Di depan rumah mertuanya, Simon merasa sakit hati melihat Sandra berduaan dengan Gerald. Bagaimanapun dia tidak rela istrinya kembali menikah dengan pria itu.
Tidak akan!Simon menarik nafas sebelum melewati pagar gerbang besi, lalu melihat keadaan sekitarnya, beberapa orang menatapnya dengan dingin.Terlebih lagi Ny Leslie, wajah yang biasanya hangat itu kini tak tampak tanda-tanda keramahan sedikitpun. Sampai akhirnya Simon berdiri di balkon teras, Roger ayah Sandra saat itu mengangkat tangannya.Plak!Suara tamparan terdengar nyaring, menarik perhatian semua orang. "Kenapa lama sekali!"Mata besar Roger memerah penuh emosi. Saat ini, Nyonya Felicia tiba-tiba keluar dari kamarnya, dengan di dorong oleh Anne sang asisten yang biasanya mempercayai Simon."Nenek, um... Maksudku Nyonya, Simon sudah datang." Gerald menghampiri dan berusaha mencari perhatian semua orang.Wanita dengan cat rambut coklat menatap tajam pHanya konsorsium Infinity Finance Corporational yang paling populer dan terbesar di kota itu, Simon bergulat dengan pikirannya yang kacau.Entah kenapa kali ini dia sangat tak ingin menyia-nyiakan hal yang sudah di depan mata, ini kesempatan langka! Apapun itu Simon akan menyanggupinya, meski harus berdiri sendiri tanpa jabatan seorang direktur, dan sejuta triliun ini akan membuatnya sukses berdiri sendiri. "Pak Simon, apa ada masalah?” Melihat keraguan yang membekas di wajahnya, Elsa sedikit penasaran."Tidak juga, tapi saya masih bingung, dengan alasan yang merubah keputusan anda, padahal sebelumnya anda menolak proposal yang saya buat ..."Elsa tergelak, "Anda masih ingin tahu?" Sebelah alisnya terangkat. "Bisakah kita bicara non formal saja?" Kemudian Elsa mendekati Simon lalu berbisik. "Tapi, sayangnya aku tak ingin memberitahumu, karena ini rahasia ..." Simon masih penasaran, namun Elsa segera berdiri dan berkata, "Gunakan sebisa
Tin…Klakson panjang membuat pendengarnya menutup telinga. Simon terpaksa berhenti dan keluar saat sebuah mobil hampir saja menabrak seorang anak kecil di tengah jalan. “Pak, Simon. Sepertinya itu akan berbahaya!” Seru Alessa mengingatkan.Tapi Simon tak acuh dan malah berlari ingin menyelamatkan anak itu. Seketika dia melompat dengan extreme dan akhirnya mendarat dengan selamat. Semua terjadi dalam waktu 2 detik.Para pejalan kaki yang menyaksikan ini berseru tak percaya. “Pak anda tidak apa-apa?” Alessa tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya.“Ah, tentu saja.” sahutnya sambil mengibaskan kotoran yang menempel di bajunya sambil melihat anak itu masih membeku di tempatnya berdiri.Pandangannya beralih pada sosok si pemilik mobil yang buru-buru menghampiri mereka sambil mengecek kondisi anak itu. “Apa dia terluka?”"Nona Elsa?" Simon baru sadar kalau dia adalah pimpinan konsorsium yang dia temui beberapa waktu lalu. Wanita itu mengangkat bahunya dan berkata, "Sungguh kebetulan bisa b
"Nona Sofia, kakakmu sudah kembali.”“Benarkah?” Ella Sofia yang sedang menggambar sketsa, segera berdiri, lalu dia membuka tirai pintu dan melihat sebuah mobil SUV yang terparkir di depan rumah dengan mata berbinar. Sofia menoleh dan melihat pria yang tak asing duduk di mobil dengan wajah serius. "Kak Simon benar-benar sudah pulang!"Sofia segera keluar dan melakukan apa yang biasa dilakukan ketika kakaknya pulang. Saat ini, pintu terbuka dan pria berpakaian rapi masuk.Sofia menoleh sambil tersenyum, “Kakak.” berjalan mendekati pria itu, dan langsung memeluknya. "Kalian baik? Mana Ibu?""Simon, kamu pulang nak, mana Sandra kenapa dia tak ikut?" Wanita paruh baya itu berjalan mendekati mereka.Simon seperti biasa mencium tangan sang ibu tanda baktinya. "Sandra dia ... Sibuk. Akhir-akhir ini yang dia kerjakan dan ...""Kenapa kamu tak menjaga istrimu? Kamu seharusnya memperhatikan Sandra sebagai istri, jangan biarkan istrimu bekerja terlalu berat."Simon terdiam, tak tega rasanya be
"Pak Simon, anda sudah siap?" Alessa terlihat berbeda hari ini, membuat simon mengernyitkan alisnya heran. Sebagai pria normal, dia jelas tergoda melihat sesuatu di balik pakaian tipis dan tembus pandang yang dipakai wanita itu, disertai dengan riasan di wajahnya yang membuat Simon sedikit aneh, membuat suhu tubuh panas dingin. "Alessa, kamu tidak demam kan? Kamu ..." "Kenapa? Anda menyukainya bukan? Bagaimana menurut anda penampilanku sekarang?" Lakukan tubuhnya terlihat jelas sekali, Simon menelan ludah dibuatnya. "Bukannya kamu bilang kita akan pergi menemui nyonya Felicia? Alessa, dia itu nenek dari istriku ...""Tapi, dia menyuruh kalian bercerai kan?" Alessa menaikkan sebelah alisnya.Simon menarik nafas. "Sudahlah, ikut aku ganti pakaian, setelah itu baru pergi." "Tapi ..." Alessa tak dapat melanjutkan ucapannya, karena sang atasan bersikap tak acuh dan berlalu begitu saja. "Hu-uh."Alessa merunggut sebal."Sudahlah, ayo cepet pergi! Sampai kapan kamu berdiri di sana?" Sege
Tengah malam, Sandra terbangun dan merasa kepalanya begitu sakit, saat itu mulutnya terasa kering, dia berencana ke belakang mengambil air hangat. “Belakangan ini aku selalu tak sehat, padahal besok aku harus menghadiri kompetisi fashion terbaik.” Meski separuh ingatannya hilang, bukan berarti dia melupakan hobinya merancang busana eksklusif terbaru.“Kuharap hari pernikahan kami akan berlangsung setelah kompetisi selesai.” Sampai di ruang makan dia mengambil minuman, lalu membuka kulkas dan mengambil beberapa cemilan.“Kenapa Gerald belum menelponku?” Ia memijat keningnya dan hendak menutup kulkas sebelum kembali ke kamar.Namun, samar-samar dia mendengar suara aneh dari ruangan sebelah. “Apa orang yang tinggal di sebelah sudah kembali dari liburannya?” Sandra sedikit merinding dengan suara-suara itu, namun rasa penasarannya membuatnya diam-diam menguping ke tembok. “Ada suara seorang wanita …”“Kamu nggak takut jika ketahuan Sandra?”Suara seseorang terdengar, namun tidak terl
"Bagaimana keadaan calon istri saya dokter?" Gerald memasang tampang paling menyedihkan di antara kedua orang tua Sandra. Saat itu dokter yang memeriksanya, tersenyum memberi ketenangan. "Nada tenang saja pak Gerald. Nona Sandra hanya butuh istirahat, mungkin sebelummya dia beraktifitas banyak, jadi saya sudah memberikan resep obat dengan multivitamin di dalamnya." Tiba-tiba pintu kamar terbukanya, membuat semua mata tertuju ke arah pintu. "Alessa ..." Dia muncul bersama seorang dokter, namun ketika melihat tatapan yang menyorot, wajah dokter itu terlihat salah tingkah. Dia malu, dan berbicara dengan nada serius. "Ternyata sudah ada dokter disini, sepertinya saya datang ke tempat yang salah. Kalau begitu saya pergi, permisi." Sang dokter berbalik, namun tanpa diduga nyonya Felicia terlihat mengangkat tangannya. "Tunggu!"Langkah dokter tadi berhenti, dia lebih kaget lagi ketika nenek tua itu mendekatinya dengan kursi roda. "Mari kita bicara di luar." Dia berbisik pelan sebelum meni
Dia berharap pria itu tak menyinggung apa yang terjadi tadi malam. Tiba-tiba mulutnya bergerak-gerak. "Alessa, kenapa kamu lama sekali?" Simon berkata dengan nada dingin.Alessa sedikit kebingungan. Bagaimana caranya menjawab? Haruskah kuberitahu yang sebenarnya? "Alessa, kamu tahu sesuatu kenapa semalam aku mabuk?" Simon mengernyitkan dahi, menunggu jawaban Alessa. Alih-alih menjawab, ia hanya melihat wanita itu menggeleng. Simon kembali berpikir, auranya terlihat lebih dingin dari biasanya. Alessa tak berani duduk, atau melakukan apa pun di ruangan itu selain mematung, memperhatikan Simon yang mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. "Sudahlah, urusan kita masih banyak. Temani aku pergi ke suatu tempat." Alessa bersusah payah mengangguk, lalu ia langsung keluar tanpa bicara apapun. "Loh? Kamu mau pergi kemana? saya belum selesai bicara,tolong kembali duduk." Simon berkata dengan tegas.Astaga! Apalagi yangkulakukan? Apa aku membuatkesalahan? Alessa membatin dan mulai cemas.
"Hufft! Untung saja mereka hanya mencari Sandra."Elsa mengusap peluhnya, lalu meninggalkan acara kompetisi setelah Sandra turun dari mobilnya. "Tak apa jika tak jadi bernegosiasi, asal mereka bukan menyoroti perihal yang kulakukan pada Simon. Semoga saja Alessa bisa menjaga rahasia."Sampai Elsa tiba di kediamannya, dia melihat ibunya sedang duduk menunggu di sofa dengan wajah murung. "Darimana saja kamu?” Elsa bersikap santai tanpa rasa bersalah, ia menggerakkan bibirnya menjawab, "Aku baru saja kembali menghadiri acara ekslusif dan …”Brak!Tiba-tiba ibunya melemparkan selembar foto ke atas meja sambil memaki. "Malam itu kamu pergi ke hotel dengan seorang pria, bahkan dia adalah suami orang. Bagaimana reputasimu nanti di kantor? ingat kamu seorang pepimpin konsorsium terbesar, akan seperti apa kehidupan kita nanti jika kamu melakukan hal bodoh itu.”Melihat foto itu, wajah Elsa memucat. Di foto itu, dirinya sedang memapah seorang pria masuk ke kamar hotel.Elsa buru-buru menjelas