Di sisi lain.Dengan senyum penuh harap John menatap layar ponselnya. "Aku akan memperjuangkanmu, Soraya. Aku akan membujuk pak Dean agar beliau mau menerimamu sebagai dosen pembimbing di universitas," lelaki itu tersenyum menatap ponselnya, "Aku harus memberitahukan kabar ini padanya, dia pasti akan sangat bahagia."Sambil berdiri meninggalkan ruangan tamu John mencari kontak Soraya di ponsel lalu menghubunginya. Dengan langkah cepat ia keluar dari pintu depan menuju garasi mobil. Begitu ia membuka pintu di balik kemudi saat itulah panggilannya terhubung."Halo, Sayang?" sapa John seraya masuk dan menutup pintu mobil, "Kau di mana sekarang?""Aku sedang tidak enak badan."Ekspresi John berubah kaget. "Kau sakit?""Tidak, aku hanya sedang memikirkan nasibku saat ini. Berhari-hari tanpa bekerja membuatku bosan di rumah."John kembali tersenyum. Dengan gerakan pelan ia menarik sabuk pengaman lalu berkata, "Kau tenang saja, aku akan membujuk atasan kita agar beliau mau menerimamu sebagai
"Tapi bisa saja acara yang dia hadiri adalah acara pernikahan orang lain.""Tidak, Mama. John sendiri yang bilang padaku tadi, bahwa dia sudah mengabdi kepada Dean sejak puluhan tahun lalu. Dan coba Mama pikir, kenapa dia bisa menjadi rektor di universitas itu jika bukan atas ijin Dean secara langsung."Rebecca mengangguk. "Tapi Mama rasa apa yang dikatakan John adalah benar, dia harus mengatakan pada Dean soal hubungan kalian. Dengan begitu Dean percaya, bahwa kau sudah tidak ada urusan lagi dengan mereka."Soraya menatap kaget. "Mama sudah kehilangan akal seperti John, ya? Pemilik kampus itu Dean, Ma. Kalau dia sampai tahu John melakukan itu karena ingin membantuku, yang ada Dean akan berpikir bahwa aku dan John telah berkonspirasi untuk mengganggu kehidupannya. Aku tidak mau itu terjadi, Ma. Aku saja baru tahu kalau Dean pemilik universitas itu dan sudah pasti itu akan mempengaruhi jabatan John. Dean pasti akan memecatnya. Kalau itu terjadi, siapa yang akan membiayai kita kalau sam
Dean dan Kensky saling melirik sesaat dengan ekspresi sulit dibaca."Anda bisa menghukumku dengan apapun yang Anda inginkan. Anda juga bisa menurunkan jabatanku jika itu yang Anda inginkan atau mengeluarkanku dari universitas bila itu memang harus dilakukan, tapi kumohon tolong ijinkan Soraya menjadi dosen di universitas Anda, Mr. Stewart."Dean dan Kensky lagi-lagi saling melirik tanpa berkomentar apa-apa. Mereka membiarkan John mengeluarkan semua keluhannya sampai selesai. Dan setelah lelaki itu selesai mengeluarkan semua yang dia inginkan saat itulah Dean menatapnya dan berkomentar."Jadi karena itu Anda menyutujui Soraya menjadi dosen tanpa memberitahukan padaku lebih dulu ... karena dia adalah pacar Anda?""Benar, Mr. Stewart. Aku mengaku salah dan aku minta benar-benar minta maaf. Tapi sebagai orang yang berhak, Anda bisa memberikan konsekuensi apa saja kepadaku dan aku akan menerimanya."Dean dan Kensky saling melirik lagi."Bisa aku tahu sejak kapan Anda dan Soraya menjalin hu
Dean menarik napas panjang sebelum akhirnya ia menceritakan semua keterikatakannya dengan Soraya kepada John. Ia juga menceritakan kenapa sampai Rebecca masuk penjara dan memecat Soraya dari kantor. Ia tidak menyembunyikan apapun dari John soal Soraya dan menceritakan siapa sebenarnya Kensky sehingga ia memilih wanita itu daripada Soraya.John terkejut mendengar semuanya dan menyalahkan Soraya karena sudah memanfaatkannya dan membuatnya bangkrut."Aku rasa Anda benar, dia juga membuatku bangkrut dan menghabiskan semua uangku. Tapi saat itu aku bersyukur Anda masih mengijinkanku bahkan mengangkatku sebagai rektor di universitas Anda. Seandainya tidak, aku tidak tahu yang akan terjadi dengan nasibku setelah semuanya sudah habis.""Kami memilih Anda sebagai rektor karena memang Anda pantas. Pendidikan Anda juga layak untuk posisi itu, Pak John. Tapi setelah mendengar ini, apa Anda masih ingin mempertahankan Soraya sebagai dosen di universitas kami?" tanya Kensky."Aku rasa tidak, Mrs. St
Siang hari setelah jam kelas mereka selesai Clare dan Ansley sama-sama berjalan menuju kantin. Karena Luke sudah lebih dulu ke sana untuk memesan makan siang mereka, Clare dan Ansley hendak pergi ke sana tapi tiba-tiba dering telepon mencegah mereka.Ansley akhirnya menghentikan langkah dan merogoh ponsel dari saku celana jinsnya. "Reagan, kenapa dia menelepon, ya?"Clare yang melihatnya ikut penasaran. "Coba angkat, mungkin dia ingin memberitahu kalau menu makan siang kita sudah habis." Clare yakin kalau Reagan dan Luke sudah menunggu mereka di kantin sesuai yang dikatakan Luke sebelumnya.Ansley hanya tersenyum kemudian mengangkat panggilan. "Halo, Reagan, ada apa?""Ans, kau di mana? Bisa tunggu aku sebentar? Aku baru saja dipanggil rektor ke ruangannya. Katanya ada yang ingin beliau bahas soal nyonya Soraya."Zet!Ansley terkejut. Takut Clare akan mendengar pembicaraan itu ia segera menjawab, "Oh, tentu saja! Aku sedang bersama Clare, kami akan menunggumu di kantin saja.""Agatha
"Kau tenang saja," kata Luke pelan, "Aku juga tadi cukup terkejut saat Reagan mengatakan hal yang sama. Hanya saja aku yakin pasti hal itu tidak ada sangkut pautnya dengan makan malam mereka waktu itu. Katanya mereka akan membahas soal Clare."Ansley ingat apa yang dikatakan Reagan tadi. Dengan ekspresi senyum ia tampak berpikir sambil menatap Luke yang duduk di depannya.Luke tersenyum lalu berkata, "Mana Clare? Bukankah dia akan ikut makan siang bersama kita?"Ansley tersadar dari lamunannya. "Dia sedang buang air. Sedikit lagi dia akan ke sini."Ekspresi ceria di wajah Luke langsung berubah, "Ngomong-ngomong apa kau sudah bertemu Chloe? Hari ini dia sudah masuk universitas lagi setelah sebulan masa skorsingnya selesai.""Benarkah? Tidak terasa ya satu bulan sudah berlalu. Tapi aku rasa jika dia tahu Clare selalu bersama kita, dia tidak akan lagi bergabung dengan kita.""Aku tidak yakin, apalagi jika dia melihat kedekatan Regan dan Clare. Ya, meskipun mereka tidak punya hubungan sat
Baru saja Clare menjawab pertanyaan Luke dan Ansley tiba-tiba suara teriakan Chloe membuat mereka terkejut dan menatapnya."Tapi aku mencintaimu, Reagan! Aku sangat mencintaimu dan aku___""Aku tidak mencintaimu!" balas Reagan keras, "Ingat, sekali lagi kau menggangguku seperti ini, kupastikan kau tidak hanya akan diskors, tapi akan di keluarkan dari universitas ini."Zet!Ancaman Reagan seperti petir yang menyambar tubuh Chloe saat itu juga. Seluruh tubuhnya gemetar. Tanpa berkata apa-apa dia hanya menatap pria itu yang kini berlalu meninggalkannya.Ansley, Luke dan Clare ikut menyimak."Ada apa? Kenapa dia?" tanya Ansley begitu Reagan mengambil posisi di samping Luke. Napas pria itu masih tak beraturan dengan wajah merah padam akibat emosi yang masih bersarang."Wanita itu sudah gila," balas Reagan. Ia menatap Clare lalu berkata, "Kau jangan masukan ke hati kata-kata Chloe yang tadi, dia itu wanita sinting dan tidak tahu malu."Spontan Luke dan Ansley terkejut. Mereka tahu bahwa pen
Pria itu terkejut dan menoleh. "Hei, Chloe!" Dilihatnya wanita itu berlari mendekatinya, "Ada apa?"Meski sudah tidak ingin terlalu dekat dengannya, sebagai teman Luke tidak ingin menjaga jarak dengan Chloe. Ia tetap akan berteman dengan Chloe, tapi sebisa mungkin untuk menjaga jarak. Perbuatan wanita itu tempo hari terhadap Clare membuat rasa simpatinya lenyap bagaikan angin lewat."Kenapa kau tidak pernah bilang padaku kalau Reagan telah dijodohkan? Apakah ini disebut teman?"Alis Luke berkerut-kerut. "Hei, apa yang kau katakan? Apa kau menemuiku hanya untuk memarahiku?"Wajah Chloe merah padam ketika pikirannya membayangkan pria yang dicintainya bersama wanita lain. Matanya nanar menatap ke arah lain lalu berkata, "Kenapa kalian menyembunyikan hal ini dariku? Kenapa kalian tidak memberitahukannya padaku sejak lama? Jika sejak awal aku tahu hal itu sudah terjadi, aku tidak akan pernah menaruh harapan dan perasaan kepada Reagan. Ini terlalu sesak bagiku, Luke. Ini terlalu sakit."Luk