancarkan Aki Dawir seperti terhalangi dinding transparan yang tidak bisa di tembusnya. “Ada apa ini? Kenapa saya tidak bisa memindai tubuh pemuda gila ini? Jangan-jangan….?” Perasaan Aki Dawir seketika itu menjadi b

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status