Aryanaga terbangun saat matahari muncul. Dia melihat abu dupa di genggaman tangannya. Artinya dia gagal. Dia terlalu lelah untuk bisa bangun. Badannya serasa sakit semua. Saat itulah dia melihat ke arah lain. Asri, Aprilia dan Bandi sudah berada di pondok sambil menikmati ayam panggang. Baunya membuat Aryanaga bersemangat untuk menghampiri mereka.
“Nyenyak tidurnya, Pangeran?” ledek Aprilia.
“Sialan, capek sekali aku. Ada minum?” tanya Aryanaga.
Aprilia mengambil sebotol minuman, melemparkannya ke Aryanaga. Aryanaga menangkapnya dengan susah payah. Gelang beban itu membuatnya kesulitan gerak, tetapi ia mulai bisa beradaptasi. Aryanaga meminum habis air di botol minuman tersebut. Setelah itu ia mengambil tempat duduk di antara mereka.
“Kau tak apa-apa? Aku tadi tidak membangunkanmu, katanya kau tak mau diganggu,” kata Asri sambil memperhatika
“Aku heran, kenapa Pangeran Aryanaga mau memilihmu menjadi ratunya? Kurasa pilihannya tak sekadar memilihmu. Tanda di punggung kita itu tidak muncul begitu saja,” kata Aprilia.Asri menatap Aprilia. Dia juga sebenarnya tak paham kenapa Aryanaga memilih dia. Hanya saja mungkin memang karena Aryanaga benar-benar mencintainya. “Aku tak tahu. Apa memang cinta itu butuh alasan untuk memilih?”“Tidak memang, hanya saja aku perlu alasan yang realistis,” ujar Aprilia.“Kau pernah mencintai seseorang sebelumnya?” tanya Asri penasaran, “kau pasti pernah mencintai seseorang.”Aprilia mengangguk. “Iya, aku pernah.”“Terus?” Asri mulai tertarik.“Cerita lama, saat aku tergila-gila kepadanya, tetapi dia lebih mencintai perempuan lain. Aku tidak bisa mengang
Aprilia kemudian menyudahi serangan Aryanaga dengan melayangkan satu tinju yang sangat keras ke wajah Sang Pangeran. Tinju itu membuat tubuh Aryanaga berputar sebelum jatuh ke tanah. Aryanaga sendiri tak percaya ada perempuan yang bisa memukul sekeras itu. Dia lalu berusaha bangkit, tetapi ambruk lagi. Napasnya terengah-engah, hingga perlahan-lahan tubuhnya kembali lagi ke wujud manusia.Asri lalu mendekatinya. Dia mencoba untuk menolong kekasihnya sambil memeriksa apakah ada bagian tubuh yang terluka. Asri menatap ke Aprilia. Aprilia menggeleng-gelengkan kepala. Asri mengangguk. Dia tak akan memberitahu Aryanaga tentang apa yang dikatakannya tadi siang.Pelipis Aryanaga berdarah, bibirnya juga robek. Darah tampak mengalir di dua luka itu. Asri kasihan kepada Aryanaga lalu mengusap luka itu. Ia bersihkan darahnya, lalu dengan usapan berikutnya luka itu mengering. Aprilia segera mendekati Asri, tiba-tiba Aprilia menahan ta
Minggu kedua, latihan Aryanaga lebih berat lagi. Kini bukan satu gelang yang ada di tangan dan kakinya, melainkan tiga. Peningkatan level latihan ini terjadi pada hari ketiga belas latihan dan latihannya tetap sama. Bandi mengatakan kalau Aryanaga tidak curang, akhirnya untuk pertama kalinya ia bisa maka malam bersama. Sayangnya besoknya Aprilia menambahkan porsi latihannya. Hari itu juga Aryanaga terlambat, tengah malam baru sampai di pondok seperti pertama kali dia berlatih. Peningkatan level latihannya menyebabkan tubuhnya makin tersiksa.Asri berlatih menggunakan kemampuan penyembuhannya. Siangnya Aryanaga berlatih membawa dupa, malamnya bertarung dengan Aprilia. Setiap Aryanaga terluka, Asri yang menyembuhkan. Dua minggu berlatih membuat ketahanan tubuh Aryanaga makin bertambah. Staminanya juga bagus, hingga akhirnya pada minggu ketiga ia bisa memecahkan rekornya sendiri.“Aku berhasil!” girang pemuda itu
Aryanaga memajukan wajahnya untuk mendekat lagi. Aprilia tahu apa yang akan terjadi. Segera telapak tangan Aprilia melindungi bibirnya, akibatnya Aryanaga hanya mengecup telapak tangan Aprilia. Mata Aprilia melotot. Pangeran Aryanaga sudah seberani ini kepadanya.Aryanaga lalu bangkit. Dia tersenyum. “Aku sudah tahu jawabannya.”Aprilia ikut bangkit. “Kau keterlaluan.”“Kenapa aku tak boleh menciummu kalau kau adalah tunanganku? Wajar, bukan?”“Itu tak akan mengubah apapun,” ujar Aprilia.“Apanya yang tak berubah?”“Kau tetaplah seorang pangeran. Calon Raja Agung, anak Primadigda. Dan tugasku di sini adalah melindungimu sampai kau naik takhta,” jawab Aprilia.Aryanaga sedikit kesal. Ia kemudian meninggalkan Aprilia sendirian dengan ditema
“Pergilah, sebelum aku berubah pikiran. Kau mencintai Asri bukan? Aku tak mau dia salah paham!” ujar Aprilia, “hari ini aku mau menenangkan diri dulu.”Aryanaga mengedik, lalu berdiri meninggalkan Aprilia. Asri yang sempat khawatir kemudian bertanya-tanya kepada Aryanaga. “Gimana? Kenapa dia?”“Dia ingin menyendiri,” jawab Aryanaga.“O, kukira dia lagi sedih atau gimana. Apa jangan-jangan ini hari ulang tahunnya?”“Mana kutahu?”“Eh, namanya Aprilia. Pasti lahir bulan April.”“Aprilia putri Belzagum lahir pada bulan April tanggal sepuluh. Aku ikut menggendong tubuh mungilnya saat dia lahir,” tiba-tiba terdengar suara berat di teras pondok. Semua mata mengarah ke sana.Lutut Aryanaga serasa lemas melihat siapa orang
“Bagaimana keadaan Dunia Bawah?” tanya Aryanaga kepada Primadigda.Keduanya berada di tengah padang pasir yang berada di kaki Gunung Bromo. Di sekeliling mereka terdapat alam ikatan, sehingga manusia-manusia tidak bisa melihat mereka. Angin begitu kencang bertiup, membawa hawa kering dan panas. Aryanaga belum mendengar jawaban ayahnya.“Maaf, kalau sekiranya pertanyaanku bodoh,” lanjut Aryanaga, “aku hanya tak tahu harus bicara apa kepada Ayah. Kita lama tidak bertemu.”“Dunia bawah, sedang kacau. Raja Azrael baru saja menaklukkan wilayah Laut Barat. Kita hanya tinggal dua aliansi saja yang tersisa. Ini pun masih kurang karena ada para pengkhianat.”“Ayah setiap saat selalu bertempur?”Primadigda mengangguk. “Aku selalu berada di medan perang.”“Selama in
“Kau berhasil,” ucap Primadigda. Tetapi ini bukan suaranya, ini lebih seperti bisikan hati. Hanya Aryanaga saja yang bisa merasakan. “Tetapi, kau terlalu banyak menggunakan energimu, sebentar lagi kau akan kelelahan.”Dan benar saja, tubuh Aryanaga merasa lemas. Benang-benang energi tadi pun mulai memendek, redup, lalu lenyap. Yang ada sekarang Aryanaga terkulai lemah. Matanya terbuka melihat sang ayah masih dalam posisi duduk bersila. Kini ayahnya membuka mata, menyaksikan sang anak kelelahan.“Itukah Mata Dewa? Aku seolah-olah bisa melihat segalanya,” kata Aryanaga. Dia senang sekali bisa melakukan teknik ini.“Kau jangan senang dulu, Arya. Yang kamu lakukan baru tahap yang sangat awal. Aku juga dulu saat melakukan pertama kali seperti itu. Namun, inti dari menggunakan Mata Dewa adalah kau bisa bergerak lebih efektif dan efisien. Kau tak perlu mengalahkan
Primadigda tersenyum kepada Aryanaga. Anak lelakinya ini sekarang menjadi ksatria baru. Teknik Mata Dewa sudah diajarkan, tinggal Aryanaga mau melatihnya atau tidak. Dia beranjak dari tempat semedinya untuk menghadap ke arah istrinya berada. Angin dingin berhembus dari tempat itu. Dewi Es menyapa suaminya, hanya keduanya yang bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Luh Baya dan Rah Baya tampak hanya mengamati Raja Primadigda dari jauh. Mereka memberi salam kepada sang raja dari tempat mereka berdiri.Aryanaga membuka mata. Tubuhnya lebih segar dan ringan selama latihan teknik Mata Dewa. Dia seakan-akan bisa melihat kehidupan dengan cara berbeda. Namun, ia berusaha agar sebisanya tidak terlalu sering menggunakan teknik ini, karena sangat menguras energi.“Setelah ini, kita akan berlatih apa lagi, Ayah?” tanya Aryanaga.Primadigda menggeleng. “Sudah cukup. Aku sudah mengajarkanmu bagi