Di depan pintu terlihat pria tinggi, bertubuh tegap dengan wajah tampan dan sorot mata tajam sedang berdiri membelakangi pintu. Punggung tegap pria itu menyiratkan kekuatan dan wibawa yang tak bisa disembunyikan.
Mendengar derit pintu terbuka, pria itu berbalik, "Selamat siang tuan, apakah ini kediaman keluarga Ruo?" Tanya Tian Fan ramah. "Benar, anda adalah..." Kata tuan Besar Ruo menebak-nebak. "Saya adalah Tian Fan, Saya cucu dari Kakek Shu, dia mengirim saya untuk mengunjungi Tuan Besar Ruo." Ucap Tian Fan dengan nada tulus tampa dibuat-buat. "Tu ... Tuan muda Tian, an ... anda terlalu sopan." Kata Ding Dan terbata-bata. "Sa... Saya Ding Dan kepala keluarga Ruo ini adalah anak saya Shin Chi, dan ini cucu saya Bai Jia." Lanjut Ding Dan memperkenalkan. "Silahkan masuk tuan muda, anda tidak perlu sungkan." Kata Shin Chi menimpali. "Baik lah terimakasih." Jawab Tian Fan masih dengan sikap sopan. Sikap yang di tunjukkannya, membuat ketiga orang itu semakin mengagumi pria muda itu. "Silahkan tuan muda." Shin Chi memberi isyarat mempersilahkan duduk. Apakah anda ingin minum teh tuan muda?" kata Ding Dan menawarkan. Dengan sigap Bai Jia mengambil teko teh dan menuangkannya untuk Tian Fan, juga untuk Kakek dan Ayahnya. Setelahnya ia berdiri di samping ayahnya. Bai Jia saat ini Berusia 21 tahun, dia adalah mahasiswa tahun ketiga di universitas ternama di kota Xia. Dia dua tahun lebih muda dari Qi Jian yang saat ini telah Lulus dari universitas yang sama setengah tahun lalu. Dari penampilannya Bai Jia terlihat sopan dan sikapnya cukup baik, aura yang dipancarkannya juga cukup positif, sehingga penilaian Tian Fan padanya cukup baik. "Bai Jia, duduk lah. Kenapa kamu berdiri." Kata Tian Fan, sambil melambaikan tangan dan menepuk bangku disebelahnya. "Ti... tidak tuan muda, sa... saya berdiri saja." Jawab Bai Jia dengan nada kaku, mengisyaratkan kegugupan. "Sudah lah, jangan terlalu formal. Panggil saja aku Tian Fan, atau Kakak Tian. Paman dan Kakek juga, panggil saja aku dengan nama ku." "Baik Tu... maksud ku baik kakak Tian." kata Bai Jia, tak bisa menahan kegugupannya. Seraya berjalan untuk duduk di sebelah Tian Fan. Tian Fan yang melihatnya hanya tersenyum pasrah. Sebenarnya dia sudah berusaha bersikap sopan dan menunjukkan keramahan, agar para anggota keluarga Ruo tidak merasa canggung, dan terlalu menghormati dirinya. Namun apalah daya, suasana seperti ini tetap tak terhindarkan. "Kakek Ruo, lalu dimana Nona Qi Jian, bukankah kata kakek ku, dia telah menjodohkan ku dengannya?" Tanya Tian Fan tampak sedikit penasaran. "Ma... maaf Tu... eh... maksud ku Tian Fan, Qi Jian sedang berada di kamar dan tidak sadarkan diri, sejak tadi pagi dia pingsan karena sakit." Ding Dan menjelaskan, masih dengan terbata karena belum terbiasa. "Sakit?" Tanya Tian Fan sambil mengerutkan kening. "Apakah Tuan Shu tidak menceritakan keadaan Qi Jian Pada mu?" Tanya Ding Dan ragu. Tian Fan menggeleng dan berpikir dalam hati, 'pantas saja kakek tua itu buru-buru memintaku berangkat hari ini, dan mengatakan keluarga Ruo adalah yang pertama harus aku datangi. Ternyata dia sudah menyiapkan pekerjaan disini untuk ku. "Baik lah, kalau begitu bisakah aku lihat keadaan nya? jika memungkinkan, aku akan coba mengobatinya." Kata Tian Fan tegas. "Tentu saja Tuan, mari ku tunjukkan ruangannya." Ucap Ding Dan antusias, yang tampa sadar, kembali memanggil Tian Fan dengan sebutan Tuan. Bersambung. . .Padahal sejak tadi, ia memang memperhatikan Tian Fan dan Dan Ran, dengan sedikit rasa cemburu. "Tidak apa-apa, tidak penting kau melihat atau tidak. Karena kau sudah berani curiga dan menuduh ku, apa lagi kau ingin jadi yang pertama, maka malam ini aku akan penuhi keinginanmu." Goda Tian Fan. "Ja... jangan, jangan kakak Tian aku belum si..." Belum selesai kalimatnya terucap, bibir merah itu sudah dicium lagi. Kali ini, bahkan ciuman itu makin ganas sudah tidak selembut seperti sebelumnya. Qi Jian hanya bisa pasrah, bukan karena tidak punya tenaga untuk melawan, tapi gejolak dihatinya seakan menolak untuk melawan perlakuan Tian Fan padanya. la menutup kedua matanya dan menikmati apa yang dilakukan Tian Fan dengan suka rela, ia bahkan berinisiatif meremas rambut Tian Fan. la merasakan ada gerakan tangan masuk kedalam baju tidurnya, lalu tiba-diba ia melenguh saat tangan itu meremas lembut puncak bukit seputih salju yang ia punya. Saat itu ciuman mereka terlepas, lalu Tian Fa
Sepuluh menit kemudian, Tian Fan sudah keluar dari tempat cuci piring. la hendak memapah Dan Ran untuk naik ke kamarnya. Siapa sangka, Dan Ran sangat kesulitan berjalan, akhirnya Tian Fan memutuskan untuk menggendong Dan Ran menuju kamarnya. Begitu tubuhnya di angkat, Dan Ran makin gugup, debaran jantungnya makin menderu seperti genderang perang, namun entah kenapa dalam hatinya hanya ada rasa nyaman. Bahkan sekarang ia sedikit bersyukur kakinya terluka, karena berkat itu dia bisa mendapatkan perlakuan spesial ini dari calon suaminya. Sesampainya di depan pintu, Tian Fan hendak menurunkan Dan Ran, namun Dan Ran dengan malu segera berkata, "Suami, bisakah kau gendong aku sampai di ranjang." Dalam hatinya, dia mengira Tian Fan tidak jadi melakukannya karena tidak tega melihat luka di kakinya, akhirnya dia berinisiatif menyerahkan dirinya. Tian Fan yang tidak merasa ada hal aneh, langsung membuka pintu dan mengantar Dan Ran ke ranjang lalu membaringkannya dengan lembut. Saat su
"Tentu saja, semua yang ada di meja ini, adalah sajian spesial untuk Adik manis, dan istri kecil ku. Kalian makan lah yang lahap." Perkataan Tian Fan, seketika memunculkan kembali rona merah di wajah dua gadis cantik itu. Dengan cepat, hidangan di atas meja telah berkurang setengahnya. Ini pertama kalinya nasu makan kedua gadis itu begitu besar, mereka mencicipi semua hidangan itu satu persatu. Sampai akhirnya isi piring terakhir pun telah habis. Tian Fan yang sudah selesai makan lebih dulu suda mengumpulkan piring kotor untuk di cuci, Dan Ran juga ikut berdiri dan membantu Tian Fan. Melihat itu Qi Jian juga hendak bangkit, tapi dengan cepat Dan Ran menghentikannya. Dan Ran berkata, "Kakak, biar aku saja yang membantu kakak suami, kakak naik dan istirahat saja. Kata Dan Ran dengan senyum manis. Qi Jian hanya mengangguk, lalu ia menatap kedua orang itu membawa semua piring kotor ke dapur. Setelah selesai ia lalu bangkit dan naik ke kamarnya untuk beristirahat. Sementara di
Melihat senyum ceria masih tersungging di wajah cantik Qi Jian, ia pun menarik napas lega. "Tidak usah, mulai sekarang aku sendiri yang akan memasak untuk adik Qi jian cantik ku, dan istri kecil ku tersayang." Jawab Tian Fan gombal. "Kakak Tian, kau mulai menggoda lagi dasar jahat." Kata Qi Jian malu dan segera berlari ke kamarnya. Dan Ran juga merasakan panas di pipinya, ia hendak ikut kabur namun suara Tian Fan segera menghentikannya. "Istri, aku sudah melakukan tanda persetujuan pernikahan dengan kakak pertama mu, segera aku juga akan melakukannya dengan mu jadi bersiaplah." Yang Tian Fan maksud adalah penandatanganan perjanjian, yang menyatakan mereka telah setuju untuk menikah. Namun di otak Dan Ran justru muncul adegan-adegan liar yang membuat rona merah di wajahnya makin tampak jelas. la tak bisa lagi menahan rasa malunya, ia mengira Tian Fan sengaja menggoda dirinya. la berkata sambil berlari, "Kapan pun suami akan memintanya, saat itu aku akan siap." Katanya t
... Lima belas menit kemudian Mobil Mercedes Benz G-Class berwarna hitam, terlihat memasuki pekarangan villa paling mewah di Ganbu Mountain Villa. Inilah Villa nomor satu, yang merupakan kediaman Dan Ran. Jika dilihat dari segi kekayaan dan strata ekonomi, meskipun keluarga ni tidak berasal dari kota Xia, namun bisa dikatakan, keluarga Ni masih punya pengaruh yang cukup besar di kota Xia ini. Dapat dilihat dari posisi Dan Ran, sebagai Jendral bintang tiga di usianya yang masih begitu muda. Meskipun karir militer Dan begitu muda. Meskipun karir militer Dan Ran cukup cemerlang, namun jika tidak di tunjang dengan latar belakang yang kuat, juga tidak akan mudah untuk berdiri di posisi ini. Setelah membuka pintu, Dan Ran mempersilahkan, Tian Fan dan Ruo Qi Jian untuk masuk kedalam Villa mewahnya itu. la tersenyum ramah dan berkata, "Kakak Ruo. Silahkan masuk, anggap saja rumah sendiri, mulai sekarang kita adalah saudara, jadi kakak tidak perlu sungkan pada ku, benar kan su...
"Oh, dimana Itu?" Tanya Tian Fan penasaran. "Villa Nomor 1 di Ganbu Mountain Villa Jawab Dan Ran. "Bukankah itu Villa paling mewah di kota Xia?" Mendengar pertanyaan Tian Fan, Dan Ran hanya mengangguk membenarkan. Setelah hening sesaat ia lalu berkata "Jika kau bersedia, kita akan pergi bersama ke sana. Tapi sebelum itu, aku harus bertemu dengan mertua pertamamu 'Tuan Ruo Shin Chi' untuk menandatangani kontrak kerja sama pendistribusian obat." Jelas Dan Ran. "Baiklah, aku ikut dengan mu." Jawab Tian Fan setelah berpikir sejenak. ... Rumah sakit Hua Medica di bagian Timur kota Xia. Dua gadis dengan kecantikan mendekati sempurna yang hampir tampa cela, duduk mengobrol di sebuah bangku taman. Orang yang tidak tau mungkin akan mengira dua bidadari telah turun dari kahyangan Dua gadis itu yang satu berpakaian putih dan rok pendek hitam, kaki panjangnya yang putih terlihat kontras dengan warna roknya. Satunya lagi mengenakan pakaian formal serta rok mini berwarna hitam,