BERSAMBUNG
“Ahh…akhirnya, aku bisa pulang kembali ke alamku, sekian tahun aku menunggu hari ini,” cetus Mak Ijah, hingga Agus, Mardi dan Isa makin kebingungan sendiri.Bingung wanita tua ini ngomong apa…? Mereka kompak tak paham.“Mak Ijah…mau pulang kemana…?” tanya Agus lagi memberanikan diri bertanya.“Ke tempat ibuku, emank mau kemana lagi, awas kalau tanya lagi di mana tempatnya!” kata Mak Ijah dengan suara ketus, tapi aneh wajahnya terlihat gembira.Sehingga ketiganya saling pandang.“Mak Ijah, sebelum pulang, bolehkah sebutkan di mana komandan kami berada?” kembali Agus memberanikan diri bertanya, ini yang kesekian kalinya, sebab sejak beberapa hari lalu, Mak Ijah ogah menjawab pertanyaan ini. Mak Ijah terdiam sesaat seperti orang yang sedang mikir. Lalu dia menghela nafas panjang.“Nanti setelah aku pergi, kalian ambil dupa di kamarku itu, lalu bakar, kemudian tungguin sampai dupa itu habis terbakar. Nahh setelah itu kalian akan menemukan komandan kalian itu,” sahut Mak Ijah lagi, hingg
Mahyudin dan Putri Aura kini memasuki kamar penganten yang sangat indah dan harum. Kalau Putri Aura berbinar-binar bahagia, Mahyudin terlihat ke wajah aslinya, murung.Tapi Putri Aura yang terlihat bahagia tak peduli soal itu.Mahyudin sendiri sedang cari jalan, otaknya sedang mikir bagaimana cara bisa keluar dari dunia ghoib ini.“Hmm…mikir apa sih, masa nggak kepingin kelonin istri cantikmu ini?” tegur Putri Aura, mulai terusik juga melihat kelakuan 'suaminya' ini.Putri Aura pelan-pelan mulai lepas baju pengantenya, hingga kini hanya pakai daleman saja lagi, tubuhnya yang putih bak peranakan Tiongkok bikin silau mata Mahyudin, sesaat dia hampir lupa kalau ini adalah wanita di alam ghoib.“Aura, boleh aku tanya nggak?” akhirnya kesadaran mulai menyeruak hatinya.“Hmm…mau tanya apa suamiku?” sahut Putri Aura sambil rebahan dengan gaya memikat, hampir saja Mahyudin lupa dengan pertanyaan tadi, gaya Putri Aura memang aduhai.“Emm…kamu sebelumnya bilang Mak Ijah itu anakmu, masa iya ana
Mahyudin…tentu saja tak pernah nyadar, Raja Dongkoh ini aslinya anak dari Datu Hasim Zailani atau Dean Tanaka dengan istri-nya di alam ghoib ini.Salah satu alasan Raja Dongkoh menikahkan keduanya, karena dia tahu siapa anak muda ini. Tapi dia sengaja diam, dia ingin tahu sampai di mana kelak Mahyudin sikapnya terhadap Putru Aura..!!!Kini dia sementara di tempatkan di sebuah kamar, yang membuatnya tak bisa kemana-mana, tempat ini di jaga sangat ketat.Mahyudin hanya di beri waktu satu hari, untuk menerima keputusan Raja Dongkoh tersebut, yakni menikahi Putri Aura ataukah…lehernya di penggal algojo.“Duehh kakek buyutttt…kenapa sih tak muncul-muncul di saat begini,” gumam Mahyudin bingung sendiri. Ia berkali-kali sebut nama kakek buyutnya, tapi roh si kakek itu tak pernah muncul hingga saat ini.“Tapi…Putri Aura sangat cantik, nggak kalah dari Winny atau Brigite, namun seandainya aku menikahinya, apakah aku akan terjebak selamanya di sini?”Inilah yang sebenarnya yang bikin Mahyudin p
“Hmm…satu kampung kelaparan, pastinya hukumannya pancung paduka raja!” sahut Hakim Punai. Raja Dongkoh langsung mengangguk-anggukan kepala.Mahyudin makin terkejut tak kepalang, masa kepalanya akan di penggal. Ini sudah keterlaluan, batinnya. Bakalan jadi hantu tanpa kepala aku di dunia alam ghoib ini, pikirnya lagi.Mahyudin bukan tipikal manusia penakut, tapi masa harus konyol menerima hukuman yang kesalahan tanpa di sadari dilakukannya.Dalam keadaan begitu, Mahyudin ingat ucapannya yang bikin Putri Aura marah. Tanpa ragu dia langsung istigfhar…!Tiba-tiba istana ini bergoyang bak ada gempa bumi saja. Seluruh punggawa kerajaan seketika panik. Walaupun guncangannya tak begitu keras, tapi melihat lampu-lampu kristal di langit-langit ballroom ini, semuanya tentu saja panik.Anehnya…guncangan ini hanya ada di ruangan ini, di luar ruangan ini tidak terjadi apa-apa.“Heii hentikan ucapan itu,” bentak Raja Dongkoh, lalu di kibaskan tangannya ke arah Mahyudin yang tadi gagu dan kini seketik
Tiba-tiba tubuh Mahyudin seperti lumpuh dan dia ditangkap dua orang laki-laki berbadan tegap, pakaiannya mirip hulubalang (petugas kerajaan) saja.Ia tentu saja kaget tak kepalang, sejak kapan dua hulubalang ini muncul dan kenapa tubuhnya lemas begini.Aura juga lenyap di depannya, celingak-celinguk Mahyudin mencari, tapi wanta cantik itu tak terlihat lagi."Kemana perginya si Aura?" batinnya terheran-heran , tak lama kemudian Mahyudin di masukan ke sebuah mobil, yang mirip mobil tahanan.Mahyudin di papah menuju ke sebuah tempat. Mahyudin benar-benar tak bisa bergerak dan hanya pasrah saat di bawa ke tempat yang ia tak tahu kemana.Anehnya, kalau tadi hanya hutan, kini Mahyudin melihat tempat yang mereka lewati seperti sebuah jalanan umum yang mulus dan banyak kendaraan lalu lalang.Kendaraannya pun macam-macam, ada yang biasa tapi tak sedikit pula jenisnya mewah-mewah.“Ini kota apa..?” batinnya terheran-heran.Tak pernah Mahyudin sangka, dia di bawa ke sebuah istana yang sangat inda
Kita tinggalkan sejenak ketiga anak buah Mahyudin yang berupaya keras membujuk si nenek itu agar bisa membantu kembalikan Mahyudin kembali.Kita kembali ke tokoh kita yang jatuh pingsan kepentuk kayu keras dan membuatnya biru di dahi.Mahyudin tak tahu sudah berapa lama ia pingsan, ketika sadar, Mahyudin kaget ada daun yang menempel di dahinya dan tubuhnya saat ini berbaring di sebuah rumah kayu.“Ada di mana aku ini?” batinnya sambil perlahan-lahan bangkit dan melepas daun yang menempel di dahinya tersebut.Kepalanya masih berasa pusing, sehingga dia pun tetap duduk di sisi ranjang besi ini.Teringatlah Mahyudin dengan wanita yang ia ikuti sebelumnya dan akhirnya tak sengaja membuatnya berada di sini.“Wajahnya…ahhh iyaaa…aku baru ingat mirip si....duhh lupa lagi...?” batin Mahyudin bingung sendiri, otaknya buntu mengingat seseorang.Tak lama masuklah orang yang ia sebut tadi. Wajahnya ternyata sangat cantik saat berdekatan begini, pakaiannya juga tetap sama, kuning krim.Bahkan tak k