Share

Bab 5.

Rasya menggeliat kecil ketika ada cahaya yang masuk kedalam kamar dan mengganggu penglihatannya, Rasya berdecak karena mau tak mau ia harus bangun kalau tidak mungkin ia akan telat ke sekolah. Rasya berjalan menuju kamar mandi dengan perasaan malasnya.

Setelah selesai mandi Rasya luoa bahwa seragamnya berada di runah Marvel membuatnya kembali mengenakan pakaian tidurnya.

Rasya berlari menuju lantai bawah membuat Gisela yang melihat Rasya masih mengenakan pakaian tidurnya pun mengerutkan dahinya.

"Loh kok masih pake baju tidur? Emang kamu gak sekolah?" Rasya menoleh.

"Ngga ma ini seragam Rasya ada di rumah Marvel"

"Loh kok bisa?"

"Ceritanya panjang, yaudah Rasya ambil dulu ya ma takut kesiangan"ucap Rasya sembari berlari menuju rumah Marvel yang terletak di sebelah rumahnya.

Sesampai di depan rumah Marvel Rasya mencoba mengatur nafasnya karena sehabis berlarian, setelah itu ia memencet bel rumah Marvel. Sementara Marvel yang sedang sarapan pun mengerutkan dahinya ketika memdengar bel rumahnya berbunyi, Via menatap Marvel.

"Mama bukain dulu"ucap Via namun Marvel menahannya.

"Mama sarapan aja, biar Marvel yang bukain pintunya"ucap Marvel sembari beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama rumahnya.

Marvel menatap datar ke arah seorang yang sudah menganggunya sarapan yaitu Rasya.

"Ngapain lo pagi-pagi gini ke rumah gue?"tanyanya dengan nada ketus membuat Rasya hanya menatapnya malas.

"Gue mau ambil seragam gue, mana?"ucapnya sembari mengulurkan tangannya di depan Marvel, sementara Marvel ia menatapnya dengan tatapan datar.

"Mana gue tau" Rasya menggeram kesal.

"Buruan nanti gue kesiangan"

"Yang butuh kan elo bukan gue ngapain mesti gue yang repot" Rasya berdecak kesal.

"Kan lo yang cuci, cepetan mana seragam gue"ucap Rasya yang mulai kesal dengan sikap Marvel.

"Seragam lo belum dicuci" Rasya mendelik.

"Ihhh gue cuman punya seragam satu, dan lo gausah bohong cepetann mana seragam gueee!"pekiknya membuat Marvel tetap menatapnya datar.

"Lo ambil aja sendiri di bibi"ucapnya sembari berjalan pergi ke ruang makan untuk melanjutkan sarapannya, sementara Rasya menggeram kesal lalu berjalan masuk ke dalam rumah Marvel kemudian mencari keberadaan bi Odah.

"Bibi seragam Rasya udah dicuci?" bi Odah mengangguk.

"Udah non, tunggu sebentar ya biar bibi ambilkan" Rasya mengangguk membuat bi Odah kangsung melenggang pergi untuk mengambil seragam milik Rasya yang sudah ia cuci kemaren. Via yang baru saja memasuki dapur pun menatap bingung kehadiran Rasya apalagi melihatnya yang masih mengenakan pakaian tidurnya.

"Rasya, kamu gak sekolah?"ucapan Via sontak membuat Rasya menoleh dan tersenyum.

"Sekolah kok tan, ini lagi ambil seragam" Via mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sarapam disini aja Sya sekalian aja nanti berangkat bareng Marvel" Rasya mendelik lalu menggelengkan kepalanya.

"Ngga deh tan Rasya harus berangkat pagi soalnya ada tugas yang belum Rasya kerjain" Via tersenyum.

"Itu Marvel juga berangkat pagi, udah sekalian aja" Rasya tersenyum kikuk.

"Hee..emmm ngg-"ucapan Rasya terpotong dengan datangnya bi Odah sembari membawa seragamnya membuat Rasya langsung mengambil seragam itu.

"Makasih ya bi, ee.. tante Rasya pulang dulu ya lain kali Rasya kesini"ucap Rasya yang langsung berlari menuju rumahnya sementara Via menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rasya.

Rasya menghembuskan nafasnya ketika ia baru saja sampai di kelasnya membuat Bella yang melihat kedatangannya pun menghampirinya.

"Syaa lo tau gak sih kalau hari ini itu ada upacara, duh gue males banget"

Rasya menatapnya datar.

"Jelas ada lah orang sekarang hari senin, gimana sih lo" Bella mendelik.

"Hari senin mata lo, lo gak punya kalender ya di rumah, sekarang itu hari rabu Sya"ucap Bella membuat Rasya mendelik.

"Eh masa sih"

"Makanya makan tuh kalender biar lo jadi hafal hari-hari"ucap Jessy yang tiba-tiba datang, membuat Rasya menatapnya datar.

"Kenapa hari ini upacara sih mana gue lagi gak bawa- Aduhh... mampus Jess Bell"ucap Rasya yang sangat panik dan kaget membuat Jessy dan Bella mengerutkan keningnya.

"Kenapa lo"

"Gue lupa bawa topiiii aduhhh gimana nih nasib guee" ucap Rasya membuat Bella menatap Rasya.

"Makanya topi tuh taruh di tas"

"Ya lo tau sendiri kan kalau gue suka ganti-ganti tas, gue juga mana tau kalau hari ini ada upacara, emang ada apasih tujuh belasan juga nggak" Jessy menghela nafasnya.

"Rasya cantik, hari ini itu hari guru makanya upacara"ucap Jessy membuat Rasya berdecih.

"Ngapain coba ada hari guru, guru juga orang biasa kenapa mesti diperingatin" ucapan Rasya membuat Bella terkekeh, sementara Jessy ia menatap topi yang berada di atas bangku yang Jessy tidak tahu bangku siapa.

"Sya itu ada topi tuh lo cepet ambil gih sebelum yang punya dateng" Rasya menoleh mendapati topi tersebut diatas meja membuat Rasya tersenyum dan mengangguk.

"Emang ya keberuntungan lagi dipihak gue banget"ucap Rasya yang langsung mengambil topi tersebut, kemudian mereka memilih untuk pergi ke lapangan sebelum pemilik topi ini menemukan mereka.

Selang beberapa menit mereka berdiri dilapangan Rasya tak kuasa menahan rasa sakit kakinya ia mengibaskan tangannya di depan wajahnya karena ia merasa sangat gerah, ia berniat untuk duduk dibawah sebentar karena kebetulan Rasya berdiri nomer 3 dari belakang, sementara Bella yang melihat tingkah bar-bar Rasya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

"Ck.. lama banget sih pidatonya gak tau apa gue kepanasan"celetuknya membuat Rasya langsung menoleh ke arah Bella yang baris di belakangnya.

"Duduk aja kali Bell, kayak gak pernah aja lo ah" Bella menggelengkan kepalanya sementara Jessy yang baru saja berada di barisan mereka pun ikut duduk di sebelah Rasya menbuat Rasya mengacungkan jempolnya.

"Lama banget sih itu ceramahnya" Rasya mengangguk setuju, kemudian Jessy menatap ke arah Bella yang masih berdiri.

"Duduk aja Bell"

"Gue jagain kalian aja dibelakang" mereka berdua pun hanya mengangguk, kemudian ada seseorang yang membuka suaranya.

"Kak! berdiri dong yang lain juga pada capek tuh"ucapnya membuat Jessy, Bella dan Rasya menoleh.

"Lo berani ngatur-ngatur gue?"tanya Rasya dengan tatapan tajamnya.

"Bukan gitu kak, tapi kakak juga harus ngerhargain guru yang lagi ngomong didepan" Rasya terkekeh sinis ketika melihat almamater serta nametag yang ia pakai.

"Baru jadi anggota osis aja udah belagu, gue aja yang dulu dicalonin jadi ketos biasa aja"desis nya membuat Jessy dan Bella tertawa, tatapan mereka semua menatap ke arah Rasya dan kedua sahabatnya, sementara adik kelas tadi yang memperingatkannya berdecak kesal kemudian pergi meninggalkan mereka, Rasya tertawa puas memang tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Tiba-tiba datanglah seorang guru olahraga yang mereka tahu guru itu baru mengajar beberapa bulan sekolahannya karena menggantikan guru olahraga lama mereka, Rasya juga tak habis fikir mengapa sekolahnya mencarikan pengganti guru yang bahkan hanya terpaut 5 tahun dari mereka, yang membuat semua siswi kadang mencari perhatian pada mereka.

"Jessy Rasya berdiri!"ucapnya sembari menarik tangan mereka berdua agar berdiri, sementara Jessy dan Rasya hanya berdecak kesal dan menatap guru olahraga yang bernama pak Alan itu dengan tatapan malasnya.

"Kalian ini gak tertib sekali, kamu juga Jessy bukannya kamu di kelas Mipa 1? kenapa bisa di Mipa 3?"

"Iya pak di barisan kelas saya panas tuh bapak liat aja, saya mau ngadem disini"ucap Jessy sembari menatap ke barisan teman-temannya yang memang matahari menyorot ke arah sana sampai banyak yang mengibas-ngibaskan tangannya karena merasa gerah, sementara pak Alan hanya bisa menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah yang penting kalian harus tetap berdiri dan jangan buat ulah"ucap pak Alan yang setelah itu langsung melenggang pergi.

"Sama aja kayak anak osis, baru juga beberapa bulan ngajar udah belagu banget"celetuk Rasya membuat Jessy mengangguk setuju sementara Bella yang berada di belakang mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Setelah selesai pak kepsek berpidato saatnya semua siswa berbaris dan memberikan hadiah untuk para guru, semuanya berbaris tidak dengan Jessy, Rasya dan Bella yang terdiam di pinggir lapangan, membuat para guru yang melihat mereka pun hanya menggelengkan kepalanya mereka sangat tahu betul kelakuan mereka.

"Lebay banget sih pake di kasih hadiah atau bunga segala"

"Tau tuh kadang nyari uang buat makan aja susah mereka sok-sokan buat ngasih hadiah ke guru"

"Biasa mereka pasti mau caper tuh, lagian gurunya keenakan lah karena dikasi begituan"

"Kalau gitu nanti pas tamat gue mau jadi guru aja, enak kan tiap hari guru dikasih bunga, cokelat, dan lain-lain dari murid"ucapan Jessy membuat Bella menoyornya.

"Gak gitu juga bege"

Rasya berdecih.

"Dih gak banget mending uangnya pake makan" ucapnya sembari berjalan meninggalkan lapangan dan diikuti oleh kedua sahabatnya, namun tiba-tiba mereka tertahan oleh pak Alan guru olahraga tadi

"Kalian bertiga mau kemana?"

Rasya menatapnya dengan tatapan malasnya."Ke kantin lah pak, kita laper mau makan"

Sementara pak Alan menggelengkan kepalanya.

"Kalian harus tetep disini"

"Lah kita kan gak ngasih apa-apa pak kenapa mesti diem disini"celetuk Bella.

"Tetep aja, kalian harus tunggu sampai semua selesai" sekarang Jessy yang berdecak.

"Kita capek pak, kita juga udah nurutin semua permintaan bapak tadi, nah sekarang ijinin kita makan"ucap Jessy namun pak Alan tetap menggelengkan kepalanya.

"Mau saya panggilin pak kumis?" ketika mendengar kata pak kumis membuat mereka bertiga serempak menggerutu kesal dan kembali diam di pinggir lapangan sembari menatap ke arah depan, sementara Alan pun tersenyum senang.

.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status