Beranda / Romansa / Priaku di Kursi Roda / Bukan Pengantin Biasa

Share

Priaku di Kursi Roda
Priaku di Kursi Roda
Penulis: Chintya Shakira firda

Bukan Pengantin Biasa

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-07 16:50:23

"Layanilah Tuan Freza dengan baik, jangan bantah apapun perkataannya. Mengerti?" Aku tersenyum sinis mendengarnya.

 

Bukankah sebelumnya diriku ini dipuja dan diperlakukan layaknya seorang ratu? Mengapa sekarang pelayan saja berani memerintahku? Dengan malas aku menganggukkan kepala, takmau memperpanjang dan berakhir debat.

Lagipula tiada gunanya aku membantah. Semuanya akan terasa sia-sia. "Jangan khawatir, gue ngerti sama tugas sendiri. Terima kasih," sinisku membuat wanita tua itu berdecak kesal.

Batinku tertawa puas melihat ia tak kuasa atas diriku. Iyalah, ini kan tubuhku! Lagipula sekarang statusku sudah berubah, tiada yang mampu memperlakukanku dengan buruk lagi-kecuali pria yang sudah berstatus suamiku itu.

Pelayan tadi bergegas keluar, karena rasa jengkelnya padaku ia bahkan sampai menutup pintu dengan kencang. Aku tertawa dibuatnya, memang benar hanya seorang boneka saja aku di sini. 

Kakiku berjalan ke arah lemari, membukanya dan mengambil satu pakaian yang sangat tipis dan transparan. Oh Tuhan, apakah aku harus memakainya untuk malam ini? Jantungku sudah tak aman. Sedari tadi berdetak tidak karuan. 

Bukan, bukan karena ini adalah malam pertama untukku setelah menikah. Melainkan diriku yang sudah tak suci lagi. Berat memang, tetapi karena si Vina itu aku harus merelakan mahkota yang sudah kujaga bertahun-tahun lamanya.

Ck, mengingatnya membuatku kesal. Sekarang bagaimana dengan nasibku? Oh Tuhan, aku tidak mengerti dengan takdir hidupku sendiri. Mengapa sangat suram dan gelap, sampai aku tidak bisa merasakan kebahagiaan.

Suara pintu yang dibuka secara paksa berhasil mengagetkanku. Kepalaku menoleh ke sumber suara dan mendapati dua orang pria. Terlihat jelas sekali jika mereka tidak menyukai kehadiranku di sini, melalui tatapannya. Memangnya aku mau apa? Jika bukan karena Tante Hera yang menikahkanku dengan cepat, aku tak akan menikahinya.

Ingin sekali kucongkel kedua matanya itu, tetapi mengingat jika ini bukan wilayahku, sepertinya aku akan mati di sini jika melawan. Terlebih pada pria yang duduk di kursi roda, aku sangat membencinya. 

"Ngapain? Lo pikir gue datang kemari buat ngabisin malam pertama bareng lo? Ck, gak usah berharap banyak. Inget ini cuman pernikahan kontrak." Tanganku terkepal kuat mendengar penuturan pria kursi roda itu. Dasar orang kaya! Memangnya aku tak punya hati apa? Memang benar orang yang banyak hartanya pasti takpunya hati. 

"Santai aja, lagipula Tuan bukan selera gue," ucapku dengan nada meremehkan. Sengaja membuatnya jengkel, agar situasi ini cepat berakhir. Ayolah sedari tadi kakiku bergemetar takut, jika malam ini rahasiaku akan terbongkar. 

Ia tersenyum sinis, rahangnya menegas. Aku berusaha untuk acuh, tidak mau pria itu berpikiran jika diriku akan takut padanya. Ia bisa memelotot aku pun bisa, mau bertanding kekuatan? Ayo! Siapa takut.

Namun, sepertinya ia mengalah. Karena dirinya yang memutuskan untuk pergi. Aku bersorak gembira, senang karena akhirnya bisa terbebas untuk malam ini. Kuregangkan otot-otot tubuh, dan segera membaringkannya di atas ranjang.

Ah, rasanya nikmat sekali. Semua beban di pundak seketika menghilang seiring mulutku yang terus menguap. Hari ini sangat berat bagiku, semua terjadi begitu cepat. Tak terasa kini aku sudah menyandang status sebagai seorang isteri.

Walaupun pernikahan yang kujalani tak lebih dari sekedar pernikahan kontrak, itu bukan peduliku. Yang menjadi pikiranku sekarang adalah hidup bahagia dengan menghabiskan harta tuan kursi roda tadi-Freza. 

Iya, aku akan menghabiskan hartanya demi kepuasan batin, baru memikirkannya sudah membuat air liurku menetes keluar.

Aku wanita baik, tapi manusia mana yang akan menolak uang? Mungkin ada, tapi itu hanya 10% dari 100% dan aku ke 99.99% yang menyukai uang.

Mataku mengerjap beberapa kali, rasanya sangat berat hingga akhirnya aku menutup mata dan tertidur pulas.

*

Pagi yang sangat menyebalkan untukku, pelayan wanita semalam datang dan membangunkanku dengan tidak sopan. Menyuruhku untuk segera bergegas dan bersiap pulang ke mansion. Seolah aku ini seekor hewan ternak saja yang akan siap disembelih.

"Setelah kau bersiap, tunggulah Tuan Freza di lobi hotel. Kalian harus pulang bersama, karena Tuan dan Nyonya Alberia akan menyambut. Kau harus terlihat cantik, jangan mempermalukan marga Alberia. Untuk itu aku akan memberikanmu seorang pelayan-namanya Rista, dia akan menjadi bayanganmu nanti." 

Kuanggukan kepala dengan malas, celoteh pagi yang membosankan. Kulihat seorang gadis yang berdiri di samping pelayan tua tadi; jari-jari yang dipermainkan, kepala yang tertunduk dan lirikan mata ke arah lain sudah memberitahuku jika ia tengah gugup sekarang. Sepertinya aku akan mendapatkan kawan baik, tetapi aku juga harus tetap waspada. 

"Ya terima kasih," balasku acuh. Setelahnya aku ditinggal berdua dengan pelayan gadis tadi di kamar. Kutatap dari bawah hingga atas, "Jangan terlalu tegang, santai aja. Gue gak bakal nuntut apapun, kalau lo nggak mau jadi pelayan gue nggak masalah. Lo bisa keluar dari sini," ucapku membuatnya terperanjat.

Gadis itu menggelengkan kepala menolak, "Tidak Nyonya, sa saya adalah pelayan Nyonya. Seperti yang Maam bilang kalau saya akan jadi bayangan Nyonya." Aku tersenyum mendengarnya, diri ini sudah terlalu banyak mendapat tipuan dari manisnya kata. Oleh karena itu, aku tidak akan percaya pada orang lain lagi. 

Kubalas dengan anggukan kepala, dan aku pun bersiap. Rista cukup ramah dan baik, tetapi aku tidak akan terpengaruh lagi. Kali ini aku harus bisa menyeleksi siapa yang memang baik terhadapku, atau sekedar omong kosong belaka. 

Setelah siap segera aku pergi ke lobi hotel untuk menunggu Freza. Kami sudah menikah, bahkan pernikahan kami digelar begitu mewah dan meriah. Freza adalah seorang bos mafia dan pemilik Company Store yang terkenal sudah mendunia. Sempurna, satu kata untuknya. Sudah kaya, tampan, terkenal pula.

Ada satu kekurangannya, dia cacat. Kakinya lumpuh sehingga berjalan pun menggunakan kursi roda. Tidak tahu apa yang terjadi pada Freza. Walau begitu tidak mengurangi jumlah popularitas yang memuja dirinya. 

Semua itu tidak berlaku untukku. Ya, menurutku Freza adalah pria menyebalkan. Malam pertama saja sudah berkata tidak sopan, sikap angkuhnya itu ingin sekali  kuhancurkan. Lihat saja, aku akan menghabiskan hartanya nanti demi membalas dendam. Kan kubuat dia jatuh miskin lalu kutinggalkan, itu tujuanku saat ini. 

Tunggu, mengapa Freza tak kunjung datang? Kakiku sudah mati rasa dibuatnya. Sudah dua jam aku menunggunya di sini. Hingga tiba seorang pria menghampiri kami dan mengatakan jika Freza sudah pulang duluan. 

Emosiku memuncak, bisa-bisanya dia pulang tanpa memberitahuku. Jika memang takmau pulang bersama setidaknya katakan! Jangan buat aku menunggu di sini. Tanganku terkepal kuat, rasanya aku ingin melenyapkan pria itu sekarang. 

Dengan langkah kaki kesal aku berjalan pergi pulang ke mansion. Lihat saja, aku akan membalas perbuatannya padaku. Freza sialan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Priaku di Kursi Roda   Terungkapnya Masa Lalu

    "Apa yang kau katakan!?" Segera kulepas genggaman tangannya.Aku tidak mengerti dengan Ardi yang tiba-tiba mengatakan seperti itu.Ardi menarik nafas panjang, dia menatapku dengan tatapan yang serius."Dengarkan aku dulu Fiona.""Aku benar mencintaimu, aku bahkan siap dengan masalalumu. Aku akan membesarkan anak yang tengah kau kandung dan mengatakan pada dunia jika dia adalah anakku.""Ardi cukup! Kau sudah gila apa!? Kita baru bertemu beberapa kali, aku mengikuti keinginanmu bukan berarti aku akan selalu setuju dengan apa yang kau katakan!""Aku memang sudah gila, apa kau lupa Fiona? Di restaurant ini adalah pertemuan pertama kita?" Ardi bertanya membuat dahiku mengernyit.Kutatap sekitar, perasaan familiar ini datang. Tiba-tiba aku teringat dengan masa laluku.Saat itu merupakan

  • Priaku di Kursi Roda   Pengakuan

    Tatapanku menatap kosong ke depan. Pikiranku melayang kemana-mana, hari-hari yang begitu indah kini sudah terganti dengan hari kelam.Satu jam yang lalu Ardi mengantarkanku pulang. Kupikir aku akan diusir dari rumah, tetapi yang mengejutkan Freza menungguku.Dan seperti biasa dia memarahiku, tetapi diriku sudah kebal dengan amarahnya. Jadi aku sekarang bisa menganggapnya angin lalu.Ucapan Ardi waktu itu benar-benar membuatku membuka mataku dengan lebar."Dunia sangat kejam jika kita tidak menikmatinya. Ayolah, tidak semua ucapan orang harus kita dengar, karena untuk mereka kita adalah tokoh sampingan, pun sama dengan kita."Aku tersenyum ketika mengingat Ardi mengatakannya dengan penuh percaya diri. Sulit untuk kupercaya, melihat dirinya sudah memiliki banyak skandal. Dan mungkin aku akan menjadi salah satu bagian dari skandalnya itu.&

  • Priaku di Kursi Roda   Balas Dendam Terbaik

    Freza menatapku dengan tersenyum picik, dia berdiri kemudian mendorong kursi rodanya mendekat padaku. "Apa maksud lo, hah?" Kulempar koran tadi tepat mengenai wajahnya. Aku benar-benar muak, memangnya tidak cukup jika aku hanya digunjing oleh orang-orang di sekitar kita? Kenapa harus melibatkan media juga? "Emang kenyataannya kan? Kalau lo selingkuh dari gue! Kenapa lo harus marah?" Aku terdiam, benar-benar Freza sudah melampaui batasnya. Namun, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena aku tidak memiliki apapun. Lebih baik aku memilih pergi, enggan untuk berdebat dengan Freza. Akan tetapi Freza segera menarik tanganku, hingga aku menatap ke belakang."Lepas!" Kulempar tangan Freza yang mengenggam tanganku erat. "Bener ya kalau tampang baik gak selamanya baik. Kayak lo, yang sering main di belakang gue!" tutur Freza dengan rahang yang menegas. Aku tersenyum mendengarnya, "Gue gak peduli sama yang lo pikirin. Dan satu hal lagi, lo gak perlu nyewa anak buah buat gertak gue. Gak ada

  • Priaku di Kursi Roda   Kabar Buruk

    Aku memilih untuk pergi ke sebuah butik, kemarin sebelum aku pergi ke hotel. Sempat aku bawa beberapa kartu ATM yang diberikan oleh Freza padaku. Hari ini aku berniat untuk membeli beberapa pakaian yang akan kupakai nanti di undangan malam ini. Cukup lama aku mencari gaun yang cocok untuk kugunakan. Ketika sedang fokus berpikir, aku mendengar seseorang yang berbicara di sampingku. Lirikanku berubah untuk menatap seorang pria. "Kenapa?" tanyaku ketika melihat pria itu menatapku dengan tersenyum. "Anda memiliki wajah yang begitu cantik, dan tubuh yang begitu indah," tuturnya membuatku membulatkan kedua mata. Kupeluk diriku dan segera menjauh, ingin sekali aku menampar pria di depanku ini. Dia begitu sembarangan dengan memuji diriku yang tidak dikenalinya. Dan parahnya, dia menatap seluruh tubuhku. Pria itu tertawa, "Maaf, saya tidak suka memaksa wanita. Apakah ada gaun yang anda sukai?" tanyanya kembali. Aku terdiam

  • Priaku di Kursi Roda   Rahasia Freza

    Malam ini aku memilih untuk tidak pulang ke rumah, aku menginap di hotel tempat aku dengan Freza datang dulu. Sebelumnya aku takut dengan tempat ini, tetapi ketika Freza membawaku ke sini dan mulai bersikap lembut padaku, membuatku tidak takut untuk datang ke sini lagi. Tempat ini merupakan tempat yang membuatku kehilangan kesucianku. Ya, malam itu adikku yang membawaku ke hotel ini dan seorang pria yang merenggut kesucianku. Aku benar-benar benci ketika mengingatnya, apalagi karena ulah mereka kini aku harus mendapat bencananya. Cukup lama aku terdiam di kamar, hanya keheningan yang menemaniku malam ini. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kamarku. Suara langkah kaki itu benar-benar nyata dan semakin dekat. Aku terkejut, segera aku bersembunyi di dalam lemari. Beruntungnya lampu di kamar itu sedikit pencahayaannya, sehingga membantuku untuk menyembunyikan diriku. Samar-samar aku mendengar suara pria yang begitu akrab dengan telingaku. Wajahku men

  • Priaku di Kursi Roda   Pria Mesum

    Sudah dua hari lamanya dari  obrolanku dengan Freza di ruang kerjanya. Sejak saat itu aku sudah tidak menemui Freza, bahkan ketika kami berpapasan kita berdua seperti orang asing. Hatiku benar-benar hancur melihat sikap acuh Freza. Bahkan ketika aku berada di kantor, semua orang menghinaku dengan tanpa rasa malu. Dan aku hanya bisa diam saja, aku pergi ke kantor untuk menunaikan janjiku pada Mama. Namun yang kudapatkan hanya sebuah kesia-siaan. Seperti hari ini, aku memilih untuk diam di atap kantor sendirian di sana. Menikmati angin sejuk yang menyapu seluruh kulit. "Nyonya," seseorang memanggil membuatku melihatnya. Seorang pria menunduk hormat, membuatku menatapnya dengan tatapan bingung. "Nyonya, maaf tapi Anda diundang untuk datang ke acara pesta aniversary pernikahan temannya tuan. Saya diperintahkan untuk menyampaikannya kepada nyonya," ucapnya dengan tegas. Aku terdiam, "Siapa yang menyuruhmu?" tanyaku.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status