Share

Pria Menyebalkan itu Suamiku
Pria Menyebalkan itu Suamiku
Author: Kartika Rush

BAB 1 ~ Pengkhianatan

"Jadi ini kelakuanmu di belakangku selama ini?" 

Sepasang anak muda tampak terkejut, ketika suara sopran tiba-tiba memecah di kamar apartemen tempat mereka berada. Keduanya tampak saling beradu pandang dengan sedikit terperangah, setelah mendapati seorang wanita bersurai panjang berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang menghunus tajam. Entah sejak kapan wanita tidak asing itu berdiri di sana. 

"El-Elfa?" ucap pria berkaus putih dengan mata yang membeliak sempurna. 

Pria yang tengah duduk bersama wanita lain di atas tempat tidur, segera bangkit dan menghampiri Elfa yang masih berdiri di tempat yang sama. Terlihat jelas tremor yang tengah menguasai tubuhnya saat ini. Tentu saja karena dia khawatir melihat amarah yang tampak jelas di wajah sang kekasih.

Ya, wanita bernama lengkap Elfara Adhinata itu adalah kekasih yang sudah menemani hari-harinya selama dua tahun belakangan. Bahkan, pasalnya mereka akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat, sebagai tanda keseriusan keduanya dalam menjalin hubungan. 

"El, ini gak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa jelasin semuanya," ucap pria itu seraya meraih tangan Elfa. Namun, secepat kilat wanita itu menepis tangannya. 

"Jangan pernah sentuh aku dengan tangan kotormu itu, Dav!" tegas Elfa penuh amarah. 

Bagaimana tidak? Wanita mana pun akan sangat marah jika melihat kekasihnya tengah berduaan dengan wanita lain di dalam kamar apartemen, terlebih lagi jika wanita itu adalah sahabatnya sendiri. 

Belum lagi mereka terlihat sangat mesra. Wajar saja jika Elfa langsung memiliki pikiran negatif terhadap keduanya. Entah bagaimana bisa Aleena yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun, tega melakukan itu dengan kekasihnya. Sungguh di luar dugaan. 

"El, lo dengerin dulu penjelasan David. Lo hanya salah paham. Please, tahan emosi lo!" 

Elfara mendelik sinis ke arah Aleena yang kini sudah bangkit dan berdiri di belakang David. Hanya sejenak. Dia kembali menatap David, tanpa peduli dengan ucapan sahabatnya. 

"Aku bisa jelasin, tapi tolong kamu dengerin ak—" 

"Stop! Aku nggak mau dengar apa pun dari kamu!" pungkas Elfa penuh penenakan. 

"Dan lo, Aleena!" tunjuknya ke arah Aleena. "Gue nggak nyangka kalau lo sejahat itu sama gue!" lanjutnya dengan tatapan penuh kebencian. 

Sedikit pun tidak pernah terlintas dalam benak Elfara, jika kedua orang yang selama ini sangat dia percaya, ternyata tega untuk mengkhianatinya. Entah apa dosa yang telah dia perbuat sampai mendapatkan balasan seburuk itu dari mereka. Sungguh kejadian hari ini telah melukai hatinya begitu dalam. 

Ya, tentu. Lihat saja kalung indah berwarna perak yang menggantung di leher Aleena. Elfara menyaksikan dengan jelas bagaimana David memakaikan kalung itu untuk sahabatnya dengan sangat mesra. 

Lantas, haruskah dia percaya dengan ucapan mereka yang jelas sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang dilihatnya? Tidak. Tidak semudah itu untuk membangun kepercayaan yang sudah dihancurkan dalam waktu sekejap. 

"El, lo percaya gue, kan? Gue nggak mungkin sejahat itu sama lo. Lo sahabat gue, mana mungkin gue khianatin lo!" tegas Aleena dengan sungguh-sungguh, tetapi Elfara hanya membalasnya dengan senyuman  getir, seolah-olah masih tidak percaya. 

"El, aku dan Aleena hanya—" 

"Cukup! Aku nggak mau dengar apa pun lagi dari kalian!" tegas Elfara sambil menutup kedua telinganya. "Mulai detik ini kita sudah nggak ada hubungan apa pun lagi!" imbuhnya seraya membalikkan badan, lalu meninggalkan tempat itu. 

Tidak ingin menyerah begitu saja, David segera menyusul Elfara yang sudah berjalan menuju pintu. 

"El, kamu sudah janji akan menikah denganku! Kamu nggak bisa ngambil keputusan secara sepihak kayak gini. Setidaknya kamu dengerin aku dulu. Kita bisa bicarakan baik-baik, El!" cerocos David sambil membuntuti Elfara yang berjalan membelakanginya. 

Mendengar pernyataan itu, Elfara sontak menghentikan langkahnya. Dia kemudian membalikkan badan dalam satu kali entakkan. 

"Kamu pikir aku mau menikah dengan laki-laki sepertimu, hah?" tatap Elfara penuh amarah. Tampak jelas kilat kekecewaan di wajahnya. 

"Nggak! Jangan mimpi kamu!" tukasnya kembali membalikkan badan dan berniat segera pergi meninggalkan tempat itu. Namun, dengan sigap David meraih tangannya, menahan agar dia tidak pergi begitu saja sebelum menyelesaikan masalah yang tengah terjadi. 

Sementara itu, Aleena hanya bisa menatap pertengkaran antara sepasang kekasih itu dari kejauhan. Dari raut wajahnya terlihat bahwa dia sangat takut dan merasa bersalah atas apa yang sedang terjadi. 

Sungguh Aleena tidak berniat untuk mengkhianati sahabatnya sendiri. Semua yang terjadi di luar dugaannya dan tidak menyangka jika Elfara akan salah paham padanya dan juga David. 

"Lepasin aku, Dav!" Elfara dengan kuat mengentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman David. Secepat mungkin dia berlari keluar apartemen itu, meninggalkan David dan Aleena tanpa merasa peduli. 

"Astaga, El!" teriak David, tetapi Elfara tetap bergeming. Menunjukkan sikap yang seolah-olah sudah tidak peduli. 

Wanita berkulit putih dengan tinggi 170 cm itu semakin mempercepat langkah, berharap David tidak akan mampu mengejarnya. Meski dengan langkah yang sedikit terhuyung karena isak tangis yang tidak bisa terbendung, Elfara berusaha dengan sekuat tenaga menghindari kekasihnya yang telah menggoreskan luka begitu dalam. 

Kaki jenjangnya tampak menapaki lantai keramik berwarna putih mengkilap dengan sangat tergesa-gesa. Tidak sedikit pun dia berani mengangkat wajahnya yang sedari tadi ditundukkan, sekadar berusaha menyembunyikan air mata yang telah membanjiri pipinya. Hal itu dia lakukan karena tidak ingin menjadi pusat perhatian orang lain yang berlalu lalang di depannya. 

Kini wanita itu sudah berada dalam lift seorang diri. Setidaknya, dia memiliki kebebasan untuk melampiaskan kemarahannya tanpa takut menjadi pusat perhatian orang lain. 

"Kenapa kalian tega banget sama aku? Apa salahku pada kalian?" gerutu Elfara dengan nada sedikit terbata-bata. 

Sesekali dia menyeka air mata dengan punggung tangannya, tanpa berhenti mengeluarkan kata-kata penuh penyesalan terhadap kedua orang yang selama ini sangat berarti dalam hidupnya. Hingga bunyi lift pun membuatnya tersadar. 

Gegas Elfara keluar begitu pintu lift terbuka otomatis. Dia melangkah terburu-buru sambil menundukkan kepala. Namun, baru tiga langkah, tiba-tiba dia menabrak seorang pria yang berjalan di depannya, hendak memasuki lift.

"Mbak, kalau jalan hati-hati dong!" Suara bariton jelas terdengar dan membuat Elfara mendongak, sesaat setelah sebuah ponsel mewah jatuh di depannya. 

Elfara menatap pria yang kini berdiri di depannya sambil menatap sinis, bahkan saat air matanya belum terhapus sempurna. Namun, betapa pun penampilan wajahnya saat ini, tetap saja tidak membuat pria itu merasa iba. 

"Kamu lihat! Hanphone saya rusak karena keteledoran kamu!" tunjuk pria itu ke arah ponsel yang sudah tergeletak tidak berdaya, tepat di depan kaki kanan Elfara.

"Maaf, saya nggak sengaja," balas Elfara dengan santai, lalu beranjak dari tempat itu tanpa merasa berdosa. 

"Heh, enak saja! Setidaknya tanggung jawab dulu sebelum pergi!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status